Home / Rumah Tangga / DUA CINTA DUA SAMUDRA / Percobaab Kesekian Kalinya

Share

Percobaab Kesekian Kalinya

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2025-03-16 21:03:53

"Aku harus mencobanya lagi," ucap Naren sembari terburu-buru menuju kamar mandi. Di tangan kanannya, dia memegang kantong plastik berwarna putih. 

Naren baru kembali dari membeli tespek di apotik. Dia membuka bungkusan dan melakukan apa yang harus ia pastikan. Dia menunggu beberapa saat, detak jantungnya semakin tak karuan. Di dalam hatinya berharap apa yang dia inginkan akan terkabul hari ini. 

Dia ingin memberikan kabar baik untuk Ryo, pasti suaminya itu akan sangat bahagia dan mereka berdua akan hidup damai tanpa ada cacian dari ibu mertuanya. Naren juga ingin melengkapi kodratnya sebagai wanita yang bisa mengandung dan melahirkan. Setidaknya dia ingin memberikan kesempurnaan di dalam keluarga kecilnya. 

Naren mengangkat tespek dari gelas kecil. Dia memejamkan kedua mata, ada rasa takut saat akan melihatnya. Namun, dia berusaha berpikir positif bahwa hasilnya akan sesuai dengan yang dia inginkan. Sambil menyebut nama Ryo dan dengungan doa, Naren membalik tespek tersebut. 

"Hah?"

Tangisnya pecah kembali, dia membuang tespek tersebut ke tempat sampah karena rasa kecewanya. Ya, negatif lagi. Tidak ada tanda-tanda dia akan hamil saat ini. Hal itu membuatnya sangat-sangat hancur. Dia merutuki dirinya sendiri, menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan. 

Naren lelah karena terus-menerus disalahkan. Bukan keinginannya jika dia tidak bisa hamil, bahkan untuk sekedar cek up ke dokter dia takut, takut bahwa fakta yang akan disampaikan oleh dokter semakin menggerogoti hatinya. 

"KAPAN AKU HAMIL, YA TUHAN?" 

Naren mengelus perutnya, dia berharap ada janin yang tumbuh di sana dan perlahan-lahan perutnya membuncit , lalu merasakan tendangan dari calon anaknya. Teman-teman seusianya pun sudah banyak yang menggendong anak, keluarga mereka bahagia. Bohong jika Naren mengatakan kebahagiaan di dalam rumah tangganya tidak hanya soal anak, nyatanya tanpa anak dirinya tidak bahagia. 

Hingga waktu berlalu, dia tidak sadar sudah mengurung diri di kamar seharian. Sampai-sampai kedatangan Ryo tidak ia sadari. Ryo memasuki rumah yang terasa kosong, dia menghela napas panjang. Setiap hari seperti ini tidak ada yang spesial, kecuali sambutan hangat dari Naren dan senyumnya yang tak pernah pudar. Namun, entah di mana istrinya saat ini karena dia tidak melihatnya di manapun. 

"Naren?" lirih Ryo, mereka masih belum berbaikan. Meskipun Ryo masih marah karena ucapan Naren yang pesimis itu, Ryo masih mencarinya.

Ryo menuju kamar,  terlihat Naren tengah meringkuk di dalam selimut putih tebal menutupi seluruh tubuhnya. Perasaan Ryo mendingin dari panas emosinya kemarin, ya...melihat sang istri yang selalu sedih. Ryo tidak tega membangunkan sang istri. 

"Apa dia sakit?" Ryo bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum menghampiri Naren. 

Namun, hatinya semakin tercubit saat melihat benda panjang berwarna putih yang teronggok di dalam tempat sampah. Ryo mengambil tiga alat tes kehamilan yang berbeda-beda bentuk dan merk. Hatinya semakin sakit, Naren seolah berjuang sendirian. Melihat tespek itu yang menunjukkan negatif, membuat sekujur tubuh Ryo gemetar. 

"Aku tidak ingin kamu terus-menerus seperti ini."

Ryo melupakan untuk membersihkan diri, dia menyelinap masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuh Naren dari belakang sangat-sangat erat. Naren terkejut, dia menyibak selimut yang membungkusnya. 

"Mas, kamu menangis?" Naren mengusap wajah Ryo yang basah. Ini bukan pertama kalinya, tetapi melihat Ryo seperti ini membuat Naren khawatir.

"Maafkan aku, maaf membuatmu selalu sedih."

"Aku tidak apa-apa, kok."

"Aku mencintaimu."

Darah Naren berdesir hangat, dia kembali merasakan kehangatan dari pelukan sang suami. Dia sangat bersyukur bahwa Ryo selalu ada untuknya dan selalu mencintainya. Naren berharap cinta itu tidak akan pernah pudar.

***

Ryo mengecup lembut ceruk leher Naren yang terekspos. Naren tidak menolak, dia menikmati sentuhan demi sentuhan dari tangan Ryo. Begitu hangat dan membuat tubuhnya semakin bergejolak. Dia menyukai sentuhan ini, setiap inci kehangatan yang diberikan oleh Ryo membuat Naren memintanya lebih. 

Naren tidak pernah bisa menahannya, dia menarik kasar tubuh Ryo agar semakin dekat dengannya. Ryo semakin dalam, semakin dalam menelusuri bibir Naren. Entah bagaimana mengartikan rasa yang mencuat dan menggebu-gebu ini, sehingga Naren dan Ryo melupakan apa yang menjadi permasalahan diantara keduanya. 

Kedua tangan mereka bertaut, menyalurkan kasih sayang hingga keseluruh tubuh. Naren mengerang kecil, tetapi mampu meningkatkan gairah pada tubuh Ryo. 

"Heem lagi, Mas." Bisikan kecil dari bibir Naren yang terus menggoda sang suami. Naren tersenyum lebar saat Ryo membuka dan memejamkan kedua matanya berulang kali. Itu tandanya sang pemimpin permainan kali ini sangat menikmatinya. 

"Aku mencintaimu," lirih Ryo dalam.

Naren menganggukkan kepalanya, "Ya, aku juga mencintaimu," balas Naren tak kalah menggoda.

Ah... Sialnya Ryo selalu mampu melumpuhkan sendi-sendi Naren sampai tubuhnya gemetar hebat. Naren merasakan kenikmatannya. Dia tidak membiarkan Ryo berhenti sekarang, dia ingin lebih lama. Naren berbalik memimpin, mengambil alih nahkodanya dan menekan tubuh Ryo di atas tempat tidur. 

Ya... Dia pintar sekali menggoyangkan pinggulnya, menaik turunkan ritmenya, sesekali pula berputar-putar kecil. Kini Ryo yang mengerang. Namun, Naren terus menggoda dengan tawa kecilnya semakin puas.

"Sudah cukup, berhenti."

"Apa, Mas?" 

"Jangan nakal! Euhm!!!"

"Baiklah sekali lagi," ujar Naren semakin mempercepat ritmenya. 

Hingga...

Boom !!!

Boom !!!

Naren tercekat, Ryo pun menegang di bawahnya. Untuk yang terakhir, Naren memberi sentuhan lembut diseluruh wajah Ryo. Malam itu kelelahan mengelabuhi tubuh mereka, hanya tidur yang bisa meredakan kelelahan mereka. 

"Jika aku tidak bisa memberimu anak, apa dirimu akan tetap mencintaiku?"

Hening... Ryo hampir berkelana dalam mimpinya.

"Ishh dasar, mesti tidur.. Heiii...."

"Heem?"

Ryo membuka mata, dia terkekeh kecil. Sudah menjadi kebiasaannya setelah menjalankan tugas sebagai seorang suami dia tidak bisa menahan untuk tidak tidur.

"Bagaimana?" Ryo mengusap pipi mulus Naren.

"Kalau aku tidak bisa ham-"

"Bisa! Jika kamu memikirkan itu terus, kamu bisa setres, dan jika kamu sakit bisa bermasalah juga dengan kesuburan kamu. Sudah, pikirkan yang senang-senang saja." 

Naren setuju dengan apa yang dikatakan Ryo. Kalau dia sampai sakit akan lebih lama untuk mereka mempunyai anak. Naren harus sehat, dan bahagia. Seharusnya dia mengesampingkan ucapan-ucapan yang menyakiti hati demi kesehatan mentalnya.

Tidak ada yang mau diposisi seperti ini, ini adalah ujian dari Tuhan agar Naren dan Ryo selalu kuat dan saling menyayangi. Sebagai suami istri harus menjadi support sistem satu sama lain, Naren tidak ingin membuat usaha Ryo yang selalu mendukungnya berakhir sia-sia, Naren harus bangkit detik ini juga. 

Selama ada Ryo di sampingnya, segala badai bisa Naren lalui terlebih itu keluarganya sendiri. Memang menyakitkan saat dicemooh oleh banyak orang, tetapi usaha tidak akan mengkhianati hasil. Naren akan terus berjuang. 

"Aku ingin lagi," kata Naren dengan nada manjanya. "Aku mau ronde dua." Naren bergelayut manja di bawah lengan sang suami. 

"Oh ayolah." Ryo memekik, dia bisa merasakan nyeri pada pangkal pahanya. 

"Tidak ada penolakan."

"Aku masih belum ready." Keduanya pun tertawa, sembari Naren melayangkan godaan demi godaan pada Ryo. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Sebuah Solusi

    "Lalu apa? Tuan?" Deo memandangnya sinis seolah Naren telah melakukan kesalahan besar. Tidak penting apapun panggilannya terhadap pria itu, Naren tidak salah sama sekali bahkan panggilan bapak itu adalah panggilan wajah dan biasa digunakan oleh semua orang. "Tuan Deo?" Braakkk...Deo tampak kesal, dia bangkit dan tiba-tiba mencengkeram lengan Naren. Semakin lama Deo menyebalkan, Naren menghempas tangan kekar itu dari lengannya. Entah apa mau pria itu, Naren hanya berusaha bekerja dengan baik, tetapi nyatanya dia tidak mendapatkan balasan positif. "Kalau begitu panggil saja seperti barusan."Naren menghela napas berat, "Memang seharusnya seperti itu, Pak." Naren membungkukkan badannya dan hendak pergi dari ruangan ini. "Saya pamit undur diri.""Naren."Naren menghentikan langkahnya, sebelah alisnya terangkat karena Deo memanggil namanya. Ternyata Deo masih ingat dengan nama panggilannya ini. Beberapa menit berlalu Deo masih diam, Naren terus menunggunya. Entah apa yang dipikirkan o

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Mantan Kekasih

    "Sudah datang, mereka sudah datang."Riuh dan bisikan dari beberapa karyawan menggema di telinga Naren. Selama bekerja di Briliant Company, untuk pertama kalinya dia dan seluruh karyawan di perusahaan ini menyambut sang CEO. Selama ini kehidupan di kantor begitu tentram dan damai. Namun, setelah ada isu digantinya CEO baru banyak rumor-rumor yang beredar. Identitas CEO lama yang selalu disembunyikan tak membuat Naren penasaran. Namun, CEO baru yang akan menjabat saat ini membuat Naren gelisah. Pasalnya Naren akan bekerja langsung di bawah tangan CEO baru itu. Naren mendengar pintu mobil dibuka oleh seseorang, dia masih tetap menundukkan kepala. "Selamat datang di Briliant Company. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Bagaimana perjalanan anda, Pak?" Tidak ada sahutan, semua orang hening dan tampak kaku. Benar dugaan Naren bahwa CEO baru itu berhati dingin. Naren masih tidak berani mengangkat kepalanya. Padahal yang berbicara dengan CEO baru itu adalah pejabat tinggi di

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Sekretaris CEO

    "Segera, dan secepatnya datang ke sini!"Naren yang mendengar suara tegas dari seberang telepon hanya bisa menganga lebar. Telepon pun diputus secara sepihak, Naren tidak bisa berkutik. Di dalam otaknya berpikir dan mengingat-ingat apa mungkin dia telah membuat kesalahan.Sayangnya, Naren sangat bersih. Dia mengajukan cuti karena sakit beberapa hari. Sebelum itu pun dia tidak melakukan kesalahan pada pekerjaannya. Namun, suara atasannya barusan seperti dia telah melakukan kesalahan besar. Naren buru-buru merapikan barang-barang, tak lupa dia merias diri meskipun masih tampak pucat. Ryo yang baru keluar dari kamar mandi pun tertegun karena sang istri terlihat sangat panik. "Kamu sudah mau masuk kerja?" Naren hanya menganggukkan kepala. Tidak ada waktu untuk berbasa-basi, sang bos bisa memecatnya jika Naren terlambat. "Bukannya sudah ajukan cuti? Kamu belum pulih.""Atasanku terdengar sangat marah." Naren menghentikan tangannya yang mengotak-atik tas. "Apa aku melakukan kesalahan?" N

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Percobaab Kesekian Kalinya

    "Aku harus mencobanya lagi," ucap Naren sembari terburu-buru menuju kamar mandi. Di tangan kanannya, dia memegang kantong plastik berwarna putih. Naren baru kembali dari membeli tespek di apotik. Dia membuka bungkusan dan melakukan apa yang harus ia pastikan. Dia menunggu beberapa saat, detak jantungnya semakin tak karuan. Di dalam hatinya berharap apa yang dia inginkan akan terkabul hari ini. Dia ingin memberikan kabar baik untuk Ryo, pasti suaminya itu akan sangat bahagia dan mereka berdua akan hidup damai tanpa ada cacian dari ibu mertuanya. Naren juga ingin melengkapi kodratnya sebagai wanita yang bisa mengandung dan melahirkan. Setidaknya dia ingin memberikan kesempurnaan di dalam keluarga kecilnya. Naren mengangkat tespek dari gelas kecil. Dia memejamkan kedua mata, ada rasa takut saat akan melihatnya. Namun, dia berusaha berpikir positif bahwa hasilnya akan sesuai dengan yang dia inginkan. Sambil menyebut nama Ryo dan dengungan doa, Naren membalik tespek tersebut. "Hah?"Ta

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Kembalilah Padaku!

    Bulan telah menunjukkan keindahan cahayanya. "Kamu di mana sih, Mas?" Dengan perasaan khawatir karena Ryo tidak kunjung pulang ke rumah, Naren hanya bisa mondar-mandir di depan pintu rumahnya sembari menelepon sang suami. Namun, tidak ada jawaban dari Ryo. Angin malam semakin dingin dan dinginnya serasa menembus ke tulang-tulang. Naren tidak sanggup lagi berdiri di luar, akhirnya dia memilih untuk masuk dan menunggu Ryo di ruang tamu. Sambil memandangi ponselnya yang menyala, rasa sedih semakin mencuat karena Ryo seakan melupakannya. Ryo pergi begitu saja disaat Naren membutuhkannya. Naren tahu bahwa Ryo kesal dengan ucapannya, tetapi kesedihan yang Naren alami juga akibat dari keluarga Ryo sendiri. Naren ingin Ryo memahami dan mengerti apa yang dirasakan hatinya saat ini, bukan malah pergi dan tidak memberi kabar sama sekali."Ayo angkat!" Pandangan Naren tertuju ke depan, dia mendengar suara gesekan sandal dari luar rumah. Cepat-cepat dia berdiri, berharap sang suami pulang ke r

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Bukan Menantu Sempurna

    "Punya istri kok gak berguna sih, Yo...." Dentingan sendok memekak keras di atas meja kaca. Semua yang ada di meja makan itu menunduk dalam. Ujung kemeja yang dikenakan Naren sampai lusuh karena terus-menerus ia remas kuat. Air mata rasanya sudah beku karena sering ditempa kata-kata menyakitkan dari sosok wanita yang Naren anggap sebagai ibu. Baru kali ini Naren merasa direndahkan oleh orang yang ia sayangi sendiri. Ibu mertua yang selalu baik kepadanya mulai acuh bahkan tega mengucapkan kata-kata menyakitkan kepada Naren. Dua bulan yang lalu sang ibu mertua masih perhatian terhadapnya, entah mengapa setelah itu tidak hanya mertuanya, tetapi seluruh keluarga dari suaminya mulai membencinya. "Harusnya ibu tidak berbicara seperti itu," ucap Ryo, suami Naren. "Dia istriku, Bu. Naren juga anakmu," lanjutnya juga tidak terima dengan perkataan sang ibunda. Naren menarik lengan Ryo karena tidak ingin suaminya bertengkar dengan ibunya. Naren tidak ingin dia yang akan disalahkan dan diang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status