Share

Kejam

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 00:40:45

Setelah Tegar dan Yusuf membawa Farah ke klinik tak jauh dari rumah Yusuf, Nisma langsung beraksi. Dia mengusir Hadi dari rumah Farah. 

“Jangan pernah datang lagi di kehidupan kami!” hardiknya pada orang yang harusnya dia hormati. Jari telunjuknya diacungkan ke wajah Hadi, menandakan dia tak main-main dengan apa yang diucapkan. 

Ada da rah Hadi yang mengalir di tubuhnya, dan itu membuatnya benci harus lahir dari benih laki-laki di hadapannya. Seandainya cuci da rah bisa mengubahnya, dia pasti sudah melakukan hal itu sejak lama. 

“Bapak mau kemana, Nisma?” tanya Hadi dengan suara gemetar. Sorot matanya seperti menginginkan belas kasih dari anaknya. 

“Terserah!” pekik Nisma. “Yang penting jangan pernah lagi muncul dihadapan kami!” 

Nisma sama sekali tak memiliki belas kasihan pada Hadi. Melihat raut wajah Hadi, tentu akan membuat banyak orang merasa kasihan. 

Hadi tetap bertahan, tak mau keluar dari rumah Yusuf. Susah payah dia mencari alamat Farah, dan setelah ketemu, tak mungkin dia pergi begitu saja. Dia tak punya rumah lagi. Dan tak tahu harus kemana. Semua keluarganya menolak kehadiran dirinya yang dianggap telah mencorengkan aib di wajah mereka. 

“Kamu nggak kasihan sama Bapak? Bapak sudah tua sekarang,” kata Hadi menghiba. 

“Hei, nggak usah sok pasang muka melas di depan saya. Apa Anda tak ingat, tangisan kami dulu?”

Lelaki tua itu tercekat mendengar pertanyaan Nisma. Seketika ingatan ya kembali pada belasan tahun lalu. Ketika dia tanpa rasa belas kasihan mencabik-cabik harga diri anaknya sendiri. 

FLASHBACK ON

“Farah, urut Bapak dulu. Bapak capek,” panggil Hadi pada putri sulungnya Farah yang masih duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. 

Farah yang polos masuk ke kamar bapaknya. 

“Tutup pintunya,” pinta Hadi sambil membuka pakaian. 

Farah menurut, dia menutup pintu kamar. Hadi berbaring hanya menggunakan celana kolor saja. Farah yang tak mengerti apa-apa, menganggap itu hal yang biasa. 

“Urut dulu punggung Bapak. Pegal sekali,” kata Hadi yang baru pulang dari menarik becak. Sementara saat itu, istrinya yang menjadi buruh cuci di rumah orang, belum pulang dari bekerja. 

Gadis kecil yang lugu itu mulai mengurut punggung bapaknya dengan minyak urut yang sudah Hadi sediakan. Hadi tampak menikmati pijatan anaknya. 

“Pinggangnya,” kata Hadi lagi. Farah yang pendiam, tetap saja menurut sama bapaknya. 

Dia mulai mengurut pinggang bapaknya. Saat itu, Hadi mulai merasakan sensasi yang lain dari setiap sentuhan Farah di area pinggangnya. Sampai Hadi mulai tak tahan lagi. Dia membalikkan tubuhnya, dan mulai meminta Farah mengurut dadanya. 

“Nisma kemana?” tanya Hadi. 

“Lagi main, di rumah Uwak,” jawab Farah sambil tetap mengurut. 

Hadi melihat jam di dinding, masih jam setengah dua siang. Biasanya, istrinya pulang jam empat karena memang perginya siang. 

Tangan Hadi membelai rambut lurus Farah yang panjang. Farah mengira itu sentuhan kasih sayang seorang Ayah, hingga dia tak mengelak, bahkan tersenyum senang. Tak disangka, senyum Farah justru semakin membuat Hadi tak bisa mengendalikan diri.

“Anak Bapak sudah gadis,” kata Hadi sambil mengelus lembut pipi Farah. Farah hanya membalas dengan senyuman. 

Namun, lama kelamaan tangan Hadi semakin liar. Kini tangannya yang kasar, mengelus bibir Farah. Farah agak risih. Hadi bangkit, lalu mencium pipi anaknya. 

“Bapak sayang sekali sama kamu,” kata Hadi. Farah diam saja, tangannya tak lagi bergerak mengurut Hadi. “Kamu sayang apa nggak sama Bapak?” 

Farah menjawab pertanyaan itu dengan anggukan. Hadi tersenyum senang. 

“Kalau sayang, kamu nurut ya, sama Bapak. Nggak boleh melawan, durhaka,” kata Hadi lagi lebih lembut. Farah mengangguk, tanda mengerti perkataan bapaknya. 

Nafsu binatang mulai menguasai dirinya. Dia lupa, kalau yang ada dihadapannya adalah darah dagingnya sendiri. Anak yang harusnya dia lindungi, bukan malah diterkam bulat-bulat. 

“Farah ngaji kan?” tanya Hadi. Farah kembali mengangguk. “Kata Ustad, apapun yang disuruh orang tua, nggak boleh membantah kan?” 

Lagi, Farah menjawab dengan anggukan. Hadi tersenyum, Farah yang lugu cukup mudah untuk didoktrin ternyata. 

“Kalau begitu, nurut ya sama Bapak. Bapak mau diurut. Bapak sakit,” kata Hadi. Matanya sudah sangat bernafsu pada anaknya yang cantik. 

Farah bingung. “Kan Farah urut Bapak?” tanyanya. 

“Ada yang belum diurut,” kata Hadi sambil duduk. 

Dan tanpa perasaan, Hadi memulai aksinya. 

“Jangan jerit ya, apalagi nangis. Sakit sedikit aja,” kata Hadi setelah dia membaringkan tubuh mungil itu. Farah yang belum mengerti kalau dirinya dalam bahaya, kembali hanya mengangguk pasrah. 

Saat Hadi memulai aksinya. Farah sempat meringis dan mengeluh. “Sakiiiiit … Paaaak.” 

Suara Farah hingga bergetar. Hadi cepat menutup mulutnya agar Farah tak berteriak. 

“Sakit sedikit aja, tahan ya. Bapak cuma urut sebentar saja,” kata Hadi lagi. Tak ada rasa belas kasihan melihat air mata yang mengalir dari sudut mata anak perempuannya itu. 

Sampai akhirnya dia mendapatkan kepuasannya. 

Setelah selesai, Hadi membantu Farah memakaikan kembali pakaiannya. 

“Jangan bilang Ibu ya,” katanya. “Pokoknya jangan bilang siapa-siapa. Ini rahasia kita. Nanti Bapak belikan baju baru.” 

Farah yang masih belum mengerti, hanya mengangguk saja. 

“Sekarang, mandi sana. Terus panggil Nisma, suruh mandi juga. Sebentar lagi Ibu pulang.”

FLASHBACK OFF

Hadi hanya menunduk, dia menyesali semua perbuatan yang sudah dia lakukan dulu pada anaknya. 

“Ingat!” hardik Nisma. “Ingat kan, gimana kejamnya Anda pada kami?” 

Hadi menatap wajah Nisma. Mata Nisma hingga memerah saking marahnya. 

“Bapak mau kemana, Nisma?” ulang Hadi dengan memasang wajah kasihan. 

~~~~~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Memberi tempat tinggal

    Sampai di rumah, Farah merasa lega karena tak melihat Hadi. Dia berharap, Hadi tak datang lagi. Dia benar-benar sangat takut, apalagi dirinya memiliki anak perempuan.Setelah Yusuf membuka pintu, Yusuf membimbing istrinya dengan penuh kasih sayang. Kamu istirahat di kamar aja ya,” katanya dengan lembut. Baru lagi mereka setengah perjalanan ke kamar, terdengar suara Rundiah mengucap salam. “Assalamualaikum.” Yusuf dan Farah menoleh. Seketika raut wajah Farah kembali tegang, ternyata Rundiah datang bersama Hadi. Tubuhnya kembali gemetar dan lemas. Yusuf menyadari hal itu, dan langsung merengkuh bahu Farah ke dalam pelukannya. “Waalaikumsalam. Duduk, Bu,” kata Yusuf ramah. “Saya antar dulu Farah ke dalam ya, Bu.” “Farah sakit apa?” tanya Rundiah. “Tekanan darahnya rendah, Bu,” jawab Yusuf. Yusuf segera membawa Farah masuk ke kamarnya. Setelah membantu Farah berbaring dan menyelimuti tubuh Farah hingga ke dada, Yusuf mengusap pelan dahi istrinya yang berkeringat. “Percaya sama Aba

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Jangan sampai menyesal

    Nisma tetap mengunci rumah Yusuf. Dia tak peduli dengan Hadi yang masih diam mematung di depan rumah. Hadi juga tak bisa berbuat banyak. Begitu juga dengan Rundiah dan tetangga yang melihat kejadian itu. Nisma tak peduli dengan tatapan mereka yang menganggapnya anak durhaka. Apa tanggapan mereka akan tetap sama, kalau mereka tau, siapa Hadi sebenarnya?Wanita cantik itu masuk ke mobil, menyusul Tegar yang sudah lebih dulu masuk. Setelah itu, mobil melaju meninggalkan rumah Yusuf. “Pokoknya, kamu jangan bawa bapakmu itu pulang ke rumah kita,” kata Tegar dengan tegas. Nisma mengangguk, tanpa diminta, dia pasti akan melakukan itu. “Jangan sampai, Ibu sama Bapak tahu tentang dia. Kamu tahu kan, bagaimana reaksi Ibu nanti kalau sampai dia tahu,” kata Tegar lagi. Lagi, Nisma hanya menjawab dengan anggukan. Hubungannya dengan ibu mertuanya memang tak begitu baik. Sejak awal, mertuanya tak merestui mereka. Dulunya, Nisma adalah salah satu karyawan di warung bakso milik keluarga Tegar. Ya,

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Tak ada yang inginkan dia

    “Terserah! Asal jangan tinggal sama kami!” tegas Nisma dengan suara yang meninggi.Hadi tetap tak beranjak. Hanya Yusuf yang mau menerima kehadirannya. Dia tak ada uang, mau kemana dia pergi? Kemarin ada petugas lapas yang kasihan dan memberi ongkos padanya. Dia bertanya kesana kemari, mencari alamat anak-anaknya yang ternyata cukup jauh dari tempat tinggalnya. Hadi terpaksa meminta-minta agar ada uang untuk ongkos ke rumah Farah. Tak mungkin dia pergi begitu saja setelah menemukannya. Nisma mulai tak sabar, dengan kasar, dia mendorong Hadi, hingga Hadi mundur ke belakang. Wanita cantik itu juga dengan tanpa belas kasihan pada orang tua itu, menarik tangan Hadi hingga ke pintu rumah dan mendorongnya keluar, hingga Hadi jatuh ke tanah dengan posisi terduduk. Ternyata apa yang dilakukan oleh Nisma mengundang perhatian para tetangga yang tadi kebetulan melihat Farah dibawa ke klinik. Mereka semua tercengang melihat kejadian itu. Keluarga Yusuf selama ini terkenal adem ayem saja. Tak p

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Kejam

    Setelah Tegar dan Yusuf membawa Farah ke klinik tak jauh dari rumah Yusuf, Nisma langsung beraksi. Dia mengusir Hadi dari rumah Farah. “Jangan pernah datang lagi di kehidupan kami!” hardiknya pada orang yang harusnya dia hormati. Jari telunjuknya diacungkan ke wajah Hadi, menandakan dia tak main-main dengan apa yang diucapkan. Ada da rah Hadi yang mengalir di tubuhnya, dan itu membuatnya benci harus lahir dari benih laki-laki di hadapannya. Seandainya cuci da rah bisa mengubahnya, dia pasti sudah melakukan hal itu sejak lama. “Bapak mau kemana, Nisma?” tanya Hadi dengan suara gemetar. Sorot matanya seperti menginginkan belas kasih dari anaknya. “Terserah!” pekik Nisma. “Yang penting jangan pernah lagi muncul dihadapan kami!” Nisma sama sekali tak memiliki belas kasihan pada Hadi. Melihat raut wajah Hadi, tentu akan membuat banyak orang merasa kasihan. Hadi tetap bertahan, tak mau keluar dari rumah Yusuf. Susah payah dia mencari alamat Farah, dan setelah ketemu, tak mungkin dia p

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Trauma itu kembali

    Saat Lila akan menyalami Hadi, tiba-tiba saja Farah menarik tangannya dan segera menggendong Lila masuk ke dalam rumah. Yusuf sangat terkejut melihat reaksi Farah. Sementara Hadi hanya bisa terpaku di tempatnya.“Pak, masuk dulu. Nanti saya bicara sama Farah,” kata Yusuf mempersilahkan Hadi masuk ke dalam rumahnya. Rumah itu sederhana, tetapi sangat nyaman juga bersih. Yusuf mempersilahkan Hadi duduk di ruang tamu, sementara dia ke kamar menyusul Farah. Hati-hati dia membuka pintu kamar. Sampai di kamar, Farah langsung memberondongnya. “Kenapa Abang bawa dia kesini?!” tanya Farah dengan ketus.Yusuf tau, istrinya sedang marah. Kalau sudah begini, seperti apapun dilayani hanya akan semakin menyulut amarah Farah lebih besar lagi. “Lila di luar dulu ya, temani Kakek,” kata Yusuf pada Lila agar dia leluasa bicara dengan istrinya. “Nggak!” tolak Farah tegas. Dia melarang anaknya keluar apalagi menemani laki-laki yang harusnya dipanggil bapak olehnya. Yusuf sangat terkejut. Baru kali

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Buat apa dia datang?

    Farah terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Sudah lama dia tak bermimpi buruk, tetapi beberapa hari ini, mimpi itu datang lagi. Wanita itu bangun, dan mengusap wajahnya yang berkeringat. Dilihatnya wajah suaminya yang tidur lelap di sampingnya. Suara nafasnya yang menderu masih terdengar. Dadanya masih bergerak naik turun dengan cepat. Mimpi itu sangat menakutkan. Tepatnya bukan mimpi, tetapi peristiwa yang pernah dia alami sewaktu kecil dan selalu menghantui. Seperti bayangan yang tak mau berlalu, selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Sudah sangat lama, dia bisa tidur nyenyak karena mimpi itu tak pernah datang lagi. Tetapi, dia sendiri tak tahu, kenapa sekarang mimpi itu kembali menghantui.~~~~~~Mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya, Farah yang sedang menyuapi anak sulungnya yang masih berusia tujuh tahun, segera buru-buru membuka pintu. Dia mengira suaminya Yusuf yang pulang bekerja. Wanita cantik itu memasang senyum manis di wajahnya untuk menyambu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status