Bergabung dalam operasi patuh yang tengah melakukan pengecekan kelengkapan berkas kendaraan bermotor, Charles memundurkan langkah dan menatap ke arah ujung antrian. Ada dua petugas yang sedang bersitegang dengan salah satu pengendara motor.
"Ada apa ini?" Charles datang dengan setengah berlari. "Ini mau kabur, Pak, " ucap petugas polisi itu sambil mengamankan kunci sepeda motor. “Saya bukannya mau kabur, tapi saya lagi buru-buru, Pak. Istri saya jatuh di kamar mandi. Kalau ada apa-apa sama istri saya di rumah Bapak mau tanggung jawab!” Pengendara itu mulai emosi. “Ini periksa sendiri!” Pengendara itu mengambil surat-surat motornya lantas memberikannya pada Charles. Ia lalu mengambil paksa kunci motornya dari tangan petugas dan pergi. mencabut kunci kontak sepeda motor itu. "Biar nanti saya yang urus," ucap Charles mengecek surat-surat yang orang itu tinggalkan. Di rumahnya, Yuda tengah menemani Nadia di kamar setelah selesai di pijat. "Gimana, Sayang?” tanya Yuda dengan wajah khawatir. "Sudah agak mendingan, Sayang.” Nadia tersenyum kecut berusaha menahan sakit saat berusaha memindahkan kakinya. "Maafin ya, Ma," ucap si kembar bersamaan. "Iya sayang-sayang, Mama,” ucap Nadia memeluk si kembar, pasalnya Nadia jatuh di kamar mandi karena menginjak mobil-mobilan yang entah bagaimana bisa berada di dalam sana. "Sebentar ya,” ucap Yuda meminta si kembar tetap di kamar sementara ia keluar mengecek orang yang mengetuk pintu rumahnya. “Selamat malam, Pak. Saya mau balikin ini,” kata Charles mengembalikan surat-surat kendaraan milik Yuda. "Oh iya. Terima kasih sudah repot-repot mengantar ini ke rumah," sahut Yuda tersenyum, “maaf atas kejadian tadi, Pak.” "Tidak masalah,” kata Charles seraya menanyakan keadaan istri Yuda. "Sekarang sudah lebih baik, Pak. Mau mampir dulu?" Yuda basa basi. "Lain kali ya saya pasti mampir." Charles pamit setelah mereka saling berjabat tangan. "Ternyata masih ada polisi baik kayak dia," gumamnya sambil menutup pintu. *** Setelah memanaskan mobilnya Vanya bersiap untuk berangkat ke kantor. "Pagi, Van," sapa Reni saat melihat Vanya muncul di belakangnya hendak absen masuk. "Pagi, Ren." "Hari ini Tante Erin ulang tahun, kamu sudah kasih hadiah?” Tanya Reni dengan nada tidak bersahabat. Vanya hanya diam karena ia sendiri tidak tahu kalau Erin berulang tahun hari ini. “Atau kamu gak tahu?” “Aku duluan ya, banyak kerjaan,” sahut Vanya bergegas naik ke lantai tiga tak menjawab pertanyaan Reni. Sambil menyalakan komputer, Vanya mengecek handphonenya. Begitu terhubung dengan wifi kantor, beberapa pesan langsung masuk. Ternyata sejak tadi malam kuota internetnya sudah habis. “Kak Vanya kok gak bisa dihubungi mulai kemarin?” Sandra langsung nyerocos begitu panggilannya diangkat oleh Vanya. “Maaf ya, San. Lupa isi pulsa,” sahut Vanya. “Kirain ada apa. Kak Vanya jangan lupa datang ya malam ini. Acara ulang tahun Mama, pesan Mama Kak Vanya juga bawa Mamanya Kak Vanya,” ucap Sandra memberi tahu. Gadis itu mengiyakan ucapan Sandra lantas mengakhiri panggilan. Belum ada dua menit, handphone milik Vanya kembali berdering. Panggilan dari Mama. "Kok mendadak, Ma?" Vanya kaget saat Mama mengatakan sedang dalam perjalanan menuju Bandung. "Tadi pagi Yuda telepon, bilang kalau Nadia jatuh di kamar mandi. Mama khawatir kalau dia kenapa-napa. Lusa Mama balik,” terang Mama. “Iya, Ma. Padahal tadi Vanya mau ngajak Mama ke rumahnya Charles. Undangan ulang tahun Tante Erin.” "Maaf ya, Sayang. Sampaikan salam Mama buat Tante Erin ya,” pesan Mama. “Oke, Ma. Hati-hati di jalan ya, Ma.” *** Masih menggunakan handuk, Vanya berdiri di depan lemari, bingung memilih pakaian apa yang cocok untuk dikenakannya. Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu yang begitu kencang membuat Vanya tak fokus memilih pakaian. Menggantikan handuknya dengan baju kimono, Vanya berjalan menuju pintu depan dan langsung membuka pintu tanpa melihat dulu dari balik jendela. Vanya mematung saat melihat Charles berdiri di depannya. Tatapan pria itu susah dijelaskan saat melihat Vanya mengenakan kimono tipis itu. Samar terlihat lekuk tubuh gadis itu. “Tunggu di luar!” seru Vanya cepat menutup pintu. Sadar dengan tatapan Charles itu, Vanya bergegas menuju kamarnya. Masih berdiri di depan pintu, nafas Charles naik turun terbayang Vanya. Entah angin apa yang membawanya ke sini dan melihat pemandangan seperti itu tadi.Bergabung dalam operasi patuh yang tengah melakukan pengecekan kelengkapan berkas kendaraan bermotor, Charles memundurkan langkah dan menatap ke arah ujung antrian. Ada dua petugas yang sedang bersitegang dengan salah satu pengendara motor. "Ada apa ini?" Charles datang dengan setengah berlari."Ini mau kabur, Pak, " ucap petugas polisi itu sambil mengamankan kunci sepeda motor.“Saya bukannya mau kabur, tapi saya lagi buru-buru, Pak. Istri saya jatuh di kamar mandi. Kalau ada apa-apa sama istri saya di rumah Bapak mau tanggung jawab!” Pengendara itu mulai emosi.“Ini periksa sendiri!” Pengendara itu mengambil surat-surat motornya lantas memberikannya pada Charles. Ia lalu mengambil paksa kunci motornya dari tangan petugas dan pergi.mencabut kunci kontak sepeda motor itu."Biar nanti saya yang urus," ucap Charles mengecek surat-surat yang orang itu tinggalkan.Di rumahnya, Yuda tengah menemani Nadia di kamar setelah selesai di pijat. "Gimana, Sayang?” tanya Yuda dengan wajah khawati
"Kamu baru beli cincin, Van?" tanya Mama kala melihat Vanya duduk di kursi meja makan sambil mengelus-ngelus cincin berlian di tangannya.“Eh itu, anu,” jawab Vanya gelagapan sembari menyembunyikan tangannya."Atau kamu sudah dilamar sama Charles?” terka Mama. Vanya mengangguk pelan membenarkan ucapan Mama. Mematikan kompornya, Mama lantas duduk di sebelah anak gadisnya itu. "Ceritain gimana dia ngelamar kamu,” kata Mama sangat antusias. Wajahnya begitu penasaran menunggu Vanya bersuara.Sedikit malu-malu Vanya menceritakan kejadian sewaktu di restoran kemarin. Malu sama Mama karena Charles sama sekali tidak romantis saat melamarnya. “Masa dia langsung masangin cincin ke jari tangan Vanya, gak ada manis-manisnya sama sekali, Ma,” ucap Vanya berubah menjadi kesal.“Kenapa kebanyakan pria tidak romantis ya. Sama seperti papa kamu dulu,” sahut Mama teringat kenangannya bersama papanya Vanya dulu."Tapi….” Vanya menatap Mama lekat, “tapi Mama gapapa aku sama Charles?” Kening Mama berk
Saat sedang asyik makan siang bersama di rumah makan yang ada samping kantor, tiba-tiba saja perutnya terasa sakit. Mencoba untuk mengabaikannya, tapi lama kelamaan Vanya merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya. Buru-buru ia mengambil tas kecilnya dan pergi ke kamar mandi."Tuh kan bener," ucapnya begitu masuk ke toilet. Untungnya gadis itu mengantisipasi hal-hal seperti ini. Selesai membereskan diri dan mencuci tangan, ia keluar dari toilet. Netranya tak sengaja bertemu pandang dengan Tristan yang ternyata juga berada di rumah makan itu. Sebenarnya Vanya ingin menghindar, tapi Tristan lebih dulu menghampirinya.“Makan siang di sini? Ayo bareng,” ajak Tristan ramah."Aku sama temen-temen kantor, Bang,” sahut Vanya sambil menunjuk salah satu meja yang penuh terisi. Kala ia hendak melangkah, Tristan meraih tangannya.“Surat yang diajuin ke kantor Ab ang kemarin, sudah di acc. Nanti surat balasannya bakal dikirim ke kampus dia ya.” Tristan masih memegang tangan Vanya. “Makasih banyak at
Dengan wajah kusut, Sandra masuk ke ruangan Frans. Pusing rasanya memikirkan tempat untuk praktek kerja lapangan. Pasalnya semester ini ia harus PKL di perusahaan selama dua bulan. Sebenarnya dia bisa saja PKL di kantor Frans, tapi menurutnya akan beda rasanya bila bekerja di perusahaan orang.“Apa Sandra praktek kerja di tempat Kak Vanya aja ya, Ma? Siapa tahu nanti bisa kerja di sana,” ucap Sandra yang di iyakan oleh Frans."Ma, nanti suruh Kak Vanya ke rumah ya,” pinta Sandra."Iya, ini Mama coba telepon,” kata Erin mengambil handphone dan menghubungi Vanya.***Jam setengah enam sore, Vanya sampai di rumah Charles, tepat saat Erin sedang menyuapi Charlo makan."Masuk sini, Van," sapa Erin saat melihat Vanya membuka pagar. Ia kemudian berteriak kecil memanggil Sandra."Hai Kak Vanya," sapa Sandra sambil melepas earphone dari kupingnya. Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan mengobrol di ruang tamu."Kayaknya bisa aja kalau kamu mau PKL di tempat Kakak, nanti Kak Vanya bantu ajuin
Ucapan Charles yang mengatakan kalau ia sibuk, ternyata tak terbukti. Vanya yang sudah bersiap untuk pulang, kaget serta heran karena Charles malah menjemputnya."Katanya mau pulang," celetuk Reni yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya."Bikin kaget aja kamu, Ren,” ucap Vanya mengelus dadanya, “ini mau pulang, dah,” lanjut Vanya seraya mempercepat langkah kakinya masuk ke dalam mobil Charles."Katanya kamu sibuk?" tanya Vanya sambil memasang sabuk pengaman. Terlihat jelas wajah Charles yang kusam dan lelah."Daripada jemput aku, lebih baik kamu istirahat. Kecapean gitu," ucap Vanya tanpa bermaksud apa-apa, tapi malah ditanggapi Charles dengan sedikit marah."Oh jadi kamu gak suka aku jemput? Kamu sudah janjian dijemput sama Tristan?”"Kenapa sih kamu? " tanya Vanya bingung, "kamu itu lebih baik istirahat, jadi kalau tersorot kamera kelihatan cakep,” lanjut Vanya. Tadi siang ia melihat Charles di salah satu stasiun tv sedang mengawal tamu kantornya yang sedang melakukan kunjungan ke ma
Sesuai dengan kesepakatan Vanya dan Charles, untuk pertama kalinya mereka berjalan bersama berdua. Menjemput Vanya di rumahnya, gadis itu mengira akan diajak nonton atau paling tidak makan. Namun ternyata salah. Charles malah membawanya ke makam mendiang istrinya. "Hai," sapa Charles sambil meletakkan beberapa tangkai bunga mawar di atas makam. Kirana Anjani nama yang tertulis di batu itu. Tampak Charles memandang lekat makam di depannya itu, tanpa ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Vanya seolah dapat merasakan kesedihan yang dialami Charles, kala melihat pria itu tetap diam di depan makam mendiang istrinya. Seperti tak ada kata yang cocok untuk menggambarkan kesedihannya saat ini.Selesai dari tempat itu, mereka berdua kemudian menuju salah satu kedai kopi. Setelah memesan menu di kasir, mereka memilih tempat duduk didekat jendela kaca yang menghadap ke arah jalan raya."Kamu gak cuci tangan dulu? Tadi kan tangan kamu kotor. Jangan jorok," ucap Vanya saat melihat Charles henda