Share

SEVENTH CHAPTER

Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan. 

Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati. 

"Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya 

"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu dominan, seolah aura ini lebih kuat dari antara kedua belah kaum itu!" Ujar Damian sambil menundukkan badannya 

"Apa kau tidak sadar bahwa para penyihir hitam dan ras iblis sepertinya sudah bersatu?" Ujar Ken sambil membalikkan badannya dan menatap Damian yang menunduk hormat

"Saya sudah mendengar itu yang mulia, dan saya sudah berusaha mengirim orang ke tempat di mana aura itu berasal!" 

"Sebenarnya apa yang terjadi di sana?" 

"Lapor yang mulia, dari laporan yang saya terima. Tepat saat ini, kaum penyihir putih melakukan ritual pergantian pewaris mereka. Tapi saya tidak tau siapa pewaris mereka, namun sejauh yang saya tau. Yang mulia De Bond, sudah tiada. Dan itu adalah hal yang memang sudah biasa terjadi pada kaum penyihir putih!" 

"Kapan mereka memunculkan diri?" ujar Ken kembali menatap ke arah depan. Angin yang berhembus sudah mulai mereda. Sang rembulan juga sudah mulai memunculkan dirinya dan petir yang sejak beberapa jam yang lalu terdengar saling menyahut di atas langit kini juga sudah mulai mereda. 

"Sebenarnya saya sudah mulai merasakan bahwa beberapa hari yang lalu, tepat sebelum kita berperang melawan ras 'Werewolf' saya sudah merasakan bahwa mereka sudah mulai memunculkan diri di area pasar kala itu. Mereka membeli beberapa rempah-rempah!" 

"Kau tau apa yang harus kau lakukan bukan? Jangan sampai mereka bersekutu dengan kaum yang salah. Aku percayakan ini padamu Damian!'' Ujar Ken sambil menghilang dari hadapan Damian. 

Ras kaum penyihir putih, satu-satunya kaum yang memiliki kekuatan yang hampir sama dengan penguasa dunia itu. Keano Alexander. Meski Ken adalah penguasa dari dunia itu, ada beberapa kaum yang tidak di bawah kendalinya dan salah satunya adalah kaum penyihir putih. Kekuatan mereka luar biasa dan beruntung beberapa tahun yang lalu, para penyihir putih membantu mereka dalam peperangan melawan penyihir hitam dan ras iblis yang ingin membantai seluruh kaum. Namun setelah peperangan besar yang mengakibatkan banyak orang yang gugur dari kedua belah pihak, para penyihir putih seolah tidak pernah lagi memunculkan diri ke atas permukaan. Meski berada di dunia yang sama, tapi mereka mampu berkamuflase dengan baik. Hingga laporan dari Damian tentang mereka yang memunculkan diri membuatnya merasa ada sesuatu yang akan terjadi lagi. Ken hanya berharap bahwa mereka, para penyihir putih itu tidak sampai salah dalam memilih sekutu. 

Ken memasuki ruang aula, di sana sudah ada ayah dan ibunya serta tetua lainnya. Wajah mereka tampak sangat menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa. 

"Salam yang mulia!" ujar mereka setelah menyadari kehadiran dari Keano 

"Silahkan berdiri!" ujar Ken sambil duduk di atas singgasananya

"Terima kasih yang mulia!" seru mereka serempak sambil bangkit berdiri dan mengambil posisi duduk 

"Apa yang membuat kalian semua berkumpul di pertengahan waktu menuju pagi ini?" Seru Ken sambil Ken sambil menatap jauh ke depan. 

"Yang mulia, dengan rasa hormat. Yang mulia mungkin sudah tau aura yang begitu kuat beberapa waktu yang lalu. Apa yang mulia tidak merasa khawatir akan hal itu? Karena hamba merasakan bahwa akan ada sesuatu yang besar terjadi lagi!" ujar salah satu dari tetua itu dengan badan yang menunduk saat mengungkapkan hal itu 

"Saya sudah memikirkan hal itu, dan sudah memerintahkan tangan kanan ku untuk mencari tahu apa yang terjadi pada penyihir putih itu!" ujar Ken tetap mempertahankan raut wajahnya 

"Nak, ayah tau kau sedang dalam keadaan sulit akhir-akhir ini. Kami juga berterima kasih atas perjuangan mu beberapa hari lalu saat terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh ras werewolf itu. Tapi ayah mohon agar kau lebih memikirkan ini matang-matang, aura ini adalah aura dari penyihir hitam yang dulu kau bantai habis. Tapi kau malah mengatakan bahwa ini adalah aura dari penyihir putih, ayah mohon agar kau lebih mempertimbangkannya lagi!" ujar ayah Ken dengan posisi yang menunduk hormat 

"Awalnya saya juga merasa bahwa ini adalah aura dari penyihir hitam itu ayah, tapi entah mengapa. Aku merasa ada aura yang lain dan ini adalah aura perpaduan antara penyihir hitam dan putih. Namun karena laporan dari Damian yang mengatakan bahwa ini adalah aura dari penyihir putih dan mereka sedang melakukan ritual pergantian kekuasaan!" 

"Lapor yang mulia, kami salah telah mengatakan yang tidak kami ketahui!" ujar mereka sambil menunduk hormat tidak terkecuali dengan ayah dan ibu dari Keano sendiri 

"Silahkan angkat kepala kalian, dan sekali lagi dan mungkin ini adalah yang terakhir kali aku memperingatkan kepada kalian. Aku tidak suka ada kabar angin yang tersebar lagi, jika hal itu sampai terjadi. Maka aku, raja kalian dan penguasa dari dunia ini akan menghukum kalian tanpa memandang siapapun dan latar belakang kalian!" ujar Keano dan langsung menghilang begitu saja meninggalkan para tetua itu dan juga orang tuanya. 

"Maaf kan kami yang mulia, kami memang tidak tahu akan kabar ini!" seru para tetua itu dan membungkuk hormat pada ayah dan ibu Keano."Tidak apa-apa, untuk lain kali, kalian harus memberikan laporan yang lebih valid kepada kami!" seru mereka lalu bangkit berdiri dan keluar dari ruang aula. 

Keano sekarang duduk di dalam kasur kamarnya, entah mengapa. Beberapa malam terakhir ini, ia sama-sekali tidak bisa tidur nyenyak. Ia selalu memimpikan seorang gadis yang terus berlari menjauh darinya dan anehnya, ia selalu mengatakan kata rindu pada gadis yang ia sebut dengan Queen itu, rasanya begitu aneh membuat Keano sampai kepikiran dengan kutukan dari penyihir hitam itu beberapa tahun yang lalu. Tepatnya saat ia memenggal kepala putri dari penyihir hitam itu dan saat itulah Keano dikutuk sampai sekarang. 

Suara pintu kamarnya yang terbuka mengalihkan perhatiannya dan sosok wanita paruh baya memasuki kamar nya dengan wajah sendunya. Keano segera berdiri dan langsung memeluk wanita paruh baya itu. "Ibu!" Ujar Ken rindu dengan pelukan sang ibu. 

"Ada apa putraku? Mengapa rasanya ibu bisa menebak bahwa kau sedang dilema saat ini?" Ujar Hana, wanita paruh baya yang dipanggil ibu oleh Keano itu. 

Lelaki itu melepas pelukannya lalu menghela nafas, ibunya memang selalu tau apa yang sedang ia rasakan. "Aku bermimpi buruk akhir-akhir ini bu!" ujar Keano sambil duduk di atas ranjang nya. Hana tersenyum lalu ikut duduk di tepi ranjang putra nya yang sudah besar dan bahkan menjadi penguasa dari dunia mereka. Raja dari segala raja dari para kaum yang tunduk padanya , disegani, terkenal karena bersikap kejam dan tidak pernah menyukai wanita. Dan penguasa itu sekarang sedang duduk di hadapan Hana dengan wajah lelah, wajah yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun, bahkan kepada ayahnya sendiri. Hana masih diam, menunggu putra itu untuk melanjutkan ceritanya. 

"Aku bermimpi gadis itu berlari menjauhi ku dan aku malah terus mengejar nya dan memanggilnya Queen, aku rasa ini adalah mimpi buruk ibu!" ujar Ken 

Hana tersenyum lembut lalu mengambil tangan Ken yang mengepal dengan keras di atas kasur nya. "Kau percaya bahwa kutukan itu akan segera musnah sayang?" Seru Hana sambil mengusap punggung tangan Keano. 

Keano menatap wajah Wanita paruh baya di depannya, wajah yang sudah mulai keriput menandakan bahwa ibunya sudah tidak muda lagi. "Apa maksud ibu?" Ujar Ken penasaran akan kah kata-kata ibunya bisa ia percayai? Akankah ia akan bertemu dengan sosok gadis yang bisa mematahkan kutukannya?

"Kau hanya perlu sabar dan terus percaya pada 'MoonGooddess' sayang, ibu sendiri percaya bahwa suatu saat nanti ibu pasti bisa merasakan menimang cucu dari mu!" ujar Hana membuat Keano tidak bisa berkata apa-apa. Ia langsung memeluk wanita itu dan meneteskan air matanya. Baginya, ibunya adalah segala hal baginya, orang yang selalu ada dan selalu men-supportnya di saat Keano berpikir bahwa tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. 

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status