Share

Bab 06 Kamu Bukan Siapa-siapa

Setelah bertemu Briana, Gian datang ke kantor karena panggilan dari ayahnya. Hari ini, ayahnya akan mengumumkan kepada seluruh karyawan bahwa Gian akan menjadi direktur utama menggantikan ayahnya.

Setelah acara selesai, Gian langsung menduduki posisinya. Ia mulai dihadapkan dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang tidak main-main. Namun, yang pertama kali Gian lakukan malah memasang foto Briana saat SMA yang berhasil ia dapatkan dari teman kelas Briana.

"Kamu masih cantik, Bri, dan aku masih jadi pengecut yang tidak bisa mengungkapkan perasaan aku," ucap Gian yang berbicara dengan potret lama Briana.

"Kalau saja dulu kamu tidak pacaran dengan Saga, aku pasti tidak akan mengganggumu dan membuatmu kesal padaku. Aku memang bodoh, Bri, semua yang kulakukan malah membuatmu membenci aku. Malam itu juga, kalau saja aku tidak mabuk, dan tidak melihat kamu bersama laki-laki tua itu, aku pasti tidak akan melakukan hal bodoh itu, Bri. Maafkan aku."

Gian memejamkan mata sambil mengepalkan tangan. Lalu, ia membuka mata dan berkata lagi, "Tapi, Bri, sekarang kamu sudah punya kehidupan baru. Apa sekarang aku harus merebutmu dari laki-laki itu? Terutama Ethan." Kepalan tangan Gian semakin kuat saat mengingat Briana yang mengkhawatirkan pria bernama Ethan, tanpa ia tahu bahwa Ethan adalah nama putranya sendiri.

Pintu ruangan Gian tiba-tiba diketuk. Gian yang terkejut, langsung menyembunyikan foto Briana di laci mejanya. Lalu ia menyuruh masuk dan berpura-pura sibuk dengan menyalakan laptop.

"Selamat siang, Bos," sapa seorang laki-laki yang membuat Gian semakin terkejut.

"Cepat banget. Udah dapat info?" tanya Gian yang kini semakin bersemangat. Ternyata Faris yang datang ke ruangannya.

"Sabar dong, Gi. Bapak masih di luar negeri sekarang, besok pagi baru sampai rumah," ucap Faris yang kini duduk di hadapan Gian.

"Lama banget."

"Ya ampun. Nggak sabaran banget sih. Emang itu cewek siapa sih?" tanya Faris.

"Kepo. Ngapain kamu ke sini?" tanya Gian yang kini menatap tajam sepupunya itu.

"Aku kerja di sini, sudah dua tahun. Dan sekarang aku dipekerjakan oleh papa kamu untuk mengawasi kamu. Jadi, hati-hati sama Faris." Faris menepuk pundaknya dengan bangga.

"Sialan. Jadi, papa nyuruh kamu buat mengawasi aku?" tanya Gian memastikan.

"Yup. Siapa cewek itu?" tanya Faris lagi.

"Kepo!" sahut Gian.

***

Briana datang ke kantor seperti biasa. Meski ia dan Dirga kemarin mengalami sedikit masalah, tapi Briana tetap bersikap profesional.

Hari ini Dirga ada kunjungan ke luar kota. Ia sebenarnya sudah berpamitan pada Briana, tapi wanita itu tidak mau menjawab panggilan telepon maupun membalas pesannya. Briana masih marah dan kecewa karena ia pikir Dirga sengaja mengundang neneknya kemarin.

Dirga tak habis akal. Ia mendatangi ruangan Briana untuk berpamitan sekaligus bertemu langsung dengan kekasihnya itu.

"Ada apa, Pak?," tanya Briana, masih tersenyum meski terlihat dipaksakan.

"Aku mau ke luar kota hari ini. Aku minta maaf atas sikap nenek kemarin. Aku juga nggak tahu kalau nenek tahu kita di sana." Ucap Dirga meminta maaf.

"Maaf, Pak. Saya banyak pekerjaan. Kalau tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, lebih baik kita tidak usah bicara," balas Briana.

"Oke. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik, dan titip salam buat Ethan." Kata Dirga.

Briana hanya mengangguk, lalu Dirga meninggalkan ruangan kerja Briana. Wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya karena ia memang benar-benar sibuk.

***

Gian baru saja sampai di kantornya. Ia langsung menghubungi Faris untuk menanyakan informasi mengenai Briana.

"Ya ampun, urusan sama kamu seribet ini. Nggak sabaran banget sih jadi orang." Faris menarik kursi untuk duduk di hadapan Gian.

"Gimana? Bayarannya mahal loh, jadi ya harus sesuai dong." Kata Gian.

"Aku nggak minta tolong bokap, tapi tadi malam aku suruh orang buat selidiki Briana. Dari info yang mereka dapat, Briana udah pernah nikah dan suaminya ngilang entah ke mana pas Briana udah hamil." Ucap Faris.

"Kalau kamu mau sabar nunggu, nanti malam kita akan dapat gambar lengkapnya. Ethan itu anaknya Briana, bukan cowoknya. Nah, bosnya si Dirga ini yang membantu mereka sejak awal." Lanjutnya.

"Apa Briana beneran suka sama Dirga? Atau jangan-jangan Ethan itu anaknya Briana sama Dirga?" tanya Gian memastikan.

"Nah itu masih dicari tau, kamu nggak sabaran. Infonya nggak lengkap deh," oceh Faris yang mulai kesal.

"Apa jangan-jangan anak itu anakku sama Briana? Tapi, aku cuma sekali melakukannya, tidak mungkin 'kan sekali tembak langsung melendung?" batin Gian.

"Udah nggak usah dipikirin. Tunggu info nanti malam aja. Sekarang mending kamu kerja, biar laporan ke papamu jadi mudah." Gerry berdiri, lalu ia meninggalkan ruangan Gian.

Gian masih memikirkan kemungkinan Briana hamil anaknya. Jika memang hamil, kenapa Briana tidak meminta pertanggung jawabannya. Apa keluarganya pernah menolaknya?

Gian tidak bisa berkonsentrasi. Ia terus memikirkan Briana dan anaknya. Gian mengacak rambutnya, frustrasi. Ia benar-benar tidak sabar dan ingin bertanya langsung pada Briana.

Laki-laki itu akhirnya pergi ke kantor Daffa. Jalanan yang macet saat makan siang begini menghambat waktunya untuk menemui Briana. Ia baru saja sampai di perusahaan Daffa saat jam makan siang hampir habis. Setelah membujuk dan meyakinkan Daffa, akhirnya Gian berhasil menemukan ruangan Briana.

Briana baru saja selesai makan siang dan kembali ke ruangannya. Ia sangat terkejut melihat Gian.

"Kamu ngapain di sini? Tau dari mana aku kerja di sini?" tanya Briana dengan kesal.

"Itu nggak penting, Bri. Sekarang aku butuh jawaban kamu karena ini lebih penting. Apa hubungan kita malam itu membuat kamu hamil?" tanya Gian langsung to the point.

Plak!

Briana menampar Gian dengan keras. Seharusnya dari awal ia melakukan ini. Ia bukan wanita yang lemah seperti dulu. Setelah menjadi ibu, Briana berubah menjadi wanita yang kuat.

"Pertama, aku tanya sama kamu. Kamu siapa emangnya berani nanyain kehidupan pribadiku? Yang kedua, aku nggak merasa punya hubungan apa pun sama kamu dan aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Yang ketiga, aku nggak sudi nyimpen apa pun dari orang yang aku benci. Yang keempat, ini tempat kerja, aku nggak peduli kamu di sini mau apa, tapi kalau kamu ganggu aku lagi, aku akan suruh satpam buat nyeret kamu!" jawab Briana dengan tegas.

Teman-teman satu timnya di bagian administrasi melihat kejadian Briana menampar Gian.

Tidak lama, Briana menelepon satpam untuk mengusir Gian, beruntung Daffa melihat keributan itu dan membawa Gian ke ruangannya.

"Lo kenapa sih cari ribut sama dia? Untung Kak Dirga nggak ada, kalau dia ada dan tau lo bikin ribut sama Briana, pasti lo dilarang ke sini lagi." Ucap Daffa.

"Gue penasaran sama anaknya Briana," jawab Gian. Ia meneguk minuman soda yang disuguhkan oleh Dirga.

"Itu lagi. Kemarin di rumah juga ribut karena nenek menolak anaknya Briana. Kata nenek, itu anak haram yang nggak jelas bapaknya, makanya nenek nggak setuju Kak Dirga nikahi Briana." Kata Daffa.

"Apa? Briana sama Dirga nggak dapat restu? Terus anak Briana?" tanya Gian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status