Chapter 20Hasil Autopsi Setelah sarapan Luna pergi berlatih memanah, seperti hari-hari sebelumnya. Hanya yang membedakan kali ini tidak lagi berambisi mengenai targetnya dengan cepat, ia berusaha menekan emosinya seperti kata Luke dan hasilnya masih sama seperti kemarin, belum mengenai bagian merah papan tengah target. Luna menghela napasnya beberapa kali, mengakui jika mengelola emosi bukan hal yang mudah dan dapat dipelajrai dalam waktu sehari apalagi mengingat seluruh kepahitannya selama ini. Tetapi, dalam hidup ini manusia mana yang tidak memiliki kepahitan sendiri? Bukankah dalam hidup ini setiap insan memiliki kesulitan masing-masing?Luna berusaha menepis semua gejolak di hatinya, tetapi bukannya gejolak yang dirasakannya menjauh justru terasa seperti beban besar bergelung di dasar hatinya. Terasa sangat berat dan membuat jantungnya seperti membengkak.Jika seperti ini seribu tahun pun sepertinya latihannya hanya akan menjadi percuma, batin Luna masam.Luna merasakan kekesal
Chapter 19 Kagum Luna memandangi tubuh tua ringkih yang menjauh dari pandangannya dikawal oleh dua pengawalnya, tangannya memegangi kotak makanan sementara jantungnya terasa sangat sakit bagaikan tertusuk ribuan duri. Dulu saat kekek dan neneknya dari pihak ibunya masih hidup, Beata tidak berani bersikap keterlaluan padanya. Beata bersikap baik meskipun di belakang keluarga ibunya, Beata sama sekali tidak tulus dan setelah keluarga Cavarallo tiada dan hanya menyisakan dirinya, sifat asli Beata tidak pernah lagi ditutupi. Apa pun yang dilakukan Luna tidak pernah benar di mata Beata, kecerdasannya dianggap ancaman bagi Audrey, dan kehadirannya di rumah itu seolah hanya bayangan. Air mata Luna tergelincir mengingat seluruh kepahitannya dan duduk di kursi sembari memangku kotak makanan yang diberikan kakeknya. Kakeknya selalu menyayanginya, tetapi kakeknya dulu tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa melindungi Luna dengan caranya. Bahkan kedatangan kakeknya bukan untuk membujuknya
Chapter 18Nona Muda Keluarga Valerianus Audrey memperbaiki posisi gaunnya untuk menyempurnakannya, hidupnya sekarang sedang tidak baik-baik saja, kehilangan tempat tinggal yang seumur hidup ditempati benar-benar menjadi momok yang paling menakutkan. Ayahnya sudah beberapa kali berusaha menemui Luna, tetapi kakaknya itu tidak bersedia menemui ayahnya bahkan ayahnya sudah menunggu di gerbang mansion berjam-jam yang didapat hanya pengusiran tanpa hasil. Selama ini Audrey dikenal sebagai seorang Nona Muda keluarga kaya yang hidupnya nyaris sempurna, memiliki orang tua yang harmonis, berlatar pendidikan bagus, dan memiliki karier yang bergerak naik dengan pasti. Pengikut di media sosialnya bahkan menjadi yang terbanyak di Sisilia hingga Audrey dapat bergaul dengan orang-orang yang bekerja di dunia hiburan di Italia dengan sangat mudah karena memiliki pengaruh yang cukup kuat, tetapi kehadiran Luna sekarang membuatnya merasa tidak aman. Keluarganya memiliki tempat tinggal yang lain, t
Chapter 17 Bukan Nona Muda Selain menawarkan tubuhnya, memangnya apa yang bisa Luna tawarkan? Juga bukankah Luke yang membuat perjanjian akan membantunya dengan imbalan tidur dengannya? Luna mengangguk, sementara Luke tersenyum miring lalu mengukurkan busur panahnya kepada Luna. “Untuk yang satu ini aku memberikan syarat berbeda,” katanya lalu tangannya memberikan kode pada Luna agar mendekat. Dengan patuh Luna mendekat ke arah Luke, pria itu mengambil satu anak panah kemudian memegang bahu Luna. “Buka kedua kakimu,” titah Luke. Luna mengejawantahkan perintah Luke, dibukanya kakinya. Luke memasang anak panah di busur lalu membimbing Luna mengangkat busur panah. “Memanah baik untuk melatih fokus dan konsentrasi, juga meningkatkan koordinasi tangan dan mata,” kata Luke di dekap telinga Luna. Embusan napas Luke yang menyapu kulitnya terasa hangat, tetapi membuat bulu kuduk Luna justru berdiri. Aroma dari cologne yang digunakan pria itu segar, cocok dikenakan di pagi
Chapter 16Tiga TransaksiCarlo San Lorenzo mematikan panggilan telepon, sorot mata pria berambut putih itu tidak mampu menyembunyikan bara amarah. Memberi 300.000 Euro pada Luciano Genevece seperti memberikan 10% keuntungannya, tetapi jika tidak melakukan ia bisa kehilangan lebih banyak karena harus menyuap petugas kepolisian dan berisiko kapalnya tertangkap oleh polisi yang berpatroli di laut. Jika bukan karena putra pertamanya terlibat perkelahian di dermaga kemarin, hal ini tidak perlu terjadi. “Kau harus segera mengambil keputusan,” kata Diego San Lorenzo, putra keduanya. Menurunkan dua puluh orang penyelam andal untuk membawa barang-barangnya turun dari kapal tetap tidak menolongnya, penyelam hanya bisa membantu memindahkannya. Tidak bisa membawa ke daratan, sementara menyimpan barang-barang di dasar laut sangat tidak aman.Carlo menghela napas jengkel lalu bangkit dari tempat duduknya. “Siapkan koper.” Lalu Carlo melangkah menuju brangkas penyimpanan uang yang berukuran besa
Chapter 15Pernikahan Antar KlanAudrey keluar dari kamarnya, ia sudah menunggu saat di mana Luna datang lagi—mungkin bersama Luke. Wanita itu berpura-pura terburu-buru menuruni tangga hanya dengan mengenakan pakaian tidur tipis yang ia sembunyikan di balik jubahnya.Sayangnya ketika tiba di lantai bawah ia hanya mendapati beberapa orang pria dan tidak ada Luke di sana. Kekecewaan merayapinya. Pemandangan di rumahnya sungguh menakutkan, dua orang pria berperawakan tinggi memegangi bahu ibunya yang berlutut sementara seorang pria menampar ibunya berkali-kali setiap ibunya berusaha membuka suara. Audrey tidak ingin merasakan apa yang dirasakan ibunya, ia ngeri membayangkan pipinya yang mulus dan proporsional disentuh oleh pria tinggi itu. Luna yang datang kali ini benar-benar tidak seperti Luna kemarin malam. Kemarin malam kakaknya terlihat lemah seperti dulu, jika Luke tidak datang menyelamatkan sudah pasti kakaknya itu sudah dibuat babak belur oleh ibunya. Wajah ibunya bengkak, ram