Komplek River Villa.
Pukul tujuh tiga puluh malam, beberapa orang mulai terlihat memenuhii ruang tamu.Tuan Prabujaya menyapa para tamu dengan hangat dari atas kursi roda. Seorang pengawal tampak menemani dan mengawasi dengan kewaspadaan.Untuk beberapa saat perhatian mereka teralihkan saat melihat seorang pemuda yang terlihat asing hadir di sana.Hanya segelintir orang yang mengenalinya dan memandangnya penuh takjub saat Erlangga berbaur.Ia mengambil segelas sampanye dari pelayan dan berjalan ke arah sekumpulan wanita muda yang tersenyum cerah ke arahnya."Apa kita saling kenal? Wajah kamu sepertinya tidak asing untukku." Seorang wanita berambut panjang keemasan menyapanya. Matanya menyala penuh antusias.Bibir kemerahan Er melengkung, giginya yang putih berbaris rapi. "Oh, benarkah? Mungkin kita memang pernah bertemu di suatu tempat," sahut Er mencoba menggodanya hingga membuat wajah sang gadis merona kemerahan."Siapa namamu?" Seorang gadis mulai merasa tertarik padanya."R," katanya lalu melanjutkan, "Itu adalah panggilan inisialku. Mungkin kalian bisa mengingat sesuatu dengan itu." Er lalu menyesap minumannya.Gadis-gadis itu saling melempar pandang.Hingga seorang gadis lain membuka mulutnya dan berkata, "Apa mungkin kamu pernah tinggal di luar negri sebelumnya? Karena kamu benar-benar mengingatkanku pada seseorang."Er mengangguk sambil tersenyum lebar."Apa kau mengenalnya, Sylvia?"Gadis itu langsung mengangguk kuat. Dia tampak begitu girang jika tebakannya memang terbukti benar."Wow ... aku tak menyangka bisa melihatmu langsung, Tuan R. Ini luar biasa, kamu jauh lebih tampan dari gambar di majalah mode." Wajah Sylvia merona, dia tersenyum lebar.Wajah Er ikut memerah. Ia tertawa pelan hingga membuat nilai ketampanannya meningkat di depan mereka."Kenalkan, aku Sylvia. Dan ayahku adalah pimpinan majalah mode di negeri ini," terangnya penuh kebanggaan. "Dan ini teman-temanku, Viona dan Diana. Asal kamu tahu, Viona adalah kekasih Rangga Aditya, putra tunggal Tuan Prabujaya."Jantung Er tiba-tiba berdetak kencang.Putra tunggal Prabujaya? Rangga Aditya?Lalu siapa dirinya? Siapa Olivia, mamanya?Berapa banyak lagi rahasia tentang sosok ayahnya ini yang dia tidak ketahui? Siapa ayahnya sebenarnya?Segenap pertanyaan itu berputar di dalam otaknya. Semuanya terlihat tak berujung baginya.Rasanya dia seakan terjatuh dalam jurang yang gelap dan dingin.Belum sempat Er menimpali percakapan itu, suara Prabujaya terdengar menggema memimpin para tetamu untuk memasuki ruang jamuan makan malam.***Erlangga melempar bola matanya memandang Prabujaya tajam sambil bergumam, "Apa lagi sekarang? Apakah ini saatnya?" Tubuh Erlangga menegang.Prabujaya menyeka mulutnya dengan serbet lalu berusaha berdiri dibantu oleh Daniel yang selalu setia di sisinya."Terima kasih karena kalian sudah bersedia hadir di tempat ini. Hari ini adalah hari besar karena malam ini saya ingin mengumumkan hal penting bagi kalian semua," ucap Prabujaya membuka pembicaraan.Semua orang mendengarkan, menunggu hal penting yang akan mereka dengar dari salah satu pengusaha besar itu, termasuk Rangga yang duduk di sampingnya.Prabujaya memandang tamunya lalu kembali berbicara, "Hari ini saya mengumumkan bahwa putra yang saya kasihi, Erlangga Pamungkas, kini telah kembali ke rumah ini."Mendadak seisi ruangan berubah jadi dengungan, semua orang terkejut mendengar kabar yang begitu menggemparkan.Semua orang memandang ayah dan anak itu bergantian."Erlangga Pamungkas? Apa Tuan Prabujaya sedang bercanda?" bisik salah seorang tamu."Sejak kapan seorang Prabujaya memiliki anak lain selain Rangga Aditya?" timpal yang lain."Entahlah, aku pikir mungkin dia sedang bermimpi. Mungkin pikirannya sedang terganggu." Seorang tamu lain berkata sinis. "Mungkin saja dia sedang berbohong.""Siapa dia? Apa kita mengenalnya?""Apa anak itu putra dari wanita simpanannya? Wah ... ini adalah kabar luar biasa," kata yang lain.Ekspresi Rangga berubah drastis. Wajahnya memerah karena marah dan malu sekaligus.Ia memandang sekeliling, menebak sosok Erlangga di antara orang-orang yang berkumpul.Sementara Erlangga tetap bertahan untuk tetap diam, menyaksikan drama yang sedang berlangsung di depannya seperti yang telah diingatkan oleh Daniel sebelumnya.Daniel melihat Erlangga yang tampak begitu tenang di kursinya. Segaris senyum tipis tergantung di wajahnya.Rumah besar kediaman Prabujaya Pamungkas kembali sepi. Para tamu telah pergi satu per satu meninggalkan Komplek River Villa.Prabujaya sedang duduk berhadapan dengan Rangga di ruang tamu di atas kursi rodanya.Sementara Erlangga telah kembali ke kamarnya tanpa disadari oleh siapapun."Apa Papa sudah gila? Untuk apa Papa berbicara seperti itu?" Rangga berkata dengan suara keras."Apa Papa tahu, ucapan Papa itu akan mempengaruhi nama baik perusahaan. Itu akan sangat merugikan kita." Rangga meledak marah, masih tak habis pikir.Prabujaya begitu tenang, sama sekali tidak terpengaruh."Kenapa? Apa yang kamu khawatirkan? Apa kamu takut dia akan mengambil alih posisimu? Mungkin dia memang lebih baik dari mu," sindir Prabujaya skeptis.Prabujaya mendorong kursi rodanya meninggalkan ruang tamu tepat sebelum Rangga kembali membuka mulutnya.Daniel segera membawa Prabujaya ke lantai atas untuk beristirahat.Ia meninggalkannya berbaring di atas ranjang lalu kembali ke ruang tamu."Apa kau tahu tentang hal ini, Paman Daniel?" tanya Rangga sambil menuang anggur bagi mereka.Daniel berdehem pelan lantas duduk di depannya.Ia memutar anggur di dalam gelasnya menghirup aromanya lalu menyesapnya sedikit."Tentu saja.""Sialan! Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Apa kau ingin bermain-main denganku?""Haha ... kenapa? Apa kau takut?""Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat
Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin
"Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me
"Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and
"Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d
Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu