Sudah dua minggu Fia menjauhi Disa dan Yara. Sekarang dia tahu apa alasan pamannya menyuruhnya menjauhi teman-temannya. Selepas pulang sekolah Fia berbincang dengan bundanya dan bundanya menjelaskan bahwa bakat Fia sedikit berbahaya. Karena dia memiliki bakat untuk melihat masa depan atau masa lalu entah itu seseorang yang masih hidup atau sudah meninggal. Bahkan hanya dengan menyentuh benda-benda di sekelilinya dia bisa melihat kejadian masa depan atau masa lalu yang terjadi di tempat itu. Bahkan ada satu hal yang masih terikat olehnya, yaitu sesuatu yang sudah di takdirkan untuknya. Dan masalah terbesarnya ada di takdir itu, karena takdir itu hidupnya bisa dalam bahaya atau orang di sekelilingnya. Sekarang Fia merasa kesepi dengan kehidupan yang dia jalani saat ini. Tanpa ada suara Yara yang menganggunya dan ocehan Yara yang membuat sakit kepala. Setiap dia berada di sekolah waktunya hanya habis dengan membaca novel dan di perpustakaan. Seperti saat ini, waktunya dia habisnya d
'Brak!' suara pintu di dobrak dengan tenaga penuh. Dengan rasa cemas Yuan masuk ke dalam perpustakaan yang sudah tak berbentuk karena keadaan yang sangat kacau. "Fia" gumang Yuan dan berlari ke arah Fia berada. "Fia" panggil Yuan sambil memegang pundak Fia dengan rasa cemas. "Hey! Sadar" kata Yuan sambil menguncang tubuh Fia pelan. Fia yang merasakan guncangan pun mulai kembali ke dunia nyata. "Lu kenapa?" tanya Yuan dengan nada suara cemas. "Gak, gue gak apa-apa" balas Fia sambil menyingkirkan tanggan Yuan dari pundaknya. "Terus lu bisa jelasin ini semua?" tanya Yuan sambil menatap Fia dengan datar. "Lu gak perlu tau semuanya tentang gue Yuan! Gue bukan Fia yang dulu" kata Fia dengan tatapan datar dan sedikit mencuratkan ke tidak sukaannya kepada Yuan. "Tapi gue masih nganggep lu sama" kata Yuan sambil menatap serius ke arah Fia. "Stop ikut campur sama urusan gue, lu gak ada hak buat tau semuanya" kata Fia sambil menatap ke arah Yuan dengan tajam. "Dan elu gak ada hak ngel
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sendari tadi. Saat ini Fia sedang berjalan menuju parkiran sekolah. Saat berjalan melewati lapangan sekolah tiba-tiba ada bola mengelinding ke arahnya. Dengan datar Fia menatap ke arah bola tadi, sebab saat dia melihat bola itu tiba-tiba ingatannya perputar pada kejadian beberapa minggu yang lalu saat dia bersantai di taman belakang dan tiba-tiba ada kepala menggelinding di kakinya. “Hey! Lepar sini bolanya!” kata seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Fia. Dengan datar Fia menatap ke arah orang tadi dan tanpa minat Fia berjalan begitu saja tanpa ada niat untuk mengembalikan bola tadi ke pemiliknya. “Woy! Budeg ya lu!” kata orang tadi sambil menatap ke arah punggung Fia dengan tajam. “Udahlah Rif, lu juga yang salah” kata teman setimnya. “Salah gue di mana? Gue cuma minta bantuan dia buat ngoper bola ke kita” kata Arif dengan nada suara tak terima. “Bukan karena itu, lu salah karena nyuruh dia” kata temannya dengan malas. “Ck!” decaknya de
Malam harinya Fia berdiam diri di dalam kamar bersama buku pelajarannya. Dia sedang mengerjakan tugas yang di berikan guru tadi siang. Dengan wajah serius Fia mengerjakan tugas miliknya. Sedangkan dengan Disa, tak berbeda jauh dari Fia. Saat ini Disa sedang mengerjakan tugasnya tapi sendari tadi pikirannya tak bisa fokus. Dia sedang berpikir tentang sikap Fia yang akhir-akhir ini berbeda. “Disa!” panggil mama Disa dengan nada suara keras yang membuat Disa terkejut. “Ada apa ma? Bikin Disa kaget aja” kata Disa dengan raut wajah kesal. “Kamu kenapa? Mama panggil dari tadi gak nyaut-nyaut” kata mama Disa dengan raut wajah bertanya. “Enggak ma, Disa gak apa-apa” kata Disa dengan senyum menyakinkan. “Kamu tau kan Dis, mama gak suka di bohongi” kata mama Disa dengan wajah serius. “Iya ma, Disa tau dan Disa gak bohong kok” kata Disa dengan nada menyakinkan. “Ya udah mama keluar dulu, belajar yang benar jangan melamun terus” kata mamanya dengan nada penuh peringatan. “Iya mama ku say
Fia sudah bersiap untuk tidur. Dengan rasa kantuk yang sudah mulai menyerang perlahan Fia menuju ke dunia mimpi. Deru nafas Fia mulai teratur menandakan dia sudah masuk ke dunia mimpi. Tanpa di sadari ternyata sendari tadi ada yang memantau sosok Fia dari kejauhan. Sekali kedipan mata sosok tadi hilang entah kemana. Di alam bawah sadar Fia. "Tumben gue mimpi biasanya gak pernah" gumang Fia dengan nada heran. "Ini jalannya ke mana?" gumang Fia dengan heran. Dengan tenang Fia berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di depannya. "Gak ada ujungnya apa gimana?" gumang Fia dengan kesal. Bagaimana tak kesal sendari tadi dia berjalan tapi belum juga bertemu sesuatu hal yang menarik. Sendari tadi hanya ada jalan setapak dan pemandangan pohon yang menjulang tinggi. "Ck! Buang-buang waktu" kata Fia dengan kesal dan menatap ke sekeliling dengan malas. Saat sedang menatap kesekeliling entah kenapa dia merasa tubuhnya di hisap ke dalam lubang. Fia menutup matanya dengan rapat saat cahaya p
Fia yang melihat itu hanya bisa berdiam diri di tempat. Belum selesai dengan rasa terkejutnya sosok tadi melancarkan serangan kepada Fia. "Akhh!" ucap Fia sambil menghalangi wajahnya dari serangan sosok tadi. Saat dia masih sibuk menyembunyikan wajahnya dengan samar dia mendengar suara adiknya yang sedang memanggil namanya dan dalam waktu bersamaan dia merasakan tubuhnya di guncang. "Kakak bangun!" suara Fiko adik Fia yang mencoba membangungkan sang kakak dari tidurnya. Dengan sedikit terkejut dan nafas memburu Fia bangun dari mimpi buruknya tadi. Melihat kondisi sang kakak yang seperti itu membuat Fiko memberikan air putih kepada kakaknya. "Kenapa kak?" tanya Fiko dengan nada suara heran. "Cuma mimpi buruk" balas Fia dengan nafas yang mulai teratur. "Kirain apaan" kata Fiko dengan nada remeh. "Ngapain lu ke kamar gue?" tanya Fia dengan sinis. "Gak sekolah lu? Udah jam enam pagi" kata Fiko sambil berjalan keluar dari kamar kakaknya dengan langkah tenang. "Jam enam?" gumang Fi
Mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Dengan kesal dan sewot Fia meninggalkan Yuan begitu saja. "Gadis itu..." kata Yuan sambil menatap punggung Fia dengan datar. "Tak ada rasa terima kasih" lanjutnya sambil melangkahkan kakinya menuju ruang ke ruang. Sesampainya di kelas Yuan menatap sosok Fia yang sedang membaca buku dengan konsentrasi penuh. Dengan langkah pelan Yuan menuju ke bangkunya, sesekali dia curi pandang pada sosok Fia. Sedangkan orang yang di tatap Yuan tak menyadari itu. Dia masih tenang dengan kegiatannya. Hingga ada seseorang yang mencari gara-gara dengannya. 'Brak' Meja Fia di gebrak tanpa alasan yang jelas. 'Oh ayolah ini masih pagi' batin Fia dengan malas. “Lu yang namanya Fia?” tanya orang tadi dengan raut wajah sombong. “Hm” balas Fia dengan raut wajah tak berminat “Lu gak usah sok dingin buat ngambil perhatian orang lain bisa gak?!” kata orang tadi dengan raut wajah kesal. “Gue? Cari perhatian orang lain? Gak guna” kata Fia dengan tenang. “Gue palin
Fia yang melihat tatapan itu merasa sedikit aneh. Dalam benaknya bertanya apakah dia punya salah kepada sosok itu? Tapi seingatnya tidak. Fia tak terlalu menganggap pusing sosok tadi. Tapi terbesit rasa penasaran dibenaknya. Bagaimana tak penasaran semenjak ia mendapat kelebihannya banyak sesuatu hal yang menganjal dan untuk urusan hantu bernama Rita dia tak tau apakah masalah itu sudah selesai atau belum. Tapi akhir-akhir ini dia melihat ada yang aneh dengan Disa entah itu hanya perasaan atau memang benar. Fia merasa kalau Disa menyembunyikan sesuatu kepada Yara. Tapi dia tak bisa berbuat banyak. ‘Entahlah mungkin itu hanya perasaanku saja’ batin Fia mencoba tak perduli. Akhir-akhir ini juga dia sudah bisa mengendalikan bakatnya dan itu semua berkat pamannya. Bahkan sekarang dia bisa berkomunikasi dengan pelindungnya. ‘Kak’ panggil Diana dengan senyum manisnya, tapi jika orang lain yang melihat itu mungkin menganggap itu senyuman seram. “Kenapa?” balas Fia dengan lirih takut ada