Share

Bab. 7

Komplek River Villa.

Pukul tujuh tiga puluh malam, beberapa orang mulai terlihat memenuhii ruang tamu.

Tuan Prabujaya menyapa para tamu dengan hangat dari atas kursi roda. Seorang pengawal tampak menemani dan mengawasi dengan kewaspadaan.

Untuk beberapa saat perhatian mereka teralihkan saat melihat seorang pemuda yang terlihat asing hadir di sana.

Hanya segelintir orang yang mengenalinya dan memandangnya penuh takjub saat Erlangga berbaur.

Ia mengambil segelas sampanye dari pelayan dan berjalan ke arah sekumpulan wanita muda yang tersenyum cerah ke arahnya.

"Apa kita saling kenal? Wajah kamu sepertinya tidak asing untukku." Seorang wanita berambut panjang keemasan menyapanya. Matanya menyala penuh antusias.

Bibir kemerahan Er melengkung, giginya yang putih berbaris rapi. "Oh, benarkah? Mungkin kita memang pernah bertemu di suatu tempat," sahut Er mencoba menggodanya hingga membuat wajah sang gadis merona kemerahan.

"Siapa namamu?" Seorang gadis mulai merasa tertarik padanya.

"R," katanya lalu melanjutkan, "Itu adalah panggilan inisialku. Mungkin kalian bisa mengingat sesuatu dengan itu." Er lalu menyesap minumannya.

Gadis-gadis itu saling melempar pandang.

Hingga seorang gadis lain membuka mulutnya dan berkata, "Apa mungkin kamu pernah tinggal di luar negri sebelumnya? Karena kamu benar-benar mengingatkanku pada seseorang."

Er mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Apa kau mengenalnya, Sylvia?"

Gadis itu langsung mengangguk kuat. Dia tampak begitu girang jika tebakannya memang terbukti benar.

"Wow ... aku tak menyangka bisa melihatmu langsung, Tuan R. Ini luar biasa, kamu jauh lebih tampan dari gambar di majalah mode." Wajah Sylvia merona, dia tersenyum lebar.

Wajah Er ikut memerah. Ia tertawa pelan hingga membuat nilai ketampanannya meningkat di depan mereka.

"Kenalkan, aku Sylvia. Dan ayahku adalah pimpinan majalah mode di negeri ini," terangnya penuh kebanggaan. "Dan ini teman-temanku, Viona dan Diana. Asal kamu tahu, Viona adalah kekasih Rangga Aditya, putra tunggal Tuan Prabujaya."

Jantung Er tiba-tiba berdetak kencang.

Putra tunggal Prabujaya? Rangga Aditya?

Lalu siapa dirinya? Siapa Olivia, mamanya?

Berapa banyak lagi rahasia tentang sosok ayahnya ini yang dia tidak ketahui? Siapa ayahnya sebenarnya?

Segenap pertanyaan itu berputar di dalam otaknya. Semuanya terlihat tak berujung baginya.

Rasanya dia seakan terjatuh dalam jurang yang gelap dan dingin.

Belum sempat Er menimpali percakapan itu, suara Prabujaya terdengar menggema memimpin para tetamu untuk memasuki ruang jamuan makan malam.

***

Erlangga melempar bola matanya memandang Prabujaya tajam sambil bergumam, "Apa lagi sekarang? Apakah ini saatnya?" Tubuh Erlangga menegang.

Prabujaya menyeka mulutnya dengan serbet lalu berusaha berdiri dibantu oleh Daniel yang selalu setia di sisinya.

"Terima kasih karena kalian sudah bersedia hadir di tempat ini. Hari ini adalah hari besar karena malam ini saya ingin mengumumkan hal penting bagi kalian semua," ucap Prabujaya membuka pembicaraan.

Semua orang mendengarkan, menunggu hal penting yang akan mereka dengar dari salah satu pengusaha besar itu, termasuk Rangga yang duduk di sampingnya.

Prabujaya memandang tamunya lalu kembali berbicara, "Hari ini saya mengumumkan bahwa putra yang saya kasihi, Erlangga Pamungkas, kini telah kembali ke rumah ini."

Mendadak seisi ruangan berubah jadi dengungan, semua orang terkejut mendengar kabar yang begitu menggemparkan.

Semua orang memandang ayah dan anak itu bergantian.

"Erlangga Pamungkas? Apa Tuan Prabujaya sedang bercanda?" bisik salah seorang tamu.

"Sejak kapan seorang Prabujaya memiliki anak lain selain Rangga Aditya?" timpal yang lain.

"Entahlah, aku pikir mungkin dia sedang bermimpi. Mungkin pikirannya sedang terganggu." Seorang tamu lain berkata sinis. "Mungkin saja dia sedang berbohong."

"Siapa dia? Apa kita mengenalnya?"

"Apa anak itu putra dari wanita simpanannya? Wah ... ini adalah kabar luar biasa," kata yang lain.

Ekspresi Rangga berubah drastis. Wajahnya memerah karena marah dan malu sekaligus.

Ia memandang sekeliling, menebak sosok Erlangga di antara orang-orang yang berkumpul.

Sementara Erlangga tetap bertahan untuk tetap diam, menyaksikan drama yang sedang berlangsung di depannya seperti yang telah diingatkan oleh Daniel sebelumnya.

Daniel melihat Erlangga yang tampak begitu tenang di kursinya. Segaris senyum tipis tergantung di wajahnya.

Rumah besar kediaman Prabujaya Pamungkas kembali sepi. Para tamu telah pergi satu per satu meninggalkan Komplek River Villa.

Prabujaya sedang duduk berhadapan dengan Rangga di ruang tamu di atas kursi rodanya.

Sementara Erlangga telah kembali ke kamarnya tanpa disadari oleh siapapun.

"Apa Papa sudah gila? Untuk apa Papa berbicara seperti itu?" Rangga berkata dengan suara keras.

"Apa Papa tahu, ucapan Papa itu akan mempengaruhi nama baik perusahaan. Itu akan sangat merugikan kita." Rangga meledak marah, masih tak habis pikir.

Prabujaya begitu tenang, sama sekali tidak terpengaruh.

"Kenapa? Apa yang kamu khawatirkan? Apa kamu takut dia akan mengambil alih posisimu? Mungkin dia memang lebih baik dari mu," sindir Prabujaya skeptis.

Prabujaya mendorong kursi rodanya meninggalkan ruang tamu tepat sebelum Rangga kembali membuka mulutnya.

Daniel segera membawa Prabujaya ke lantai atas untuk beristirahat.

Ia meninggalkannya berbaring di atas ranjang lalu kembali ke ruang tamu.

"Apa kau tahu tentang hal ini, Paman Daniel?" tanya Rangga sambil menuang anggur bagi mereka.

Daniel berdehem pelan lantas duduk di depannya.

Ia memutar anggur di dalam gelasnya menghirup aromanya lalu menyesapnya sedikit.

"Tentu saja."

"Sialan! Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Apa kau ingin bermain-main denganku?"

"Haha ... kenapa? Apa kau takut?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status