Share

EP. 2

Nic membawa Andrea ke lantai atas tempat kamarnya berada, dengan sebelah tangannya yang kosong ia membuka kenop pintu kamarnya dan memaksa Andrea masuk ke dalam lalu mengunci pintu.

Andrea mengambil kesempatan itu untuk meghempaskan pegangan tangan Nic yang mencengkram cukup kuat tangannya, ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan pria itu.

Suasana kamar Nic yang dominan benuansa hitam dan abu-abu semakin menambah kesan maskulin dari Nic, membuat Andrea sedikit takut hanya berduaan dengannya. Entahlah, ini pertama kalinya Andrea memasuki kamar pria jadi itu membuatnya gugup.

Nic membalikkan badannya dan menatap lurus Andrea.

Andrea yang merasa tidak nyaman dilihat seperti itu oleh Nic lalu berkata, "Apa?!"

"Aku hanya mau memperingatkan untuk berhati-hati dalam bicara terutama di depan ibuku," ucap Nic terdengar cukup serius.

Andrea mengkerutkan keningnya, ia mengingat dengan jelas perkataannya beberapa menit yang lalu. "Apa yang aku katakan memang fakta bukan?" balas Andrea dengan nada yang membuat Nic semakin kesal.

"Dengar." Nic maju beberapa langkah mendekati Andrea. "Aku tidak peduli jika kau mau menghinaku, tapi tolong jangan pernah kau mengucapkan hal semacam tadi di depan ibuku! Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh ibumu?!"

Andrea mendelik kearah Nic, ia sadar bahwa ucapannya memang kasar tapi apa-apaan dia membawa ibunya sekarang. "Aku tahu yang akukatakan itu kasar, aku minta maaf! Tapi hal itu nggak merubah fakta bahwa kau itu gay!" Andrea berteriak di hadapan Nic, ia sudah kesal dan pusing dengan pernikahan paksa ini ditambah Nic mengungkapkan bahwa dirinya itu gay.

"Aku mau membatalkan pernikahan ini," lanjut Andrea dengan serius menatap Nic lekat-lekat.

Nic balas menatap Andrea lalu menggeleng. "Aku tidak bisa, mau bagaimana pun kita tetap harus menikah!" kata Nic dengan suara dalam dan memaksa.

Andrea menatap Nic tidak percaya, setelah Nic mengatakan dengan terang-terangan tentang orientasi seksualnya yang tidak normal itu ia tetap meminta Andrea untuk menikahinya?! Andrea tidak mengerti bagaimana jalan pikir pria itu.

"Kau pikir aku mau menikah dengan kamu setelah apa yang kau katakan tadi?! Jangan buat akutertawa sekarang," balas Andrea.

"Aku tahu, aku juga tidak berpikir kamu akan langsung menerimanya."

"Kalau tahu kenapa memaksa." Andrea memutar bola matanya kesal.

"Tapi kau tidak lupa alasan lain dibalik pernikahan ini kan? Kamu mau perusahaan ayahmu jatuh begitu saja?" lanjut Nic mengingatkan Andrea yang sepertinya lupa tujuan awal dari pernikahan ini.

Tubuh Andrea menegang, Andrea lupa tentang hal yang membuat dirinya menerima pernikahan ini sebelumnya. Ia terlalu marah tadi jadi ia tidak berpikir bagaimana nasib perusahaan Ayahnya.

"Bukankah ini menguntungkan kita berdua?" kata Nic membuat Andrea mengalihkan perhatiannya.

Andrea melirik kearah Nic menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.

"Aku mendapatkan nama baikku kembali, dan kau mendapat suntikan dana dari keluargaku plus akan kutambahkan check sebesar 1 juta dollar untuk deposit pernikahan kita." Nic memberikan tawaran yang terdengar sangat menguntungkan bagi keluarga Andrea, Andrea yakin jika Ayahnya mendengar itu sekarang beliau akan langsung menerimanya tanpa ragu dan akan marah besar padanya jika Andrea berani menolaknya.

"Untuk apa deposit itu memangnya kau pikir keluargaku menjual aku hah!" Andrea semakin marah mendengar ucapan Nic seolah-olah menghinanya.

Nic bersandar di dinding, menyilangkan kedua tangannya lalu mengendikkan bahunya. "Tapi memang terlihat seperti itu bukan?" ujar Nic santai dengan smirk kecilnya.

Andrea terdiam menggigit bibir bawahnya, sialan Nic mengejeknya. Andrea segera mengalihkan pandangannya dari anak bangsawan yang menyebalkan itu.

Andrea tahu keluarga Nic adalah keluarga yang sangat berpengaruh di Birmingham, kekayaannya hampir setara dengan keluarga kerajaan di Inggris membuat keluarga Nic disegani dan terkenal di lingkungan sosial kelas atas maupun bawah. Tapi ia tidak percaya ternyata Niic mempunyai sikap se-arogan ini.

"Jadi kau mau menggunakan pernikahan ini hanya untuk mengembalikkan nama baikmu?" Tanya Andrea terdengar tidak puas.

"Tentu saja, apa kau melihat alasan lain?"

Andrea kembali terdiam dan berpikir. Hal ini sangat menguntungkan baginya, hanya dengan adanya pernikahan ini rumor tentang Nic yang gay akan langsung hilang begitu saja. Tapi bagaimana dengannya? Yang untung hanyalah keluarganya bukan dirinya sendiri. Kehidupan setelah menikah macam apa yang akan dijalaninya nanti? Hanya memikirkannya saja sudah membuat Andrea takut.

Dirinya tidak berpengalaman berhubungan dengan pria, ia saja belum pernah pacaran jadi perjodohan sudah terdengar menakutkan baginya. Ditambah fakta calon suaminya yang gay membuat Andrea semakin stres hanya dengan memikirkannya.

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, sampai Andrea membuka mulutnya kembali. "Pacar, apa kau mempunyainya?" Tanya Andrea tanpa melihat kearah Nic.

Nic menaikkan sebelah alisnya merasa sedikit terganggu dengan pertanyaan bersifat pribadi seperti itu "Kenapa memangnya?"

"Jawab saja!" kata Andrea dengan suara yang tertahan.

"Punya."

Jawaban itu cukup membuat Andrea semakin mual, situasi aneh macam apa yang ia hadapi sekarang? Pernikahan konyol, calon suami tidak normal yang sudah mempunyai pacar dan lebih parahnya lagi orang tuanya yang sangat egois tetap mau menikahkan dirinya dengan pria itu hanya demi uang.

Andrea mengerti perusahaan keluarganya begitu penting, tapi apa mereka tidak memikirkan perasaannya tentang pernikahan ini begitu tahu bahwa calon menantunya itu penyuka sesama jenis.

Andrea menarik nafas lalu membuangnya perlahan sebelum berkata. "Akusudah berpikir akuakan tetap membatalkan pernikahan ini," ujar Andrea dengan bulat. Ia mengangkat wajahnya dan menatap Nic kembali.

Nic melihat ke arah Andrea tidak percaya bahwa ia tetap pada pendiriannya setelah Nic menyebutkan banyaknya keuntungan yang akan ia dapatkan dari pernikahan ini.

"Dengar Andrea, aku menikah bukan hanya ingin mengembalikkan nama baikku tetapi juga karena ibuku. Aku tidak tega melihat ibuku bersedih dan mengkhawatirkan aku sepanjang hari," ujar Nic memberi Andrea alasan lain berharap Andrea mau berubah pikiran.

Andrea diam beberapa detik menatap Nic sebelum menjawab. "Kalau begitu aku akan memikirkannya Kembali." Andrea sedikit melunak ketika Nic menyebut Fiona ibunya, ke dalam percakapan.

Nic memasang wajah kesal menghadapi sikap labil Andrea yang angat membuang-buang waktunya. Sebenarnya ini bukanlah hal yang rumit karena pastinya Andrea sudah menimbang ini, mengingat pernikahan sudah dibicarakan dari sebulan yang lalu dan seharusnya ia sudah siap menerima resiko dan konsekuensinya tapi apa-apaan sikap seolah dia yang tersiksa disini itu?

"Bukankah ini jelas sangat menguntungkanmu? Apa lagi yang perlu dipikirkan jika kita menikah tidak ada lagi yang harus kau khawatirkan bukan jadi kenapa masih ragu?" ujar Nic dengan kesabaran yang hampir habis karena Andrea yang terlalu banyak basa-basi dengan emosi yang tidak stabil, membuat Nic berpikir bagaimana bisa ia bertahan saat harus hidup dengan Andrea nanti kalau begini caranya.

"Aku harus memikirkan bagaimana kehidupanku nanti setelah menikah, ini pertama kalinya aku berkomitmen dengan seorang pria jadi setidaknya aku harus memikirkan secara matang-matang sebelum aku menyesal!" balas Andrea dengan emosi yang tertahan, Andrea benci dengan Nic yang terlihat menyepelekan pernikahan ini. Apa semua orang dewasa seperti itu? Menganggap sebuah pernikahan hanya sebatas komitmen diatas materai dan mengaggap itu adalah hal kecil.

Nic membuang nafas berat, ia mengacak rambutnya pusing menghadapi Andrea yang masih remaja. Remaja? Nic baru teringat dilihat sikap Andrea yang labil dan menyebalkan ini karena dirinya yang masih remaja dan menginginkan kebebasan.

"Andrea jika kau khawatir akuakan menganggu masa mudamu, kau salah. Aku akan membebaskanmu dan kau jangan terlalu membebani pikiranmu di pernikahan ini anggap saja pernikahan ini tidak ada dan kau bisa menjalani kehidupanmu seperti biasa kalau soal materi tidak usah pikirkan, apapun yang kau minta akan aku berikan!" ujar Nic memberikan ultimatum  lagi untuk menarik perhatian lawan bicaranya

Andrea lalu mendongakkan wajahnya, ekspresi yang ia lemparkan kali ini datar tidak terbaca lalu ia berkata dengan pelan. "Kebahagiaan"

Sebelah alis Nic terangkat, seolah bertanya.

"Apa kau bisa memberikan aku kebahagiaan?" Tanya Andrea lagi dengan serius, matanya yang bulat menatap nanar Nic.

Seketika dada Nic terasa tertohok dengan pertanyaan yang diajukan oleh Andrea, ditambah dengan tatapan iba yang ia lemparkan membuat Nic segera mengalihkan pandangannya dari Andrea.

Nic diam seribu bahasa, 'kebahagiaan' Nic tidak bisa menjawab pertanyaan yang bahkan tidak pernah terbesit di pikirannya. Baginya saat ini hal seperti itu tidak terlalu penting, meski ia sendiri tidak bahagia dengan pernikahan ini tapi hal itu bisa membuat ibunya bahagia, itu sudah lebih dari cukup bagi Nic. Asalkan ibunya tidak terus bersedih karenanya.

Tapi berbeda dengan Andrea, gadis itu sepertinya sangat memikirkan kebahagiannya dan membuat semuanya menjadi rumit seperti ini.

Suasana yang awalnya panas karena argumen yang di lemparkan keduanya tiba-tiba saja menjadi hening.

Saat ini Andrea dan Nic sedang disibuki oleh pikirannya masing-masing. Sampai Fiona ibu Nic datang mengetuk pintu mengalihkan perhatian mereka berdua dan menengahi keheningan yang ada.

Dengan inisiatif Nic membuka kunci dan pintu untuk ibunya, Andrea melihat ibu Nic datang sembari memeluk sebuah dress berwarna biru tua untuknya.

Andrea segera bangun dari duduknya, ia langsung merasa tidak enak dengan Fiona karena perkataannya tadi.

Fiona menghampiri Andrea dengan senyum lembutnya. "Kamu bisa ganti baju ini ya, ini punya Mama masih baru belum pernah dipakai karena kekecilan," kata Fiona bahkan dirinya masih bersikap baik padanya meski ia sudah menghina Nic di depannya.

Andrea tertunduk tidak mampu melihat wajah Fiona karena malu akan sikapnya tadi "Terima kasih, Ma."

Fiona tersenyum mendengar Andrea masih mau memanggilnya Mama.

"Dan aku minta maaf atas ucapan kasarku tadi" lanjut Andrea dengan pelan.

Tangan Fiona terangkat dan membelai halus rambut Andrea. "Tidak apa-apa sayang, Mama tahu kalau kamu sedang emosi tadi," ujar Fiona yang menenangkan hati Andrea.

Wajah Andrea terangkat dan melihat Fiona yang tersenyum lembut kepadanya, Andrea pun membalas senyuman itu.

Nic hanya bisa diam memperhatikan interaksi ibunya dan Andrea, sampai Andrea melangkah pergi menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan ibunya yang mengajaknya berbicara.

"Seharusnya kamu tidak langsung mengatakan hal itu Nic," ujar Fiona suaranya terdengar kecewa pada anak keduanya itu.

Nic tidak membalas karena tahu ibunya sedang marah padanya saat ini, karena jika ia membalas ibunya tidak akan berhenti untuk menceramahinya dan itu akan mempermalukannya dirinya di depan Andrea nanti.

"Andrea gadis yang baik, dia mau menuruti semua ini sampai kamu datang dan mengacaukannya," lanjut Fiona, ia tertunduk mengingat bagaimana reaksi Andrea tadi setelah tahu bahwa anaknya yang akan menikah dengannya adalah gay dan membuat harga dirinya jatuh di depan Andrea.

Fiona kembali mengangkat wajahnya kemudian menatap lembut manik mata anaknya itu, Nic tahu ada rasa malu dan kemarahan yang tertahan dibalik sikap lembut ibunya itu.

"Buat Andrea kembali menyetujui pernikahan ini Nic! mama tidak peduli entah bagaimana caranya kamu harus tetap menikah dengannya dan mengembalikan nama baik keluarga kita yang sudah kamu jatuhkan itu!" Fiona menekan setiap kata-katanya agar Nic mengerti.

Nic hanya bisa mengangguk, ia tidak lagi bisa membalas perkataan ibunya karena itu hanya sia-sia.

"Dan satu lagi." tangan kanan Fiona terangkat untuk menyentuh pipi putranya yang terasa dingin tersebut. "Jangan biarkan Andrea tahu soal pria yang berhubungan denganmu itu!" bisik Fiona dengan nadanya yang terdengar mengancam dan mengintimidasi sangat bertolak belakang dengan wajah lembutnya.

Setelah mengatakan hal itu Fiona melemparkan senyum terlembutnya pada Nic, ia kemudian berkata sebelum melangkah pergi. "Antarkan Andrea turun jika ia sudah selesai berganti pakaian"

Nic kembali mengangguk, ia baru bisa menghela nafas lega ketika ibunya pergi meninggalkan kamarnya.

Tubuh Nic bersandar di dinding seolah mencari tumpuan, sembari mengingat peringatan yang diberi Fiona tadi sebelum pergi. Ia tersenyum tipis menatap langit-langit kamarnya seolah mengejek ucapan ibunya itu dari belakang. Terlambat dia sudah mengetahui itu, Bu!

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status