Share

Bab 2

Sesampainya dirumah, dinar membuka pintu dengan pelan dan selamat kali ini dia pulang lebih dulu dari ayahnya, ayahnya yang bekerja disalah satu perkebunan anggur terbesar dikota itu, sangat pemarah dan sangat tidak suka dengan apa yang dilakukan dinar, dinar selalu salah dimatanya. Mereka hanya tinggal berdua, tapi dinar merasa sendirian dirumah itu, karena jarang berkomunikasi dengan ayahnya, ayahnya selalu berdiam diri dikamar sepulang kerja.

Dinar memahami itu mungkin ayahnya capek bekerja seharian, sedangkan urusan rumah semuanya dinar yang melakukan termasuk mencuci dan memasak. Ayahnya akan keluar mengambil makanan saja, dan kembali untuk makan dikamarnya, sudah bertahun-tahun ayahnya seperti itu sejak nenek meninggal 5 tahun yang lalu. Semua dinar lakukan sendirian, tapi untung saja untuk kuliah ayahnya masih memberinya uang.

Hari itu dinar kekamar dan menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat, dia membuka tasnya dan melihat apel yang dia bawa tadi, dia berniat memakannya tapi ragu-ragu dengan asal usul apel itu. Dia membolak balik apel sampai dia mulai akan mengigitnya. Tapi belum sempat dia mengigit apel itu ada suarA benda jatuh terdengar dari kamar ayah nya, dia Kaget dan meletkkan apelnya diatas meha. 

Dia berlari menuju kamar ayahnya, sampai didepan pintu dia tidak mendengar apapun dati dalam sana, 

"ayah...apa kau baik-baik saja?" dinat bertanya dengan cemas

Tapi tidak ada jawaban dari dalam, sehingga membuat dinat tambah cemas, dan mulai mengetuk pintu kamar ayahnya.

"ayah, apa kau ada didalam?, apa yang terjadi? Bolehkah aku masuk?" dinar memberikan pertanyaan dengan cepat, tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam, semua hening tanpa ada suara sedikitpun. Dinar bertambah cemas dan berniat mendobrak pintu kamar ayahnya.

Dinar mulai menghitung untuk mendobarknya dengan kuat,

Braakkk....pintu kamar dengan gampang terbuka, tapi tidak ada siapapun disana, hanya barang-barang berserakan sana sini, dinar memeriksa seluruh kamar itu, tapi tidak menemukan ayahnya, dinar mulai membereskan kekacauan yang ada dikamar ayahnya, dengan kecemasan yang sangat dia mencari kembali keseluruh ruangan dirumah, tetapi hasilnya nihil, dan dinarpun mulai sangat sedih, karena hatus kehilangan orang yang disayang untuk kesekian kalinya, meskipun ayahnya selama ini tidak memperhatikannya tapi dinar menyayangi ayahnya seluas hatinya. Karena dialah satu-satunya yng dinar punya didunia ini.

Dinar kembali kekamarnya, dengan sedih dia duduk diatas kasur nya yang tidak lagi empuk, dan melihat apel tadi diatas meja. Dia meneteskan air mata berusaha untuk tetap tegar dan sabar dengan apa yang menimpanya, dia fokus pada apel itu dan tanpa fikir panjang lagi dia dengan cepat mengigit apel itu dan menghabiskannya, dia merasa perutnya sedikit terganjal, dan berbaring ditempat tidurnya, sambil memutar otaknya kemana harus mencari ayahnya.

Rumah dinar yang jauh dari pemukiman membuat dia susah untuk minta tolong bahkan dia tidak mempunyai tetangga disana, dia hanya berdiam diri sendirian tanpa tau apa yang harus dilakukan untuk menemukan ayahnya.

Lama dia memkirkan dan teringat dia dengan mimpinya tadi siang, dan berfikir mungkin dia akan mencoba apa yang dibilng oleh ibunya didalam mimpi itu, dia berusaha tidur dan terlelap dan akan melanjutkan mencari ayahnya esok pagi.

Setelah sekian lama dia memaksa untuk terlelap tapi tidak bisa, dia beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah kembali kekamar ayahnya.

Disana masih sama tidaj ada ayahnya, perlahan dia duduk dikursi dikamar itu, melihat2 keluar jendela yang letaknya disebelah kursi yang didudukinya. 

Seandainya ayah bisa seperti dulu dengannya, bisa meemperhatikannya dan menghabiskan waktu bersama seperti dulu saat ibu masih ada. Dia ingin sekali memeluk ayahnya saat itu, dia melihat kesekeliling kamar dan tidak ada satupun foto terpajang disana,  

Dinar menghela nafas, 

"ayah..ayah dimana? Kembalilah kesini aku tidak punya siapa-siapa lagi selain dirimu,!" dinar berkata dengan pelan

Dinar melihat satu laci tua yang sudah lapuk di sebelah ranjang ayahnya, Dia berdiri dan menbuka laci itu, dan apa yang dia lihat, sebuah apel. Lagi-lagi apel yang dia lihat hari ini, 

"kenpa ayah meletakkan buah disini?, nanti pasti akan bersemut" pikir dinar.

Dinar mengambil apel itu dan membawanga kedapur, diletakkan dikeranjang buah diatas meja makan. Yang ada dibenak dinar begitu banyak tanda tanya, seakan membuat dia sangat pusing dan tertidur didekat meja makan itu. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status