Share

Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal
Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal
Penulis: Galaxy

Bab 1

Penulis: Galaxy
Suamiku tidak mencintaiku, apalagi anak kami.

Saat putra kami lahir, dia bahkan tidak sudi melihat dan langsung melemparkannya ke dalam dekapanku.

Kemudian, pujaan hatinya kembali ke negara ini.

Pria yang selalu dingin itu, untuk pertama kalinya mabuk berat di rumah, lalu tersenyum menggendong anak kami dalam pelukannya.

Putra kami dengan gembira memeluk lehernya, lalu berbisik padaku.

"Ibu, paman kenapa?"

Aku meraih dirinya ke dalam pelukanku, lalu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca.

"Orang yang disukai paman sudah kembali, jadi kita nggak boleh mengganggunya lagi. Kita harus pindah."

...

Setelah mengantar putra kami kembali ke kamar untuk tidur, aku menuju ke kamar tamu dan membuka komputer untuk mulai menyusun perjanjian perceraian.

Tahun ini adalah tahun ketujuh pernikahanku dengan Josh Watson.

Selain itu, juga tahun ketujuh kami hidup terpisah.

Sekarang, aku akhirnya berniat melepaskannya.

Tok, tok.

Pintu terbuka, putraku yang berusia tujuh tahun masuk sambil memeluk model pesawat.

"Ibu, benarkah kita akan pindah?"

Putraku menatapku, matanya penuh dengan rasa enggan.

"Tapi tadi malam paman masih menggendongku, apa itu berarti dia mulai menyukaiku?"

Aku tertegun sejenak dan sedikit kehilangan fokus.

Tujuh tahun menikah, Josh tidak pernah mengizinkan putranya memanggilnya ayah.

Saat usianya dua tahun, Josh pernah mengajak putra kami pergi ke supermarket. Di jalan Josh bertemu kenalannya.

Karena putra kami tanpa sengaja memanggilnya ayah, Josh langsung menurunkannya yang baru belajar berjalan itu ke tanah dan menyuruhnya pulang sendiri.

Saat tiba di rumah, lutut dan telapak tangan putra kami sudah lecet akibat terjatuh berulang kali.

Saat usianya empat tahun, putra kami memohon lama sekali agar Josh bersedia membawanya ke taman hiburan.

Namun, hanya karena putra kami tanpa sengaja memanggilnya ayah, Josh langsung melepaskan genggamannya.

Dia membiarkan anak empat tahun itu tersesat di tengah keramaian.

Saat ditemukan, putra kami bersembunyi di semak-semak, menangis hingga hampir kehabisan napas.

Sejak itu, putra kami belajar memanggilnya paman, dan rumah tangga kami pun sepenuhnya menjadi bahan tertawaan.

Mengingat hal itu, dadaku terasa sesak. Aku tidak kuasa menarik putraku ke dalam pelukan.

"Kai, orang yang paman sukai sudah kembali. Kita nggak bisa lagi tinggal di rumah ini."

Tatapan mata putraku meredup, lalu dia buru-buru mengangkat model pesawat di tangannya dan menunjukkannya padaku.

"Tapi, Ibu, paman memberiku hadiah malam ini. Kalau Paman nggak menyukaiku, mengapa dia memberiku hadiah?"

Ekspresi Kai begitu berharap, seakan ingin membuktikan bahwa dirinya adalah anak yang disayangi oleh ayahnya.

Aku membuka mulut, tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Harus bagaimana aku menjawabnya?

Apa yang bisa kukatakan?

Haruskah kukatakan bahwa Josh gembira hanya karena pujaan hatinya kembali?

Atau haruskah kukatakan padanya, bahwa hadiah ini sebenarnya diperoleh berkat seorang bibi?

Aku tidak sanggup mengatakan apa pun.

Aku hanya mampu menelan getir dan pilu dalam diam. Seperti biasa, aku melindungi putraku dengan sebuah kebenaran yang telah dipoles.

Aku mengecup kening putraku, lalu menyeka air mata di sudut mataku saat Kai tidak melihat.

Inilah kepalsuan yang harus dipertahankan seorang ibu, meskipun hatinya remuk.

Menahan keinginan untuk terisak, aku tersenyum dan berkata.

"Kai, kalau Ibu ingin mengajakmu pergi dari rumah paman, kamu mau ikut, 'kan?"

Tubuh putraku menegang sejenak, lalu dia berkata pelan.

"Nggak bisakah kita nggak pergi?"

"Aku bahkan belum pernah memanggilnya ayah dengan lantang..."

Air mataku akhirnya tidak terbendung, bibirku kugigit erat-erat.

"Kai, paman... dia nggak menginginkan kita tinggal di rumahnya..."

"Ibu akan membawamu pergi, ya?"

Putraku menarik kembali tangannya dan memeluk erat model pesawat di dadanya. Setelah lama terdiam, dia berkata...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 12

    Josh justru langsung tertawa, dia buru-buru merengkuhku ke dalam pelukannya, dan menangis karena terlalu gembira."Skyla, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik, pasti."Aku menahan rasa mual, tubuhku kaku dan membiarkannya berbuat sesukanya.Josh, ingatlah, kamulah yang lebih dulu membuat segalanya berakhir tanpa jalan kembali.Jadi, jangan salahkan aku nanti.Sepulang ke negara ini, Josh benar-benar berubah menjadi orang lain.Bukan hanya tidak lagi menghubungi Eliza, tetapi sikap dinginnya selama ini juga hilang. Dia menjadi sangat perhatian padaku dan putra kami.Hampir pada tingkat apa pun yang diminta, dia akan menuruti.Namun, aku dan putraku tidak menanggapi. Kami bersikap seperti dirinya dulu, dingin dan acuh.Saat kembali, putraku hampir menangis hingga pingsan.Terutama ketika naik pesawat, dia bahkan menggigit pergelangan tangan Josh, berusaha membuat Josh melepaskan genggamannya padaku.Hatiku sangat sakit, tetapi aku tidak menemukan kesempatan untuk menjelaskannya pad

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 11

    "Atas dasar apa, kamu mengira aku... masih mencintaimu?""Atas dasar apa?"Seiring langkahku yang makin mendekat, Josh justru terus mundur, hingga akhirnya menabrak sofa empuk dan terjatuh tidak berdaya di atasnya.Sudah lama dia tidak melihat sikapku yang tegas seperti ini.Sejak malam itu, Josh memang tidak pernah melihatnya lagi.Dalam kebingungannya, Josh kembali teringat saat mewawancaraiku dulu.Saat itu dia bertanya."Skyla Galloway, riwayat kerjamu nggak terlalu menonjol, kamu juga nggak punya pengalaman di bidang ini.""Mengapa kamu ingin mendaftar di perusahaan kami?""Atas dasar apa, kamu yakin kami akan menerimamu?"Aku pun menjawab."Karena saya mau belajar, bekerja keras, nggak takut tantangan, dan nggak takut kesulitan.""Asal Anda memberi saya kesempatan, saya pasti akan membuat Anda terkesan."Tujuh tahun kemudian, aku benar-benar membuatnya terkesan.Gadis yang dulu percaya diri dan tegas itu, setelah melewati tujuh tahun penuh badai, kini kembali berdiri di hadapanny

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 10

    "Ternyata, kamu memang masih cemburu.""Mengingat kamu sudah bersamaku selama tujuh tahun, aku bisa memberimu satu kesempatan. Ikut aku pulang dan semua hal yang terjadi sebelumnya akan kuanggap nggak pernah ada."Tanganku yang sedang menuang kopi bergetar. Demi Tuhan, aku benar-benar ingin menyiramkan kopi panas dari teko itu ke wajahnya.Aku ingin lihat, setebal apa kulit wajahnya.Namun, aku menahan diri. Untuk orang brengsek semacam dia, masuk penjara rasanya benar-benar tidak sepadan.Aku meletakkan kopi, lalu mengambil perjanjian perceraian yang sudah kucetak dari laci, dan melemparkannya ke atas meja.Saat kertas itu meluncur di permukaan meja, aku teringat bagaimana Josh dulu sering melemparkan dokumen padaku dengan seenaknya.Kalau orang lain melihat, mungkin mereka akan mengira Josh mengidap Parkinson.Sekarang giliranku, dan rasanya benar-benar menyenangkan.Alis Josh sempat berkedut, tetapi dia tetap memungut dokumen itu dari lantai.Melihat huruf besar bertuliskan perjanji

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 9

    Sejujurnya.Sebelum ke Emrico, aku selalu mengira perceraian adalah hal besar.Kupikir setelah meninggalkan Josh, aku akan sangat sedih dan merasakan sakit hati yang luar biasa.Namun, setelah sampai di Emrico, aku tiba-tiba sadar.Ternyata, tidak perlu menunggu seorang pria pulang bisa membuat hati begitu bahagia dan lega.Aku tidak perlu lagi bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan sarapan untuk Josh, tidak perlu lagi menahan dinginnya ucapan-ucapan sinis darinya.Tidak perlu lagi mencium sisa aroma parfum di bajunya, lalu melemparkannya ke mesin cuci dengan muka marah dan masam.Aku sadar, ternyata bercerai itu begitu menyenangkan.Bahkan putraku yang dulu selalu ingin dekat dengan Josh, saat melihat makanan panas mengepul di meja pun tidak kuasa berujar."Ibu, andai saja kita lebih cepat meninggalkan paman."Mendengarnya, aku tidak bisa menahan tawa, meskipun di dalam hati terasa getir.Josh memang brengsek, bahkan lebih rendah dari itu.Jelas-jelas dia tidak pernah menjalankan tan

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 8

    Sebagai hadiah.Hadiah untuk sekali lagi mendisiplinkan aku dan putra kami.Namun, sekarang, aku dan anakku sudah pergi.Tanpa peringatan.Tanpa menoleh ke belakang.Josh menutup wajahnya dan terpuruk tidak berdaya di lantai. Semuanya sudah di luar kendali.Telepon kembali berdering.Josh segera bangkit dan meraih ponselnya."Skyla, kamu...""Josh?"Suara Elize terdengar dari seberang.Wajah Josh seketika menggelap, tidak ada lagi kelembutan yang biasa dia tunjukkan."Ada apa?"Elize tertegun sesaat, dia tampak terkejut, tetapi tetap melanjutkan."Josh, pipa air di rumah kami rusak. Aku dan Toby benar-benar nggak tahu harus bagaimana. Bisakah kamu membantu kami?""Bantu bagaimana?"Elize terdengar agak malu-malu, dia berkata dengan terbata-bata."Aku... mungkin... bisa... tinggal di rumahmu dulu...?""Hah.""Kamu mimpi, ya?"Josh terkekeh, suaranya sedingin es.Aku dan anakku sudah pergi, maka Elize pun tidak lagi berguna.Jadi Josh malas berpura-pura lagi."Elize, aku kira kamu wanita

  • Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal   Bab 7

    Makin dia menunjukkan tidak mencintaiku, aku justru makin merendah.Cara seperti ini sudah Josh gunakan selama tujuh tahun.Lampu hijau menyala. Sekilas cahaya melintas di mata Josh, lalu dia melajukan mobilnya meninggalkan persimpangan.Sesampainya di kantor, Josh baru saja hendak berbaring ketika ponselnya menyala.Kali ini, sebuah pesan masuk.[Semoga kamu bahagia.]Pengirim: SkylaBrak!Josh menendang meja teh di sampingnya dengan wajah muram.[Skyla, apa maksudmu?][Kamu sudah gila, ya?][Siapa yang memberimu keberanian mengatakan hal seperti itu?]Tidak ada jawaban.Josh bangkit dan berlari menuju tempat parkir sambil meneleponku."Tut... tut... Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif...""Sial!"Pria itu memaki beberapa kali, lalu membuka pintu mobil.[Skyla, angkat telepon!]Tetap tidak ada balasan.Malam itu angin bertiup kencang, tetapi tidak mampu meniup pergi rasa takut yang menguasai hati Josh.Sudah setengah jam, aku tetap tidak menggubrisnya.Tujuh tahun menikah, ini yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status