Share

Trauma itu kembali

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 00:39:18

Saat Lila akan menyalami Hadi, tiba-tiba saja Farah menarik tangannya dan segera menggendong Lila masuk ke dalam rumah. 

Yusuf sangat terkejut melihat reaksi Farah. Sementara Hadi hanya bisa terpaku di tempatnya.

“Pak, masuk dulu. Nanti saya bicara sama Farah,” kata Yusuf mempersilahkan Hadi masuk ke dalam rumahnya. 

Rumah itu sederhana, tetapi sangat nyaman juga bersih. Yusuf mempersilahkan Hadi duduk di ruang tamu, sementara dia ke kamar menyusul Farah. 

Hati-hati dia membuka pintu kamar. Sampai di kamar, Farah langsung memberondongnya. 

“Kenapa Abang bawa dia kesini?!” tanya Farah dengan ketus.

Yusuf tau, istrinya sedang marah. Kalau sudah begini, seperti apapun dilayani hanya akan semakin menyulut amarah Farah lebih besar lagi. 

“Lila di luar dulu ya, temani Kakek,” kata Yusuf pada Lila agar dia leluasa bicara dengan istrinya. 

“Nggak!” tolak Farah tegas. Dia melarang anaknya keluar apalagi menemani laki-laki yang harusnya dipanggil bapak olehnya. 

Yusuf sangat terkejut. Baru kali ini, istrinya yang biasa lemah lembut itu meninggikan suara padanya. Apalagi di depan anaknya. 

Air mata Farah mengalir deras. Dadanya terasa bergemuruh, sesak. 

“Aku … nggak mau … anakku dekat sama dia!” kata Farah pelan penuh penekanan dengan gigi yang rapat.

Yusuf menyadari, Farah benar-benar marah. Kehadiran Hadi, membuat traumanya yang baru saja sembuh, kini kembali lagi. 

Akhirnya, Yusuf meraih bahu Farah dan memeluknya erat. Saat ini istrinya butuh dukungan darinya. Yusuf tak tahu, apakah membawa Hadi masuk ke rumahnya adalah hal yang benar atau salah?

~~~~~~

Sebuah mobil berhenti di depan rumah minimalis keluarga Yusuf. Seorang wanita berparas cantik yang mirip dengan Farah. Dandanan tampak elega, dia  keluar dari mobil bersama dengan suaminya. Wajahnya tampak menyimpan amarah. 

Yusuf yang mengetahui tamu yang diundangnya telah datang, langsung membuka pintu. 

“Assalamualaikum, Bang,” sapa wanita itu. Meski wajahnya terlihat marah, dia tetap berusaha untuk tenang.

“Waalaikumsalam. Masuk,” katanya. 

Wanita itu masuk, lalu diiringi oleh suaminya. Dia melihat rumah itu lengang, hanya ada Yusuf. 

“Mana Kakak?” tanya Nisma, wanita cantik itu. 

“Ada di kamar,” jawab Yusuf setelah melepas genggaman tangan dari Tegar, suami Nisma. 

“Boleh Nisma ke kamar?” tanya Nisma lagi. Walaupun kamar kakaknya sendiri, dia tetap harus sopan. Yusuf mengangguk. 

Nisma melangkah lebar menuju ke kamar utama yang ada di rumah itu. Melihat pintu yang tertutup rapat, Nisma menekan handle pintu itu dan membukanya perlahan. Dilihatnya Farah yang sedang berbaring. Mendengar pintu kamar dibuka, Farah langsung menoleh. Melihat adiknya yang datang, Farah langsung duduk. Sejak tadi dia menangis dan mulai mereda. Tetapi, begitu melihat Nisma, tangisnya kembali meledak. 

Nisma cepat memeluk kakaknya. Berdua mereka saling menangis. Melupakan kesedihan yang hampir bisa mereka lepaskan, kini justru kembali lagi. 

“Anak-anak mana, Kak?” tanya Nisma setelah mengurai pelukan sambil menyeka wajahnya yang basah dengan telapak tangan. 

“Dijemput neneknya tadi. Bang Yusuf yang minta,” jawab Farah. “Nis, Kakak nggak mau dia di sini. Kakak takut.” 

Nisma memahami ketakutan kakaknya. Trauma yang ditorehkan lelaki bernama Hadi Santoso begitu dalam di hati mereka berdua. 

“Tolong, bicara sama Bang Yusuf. Kakak nggak tau lagi caranya bicara sama dia,” kata Farah memohon pada adiknya. 

Sebelum Yusuf akhirnya memutuskan memanggil Nisma, dia dan Yusuf sudah berdebat. Tetapi Farah yang berhati lembut, tak bisa melawan Yusuf lebih lagi. 

“Iya, kita hadapi laki-laki bajing an itu! Buat apa dia datang lagi menemui kita? Dasar, tak tau malu!” kata Nisma dengan sorot mata kebencian. “Ayo, Kakak jangan takut!” 

Nisma menuntun kakaknya keluar dari kamar. Begitu keluar, dia melihat Hadi sudah duduk di antara Yusuf dan Tegar. Saat masuk tadi, dia tak melihat laki-laki itu karena sedang mandi. Mata Nisma membola melihat laki-laki itu. Amarah di dada yang sejak tadi ditahan , seketika ingin meledak. Dilepasnya tangan Farah dan langsung mendatangi laki-laki itu. 

“Buat apa kamu datang ke sini?!” hardiknya dengan suara kuat. Tak ada lagi rasa hormat, bahkan dia tak lagi sungkan pada Yusuf, Abang ipar yang selama ini sangat disegani olehnya. 

Yusuf dan Tegar sampai terkejut, apalagi suara Nisma menggelegar. Dia tak peduli suaranya sampai didengar oleh tetangga Yusuf. 

“Sekarang kamu pergi dari sini! Jangan ganggu kami, terutama kakakku!” Suara Nisma semakin keras mengusir Hadi keluar dari rumah Yusuf. 

“Nisma, duduklah dulu. Bicara baik-baik,” kata Yusuf dengan sabar pada adik iparnya itu. Sementara Farah hanya bisa menangis saja. 

“Nggak bisa, Bang! Laki-laki ini, sengaja menunjukkan muka kasihan biar Abang luluh!” Nisma menolak permintaan Yusuf yang memintanya untuk tenang. 

Tegar bangkit, dan memegang bahu istrinya. “Sayang, duduklah dulu,” pintanya pada sang istri. 

Dada Nisma bergemuruh menahan marah. Matanya memerah dan menatap Hadi dengan nyalang seperti hendak menelan Hadi bulat-bulat. 

“Bang, boleh baik, tapi lihat siapa yang ditolong,” katanya pada Yusuf. “Dia ini orang jahat! Apa Abang nggak takut, kalau dia apa-apain Lila?!” 

“Astaghfirullah hal adzim.” Yusuf beristighfar mendengar kata-kata sinis adik iparnya. 

“Dia Kakek Lila, nggak mungkinlah. Kamu jangan berlebihan Nisma. Lagian, Bapak sudah tua. Dia sudah bertaubat. Hukuman lima belas tahun, Abang rasa cukup membuat Bapak jera,” kata Yusuf. 

Nisma menatap Abang iparnya. Rasanya tak percaya, Abang iparnya melontarkan kata-kata yang membela Hadi. 

Langkah Nisma lebar mendekati Farah yang hanya bisa menangis, lalu menarik tangan kakaknya itu. 

“Lihat!” kata Nisma dengan suara yang tegas. “Ini anaknya! Anak kandungnya! Darah dagingnya sendiri! Tapi dia tega, apalagi cuma cucu!” 

Nisma sampai hampir berteriak. Urat-urat di lehernya sampai bertonjolan saking emosinya. Tegar langsung bangkit, mencoba menyurutkan amarah istrinya. 

Farah semakin kuat menangis. Semua yang ingin dilupakannya, kembali datang ke dalam ingatannya, membuat traumanya kembali lagi. Semua akibat kehadiran Hadi. 

Laki-laki yang dipanggilnya Bapak, tetapi nyatanya justru orang yang menghancurkan masa depannya. Beruntung, Nisma dan Farah bertemu dengan orang yang tepat, yang bisa membantu mereka bangkit dari keterpurukan. 

Yusuf segera mendekap istrinya. Tubuh Farah hingga gemetar. Semua ingatan itu kembali lagi, hingga membuat kepalanya terasa hampir pecah. 

“Farah,” panggil Yusuf sambil menepuk pelan pipi istrinya. Farah hampir kehilangan kesadarannya. 

Nisma jadi ikut panik. “Kak … Kakak!” serunya memanggil sang Kakak. 

Sampai akhirnya, Farah benar-benar tak sadarkan diri di pelukan Yusuf. Yusuf panik, segera meminta Tegar bersiap-siap untuk membawa Farah ke klinik terdekat. 

Nisma melihat Hadi yang hanya bisa terperanjat melihat kejadian itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

~~~~~~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Memberi tempat tinggal

    Sampai di rumah, Farah merasa lega karena tak melihat Hadi. Dia berharap, Hadi tak datang lagi. Dia benar-benar sangat takut, apalagi dirinya memiliki anak perempuan.Setelah Yusuf membuka pintu, Yusuf membimbing istrinya dengan penuh kasih sayang. Kamu istirahat di kamar aja ya,” katanya dengan lembut. Baru lagi mereka setengah perjalanan ke kamar, terdengar suara Rundiah mengucap salam. “Assalamualaikum.” Yusuf dan Farah menoleh. Seketika raut wajah Farah kembali tegang, ternyata Rundiah datang bersama Hadi. Tubuhnya kembali gemetar dan lemas. Yusuf menyadari hal itu, dan langsung merengkuh bahu Farah ke dalam pelukannya. “Waalaikumsalam. Duduk, Bu,” kata Yusuf ramah. “Saya antar dulu Farah ke dalam ya, Bu.” “Farah sakit apa?” tanya Rundiah. “Tekanan darahnya rendah, Bu,” jawab Yusuf. Yusuf segera membawa Farah masuk ke kamarnya. Setelah membantu Farah berbaring dan menyelimuti tubuh Farah hingga ke dada, Yusuf mengusap pelan dahi istrinya yang berkeringat. “Percaya sama Aba

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Jangan sampai menyesal

    Nisma tetap mengunci rumah Yusuf. Dia tak peduli dengan Hadi yang masih diam mematung di depan rumah. Hadi juga tak bisa berbuat banyak. Begitu juga dengan Rundiah dan tetangga yang melihat kejadian itu. Nisma tak peduli dengan tatapan mereka yang menganggapnya anak durhaka. Apa tanggapan mereka akan tetap sama, kalau mereka tau, siapa Hadi sebenarnya?Wanita cantik itu masuk ke mobil, menyusul Tegar yang sudah lebih dulu masuk. Setelah itu, mobil melaju meninggalkan rumah Yusuf. “Pokoknya, kamu jangan bawa bapakmu itu pulang ke rumah kita,” kata Tegar dengan tegas. Nisma mengangguk, tanpa diminta, dia pasti akan melakukan itu. “Jangan sampai, Ibu sama Bapak tahu tentang dia. Kamu tahu kan, bagaimana reaksi Ibu nanti kalau sampai dia tahu,” kata Tegar lagi. Lagi, Nisma hanya menjawab dengan anggukan. Hubungannya dengan ibu mertuanya memang tak begitu baik. Sejak awal, mertuanya tak merestui mereka. Dulunya, Nisma adalah salah satu karyawan di warung bakso milik keluarga Tegar. Ya,

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Tak ada yang inginkan dia

    “Terserah! Asal jangan tinggal sama kami!” tegas Nisma dengan suara yang meninggi.Hadi tetap tak beranjak. Hanya Yusuf yang mau menerima kehadirannya. Dia tak ada uang, mau kemana dia pergi? Kemarin ada petugas lapas yang kasihan dan memberi ongkos padanya. Dia bertanya kesana kemari, mencari alamat anak-anaknya yang ternyata cukup jauh dari tempat tinggalnya. Hadi terpaksa meminta-minta agar ada uang untuk ongkos ke rumah Farah. Tak mungkin dia pergi begitu saja setelah menemukannya. Nisma mulai tak sabar, dengan kasar, dia mendorong Hadi, hingga Hadi mundur ke belakang. Wanita cantik itu juga dengan tanpa belas kasihan pada orang tua itu, menarik tangan Hadi hingga ke pintu rumah dan mendorongnya keluar, hingga Hadi jatuh ke tanah dengan posisi terduduk. Ternyata apa yang dilakukan oleh Nisma mengundang perhatian para tetangga yang tadi kebetulan melihat Farah dibawa ke klinik. Mereka semua tercengang melihat kejadian itu. Keluarga Yusuf selama ini terkenal adem ayem saja. Tak p

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Kejam

    Setelah Tegar dan Yusuf membawa Farah ke klinik tak jauh dari rumah Yusuf, Nisma langsung beraksi. Dia mengusir Hadi dari rumah Farah. “Jangan pernah datang lagi di kehidupan kami!” hardiknya pada orang yang harusnya dia hormati. Jari telunjuknya diacungkan ke wajah Hadi, menandakan dia tak main-main dengan apa yang diucapkan. Ada da rah Hadi yang mengalir di tubuhnya, dan itu membuatnya benci harus lahir dari benih laki-laki di hadapannya. Seandainya cuci da rah bisa mengubahnya, dia pasti sudah melakukan hal itu sejak lama. “Bapak mau kemana, Nisma?” tanya Hadi dengan suara gemetar. Sorot matanya seperti menginginkan belas kasih dari anaknya. “Terserah!” pekik Nisma. “Yang penting jangan pernah lagi muncul dihadapan kami!” Nisma sama sekali tak memiliki belas kasihan pada Hadi. Melihat raut wajah Hadi, tentu akan membuat banyak orang merasa kasihan. Hadi tetap bertahan, tak mau keluar dari rumah Yusuf. Susah payah dia mencari alamat Farah, dan setelah ketemu, tak mungkin dia p

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Trauma itu kembali

    Saat Lila akan menyalami Hadi, tiba-tiba saja Farah menarik tangannya dan segera menggendong Lila masuk ke dalam rumah. Yusuf sangat terkejut melihat reaksi Farah. Sementara Hadi hanya bisa terpaku di tempatnya.“Pak, masuk dulu. Nanti saya bicara sama Farah,” kata Yusuf mempersilahkan Hadi masuk ke dalam rumahnya. Rumah itu sederhana, tetapi sangat nyaman juga bersih. Yusuf mempersilahkan Hadi duduk di ruang tamu, sementara dia ke kamar menyusul Farah. Hati-hati dia membuka pintu kamar. Sampai di kamar, Farah langsung memberondongnya. “Kenapa Abang bawa dia kesini?!” tanya Farah dengan ketus.Yusuf tau, istrinya sedang marah. Kalau sudah begini, seperti apapun dilayani hanya akan semakin menyulut amarah Farah lebih besar lagi. “Lila di luar dulu ya, temani Kakek,” kata Yusuf pada Lila agar dia leluasa bicara dengan istrinya. “Nggak!” tolak Farah tegas. Dia melarang anaknya keluar apalagi menemani laki-laki yang harusnya dipanggil bapak olehnya. Yusuf sangat terkejut. Baru kali

  • DIA BUKAN BAPAKKU   Buat apa dia datang?

    Farah terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Sudah lama dia tak bermimpi buruk, tetapi beberapa hari ini, mimpi itu datang lagi. Wanita itu bangun, dan mengusap wajahnya yang berkeringat. Dilihatnya wajah suaminya yang tidur lelap di sampingnya. Suara nafasnya yang menderu masih terdengar. Dadanya masih bergerak naik turun dengan cepat. Mimpi itu sangat menakutkan. Tepatnya bukan mimpi, tetapi peristiwa yang pernah dia alami sewaktu kecil dan selalu menghantui. Seperti bayangan yang tak mau berlalu, selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Sudah sangat lama, dia bisa tidur nyenyak karena mimpi itu tak pernah datang lagi. Tetapi, dia sendiri tak tahu, kenapa sekarang mimpi itu kembali menghantui.~~~~~~Mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya, Farah yang sedang menyuapi anak sulungnya yang masih berusia tujuh tahun, segera buru-buru membuka pintu. Dia mengira suaminya Yusuf yang pulang bekerja. Wanita cantik itu memasang senyum manis di wajahnya untuk menyambu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status