Merasa ini adalah waktu yang tepat, Charles mengumumkan bahwa ia telah melamar Vanya. Mendengar hal itu, Erin rasanya sangat bahagia. Seolah ini adalah kado terindah yang pernah ia terima. Segala perjuangannya mendekatkan Charles dengan Vanya ternyata tidak sia-sia. Meski di awal ia sempat bersitegang dengan anak pertamanya itu.
Vanya sendiri tersipu malu saat Erin terus menerus mengucapkan terima kasih karena telah menerima lamaran Charles. Sementara itu ekspresi wajah Charles langsung berubah datar setelah mengumumkan hal itu. Entah apa yang sedang dipikirkannya. "Jadi kapan mau diresmikan?" tanya Erin menatap Vanya dan Charles bergantian. "Secepatnya, Ma," jawab Charles singkat tanpa memandang Erin maupun Vanya, tapi fokus menghabiskan potongan kue ulang tahun. Semakin senang Erin mendengar ucapan Charles barusan hingga ia tidak henti mengucapkan terima kasih pada Vanya. Begitu jam menunjukan pukul setengah sembilan malam, Vanya bersiap hendak pamit pulang. Hal itu juga diikuti oleh Charles yang ternyata harus balik ke Bandung malam ini juga. "Kalian hati-hati ya," ujar Erin sambil melambaikan tangan. Sepanjang perjalanan pulang tak ada perbincangan di antara mereka berdua. Vanya bahkan sempat berpikir apakah Charles benar akan meresmikan hubungan mereka. Kalau dilihat dari sikap dan ekspresi Charles, seolah menikahi Vanya hanya suatu kewajiban untuk memenuhi permintaan Erin. Gadis itu langsung keluar dari mobil tanpa pamit ketika sampai di depan rumah. Merasa aneh dengan sikap yang ditunjukkan oleh Vanya, Charles cepat mengejar gadis itu sebelum ia masuk ke dalam rumah. "Hati-hati," ucap Charles meraih tangan Vanya. "Gak kebalik? Harusnya kan kamu yang hati-hati di jalan." Vanya melepas pelan genggaman tangan Charles. "Aku pergi dulu." Pamit Charles. Selesai membersihkan diri, Vanya berbaring di atas kasur sambil mengecek handphonenya yang penuh dengan pesan dari Sandra. Adiknya Charles itu mengirimkan foto saat mereka makan malam di rumah tadi. Tangannya lincah menggeser layar handphonenya, mengamati setiap foto yang Sandra kirim. Hampir semua foto menunjukan ekspresi datar Charles, tapi saat ia tiba di foto terakhir wajahnya berubah. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Vanya memperbesar foto itu. Foto yang memperlihatkan Charles sedang tersenyum manis saat ia tengah memangku Charlos. Cukup lama ia terus memandangi foto itu hingga ia memutuskan untuk tidur. *** Mama baru saja memberitahu Vanya kalau kepulangannya hari ini ditunda karena permintaan Yuda. Yuda meminta Mama untuk tetap berada di Bandung agar bisa menemani Nadia di rumah sampai beberapa ke depan. "Ma, tadi Yuda telepon. Malam ini kita makan malam di luar,” ucap Nadia menghampiri Mama. “Oke. Kalau gitu Mama siap-siap dulu ya,” sahut Mama bergegas menuju kamar dan berganti pakaian. Nadia sedang duduk di ruang tamu memperhatikan si kembar bermain, saat Yuda datang dan langsung memeluknya. “Eh, kamu sudah pulang, Sayang. Aku lagi nungguin Mama selesai biar bisa gantian jaga si kembar,” ucap Nadia berusaha melepaskan pelukan Yuda tapi tidak bisa. “Si kembar sudah besar, Sayang. Kamu gak mau bantuin aku bersih-bersih?” tanya Yuda dengan mata genitnya. “Jangan aneh-aneh, Sayang,” kata Nadia mencubit pelan perut Yuda. Setelah siap, mereka semua pergi menuju salah satu tempat makan yang cukup terkenal di Bandung. Sesampainya di sana suasana cukup ramai karena suasana dingin yang sangat cocok ditemani dengan makanan berkuah. Begitu menemukan meja kosong, mereka segera duduk dan menunggu Yuda datang. "Duduk tenang ya, Sayang. Mama kakinya masih sakit lo," ucap Mama pada cucu kembarnya. Namun si kembar yang memang ingin tahu banyak hal, tentu saja tidak mendengarkan ucapan Mama. Mereka berlarian hingga menabrak salah satu pengunjung. "Aduh!" seru si kembar yang jatuh. Laki-laki yang ditabrak si kembar itu cepat membantu mereka berdiri. "Tempatnya sempit, jangan lari-lari disini ya," ucap laki-laki itu sambil melayangkan pandangan ke sekitar tempat makan itu. "Tadi Papa bilang apa?" Yuda muncul dan membuat kaget si kembar. “Loh, ketemu lagi,” ucap Yuda saat melihat Charles. “Ayo gabung,” ajak Yuda pada Charles yang kaget bisa bertemu lagi. “Ayo, Om." Si kembar menarik tangan Charles menuju tempat mereka duduk. Melihat Yuda kembali dengan Charles, Mama jelas kaget. “Ketemu dimana sama Charles?” tanya Mama menatap Yuda dan Charles bergantian. Yuda mengerutkan keningnya menatap Charles dari bawah hingga atas. Tidak menyangka kalau orang yang Mama ceritakan sekarang ada di depan matanya. “Jadi dia orangnya, Ma? Yang sama Vanya?" Yuda kembali memandangi Charles. Untunglah pertemuan pertama mereka meninggalkan kesan yang baik, sehingga Yuda tidak ada alasan untuk bersikap kasar pada Charles. Mereka hanya berbincang ringan saat menikmati hangatnya soto, namun celetukan Mama membuat suasana sedikit tegang bagi Charles. "Jadi kamu sudah melamar adik aku?" Yuda mengulangi ucapan Mama. Charles menelan salivanya. Tak pernah terbayang akan ditanya seperti itu oleh saudara laki-laki Vanya. "Iya, Bang," jawab Charles tegang. "Kamu yakin mau serius sama Vanya?" "Iya, Bang. Rencananya saya dan keluarga mau silaturahmi ke rumah. Ini lagi ngatur jadwal, karena kebetulan saya lagi dinas di sini selama sebulan," ucap Charles dengan hati-hati takut salah ngomong. "Ya sudah, atur jadwal di hari Sabtu ini saja. Kebetulan weekend ini kami semua mau ke Jakarta sekalian ngantar Mama," usul Yuda. "Iya, Bang," jawab Charles singkat. Panggilan masuk di handphonenya, berhasil menyelamatkan Charles dari ketegangan ini. Buru-buru ia pamit duluan. Setibanya di rumah, Mama membantu Nadia mengganti baju si kembar dan membiarkan mereka tidur duluan. "Jadi gimana?" tanya Mama pada Yuda. "Sejauh yang Yuda lihat orangnya baik. Sebelum ini Yuda sudah pernah ketemu sama dia,” ucap Yuda membuat Mama bertanya-tanya. Ia kemudian menceritakan kejadian waktu itu dan sikap yang Charles ambil. "Pertama kali ketemu sama dia, Mama lumayan kaget. Dia malam-malam datang ke rumah minta restu sama Mama. Dia juga cerita latar belakang dan status dia,” ucap Mama. "Kalau ini memang yang terbaik buat Vanya, Yuda pasti dukung, Ma,” ucap Yuda disambut senyuman dari Mama.Vanya baru saja menyelesaikan sarapan kemudian pamit pada Mama. Menentang kunci mobilnya, Vanya kaget melihat mobil Charles sudah terparkir di depan rumahnya."Kamu ngapain?” tanya Vanya kala Charles mendekat. Pria itu pagi ini terlihat tampan dan gagah dengan seragam kerjanya. "Mau ngantar kamu kerja,” jawab Charles kemudian menghampiri Mama dan memberikan salam. Vanya terperangah melihat sikap yang Charles tunjukkan.“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama saat Vanya memberikan kunci mobilnya pada Mama.Aroma parfum Charles yang maskulin langsung tercium di indra penciuman Vanya, ruangan mobil. Wangi yang membuat candu bagi Vanya."Sebentar lagi tugasku di Bandung bakal selesai, kapan kamu siap?”"Siap apa?" tanya Vanya dengan polosnya."Menikahlah, apalagi?" tandas Charles. Tenggorokan Vanya serasa terkecat tak dapat menjawab perkataan Charles. Mobil berhenti di depan kantornya. Vanya bersiap turun namun tangannya ditahan oleh Charles."Sudah pernah kub
Tok tok tokDengan malas Vanya membuka pintu."Kamu!" seru Charles saat melihat tampang Vanya yang kucel, rambut berantakan dengan menggunakan baju tidur pendek."Pagi-pagi ngapain sih ke sini?" tanya Vanya sambil mengikat rambut berantakannya. Entah kenapa gaya Vanya yang seperti itu membuat Charles menjadi tersipu malu. Wajahnya memerah saat melihat sebagian perut rata milik Vanya."Kamu sendiri di rumah?" Pertanyaan Charles membuat nyawa Vanya tersadar. Buru-buru ia merapikan pakaiannya. Bagaimanapun juga pria di depannya itu adalah pria normal yang sudah lama tidak menerima kasih sayang."Kamu ngapain kesini?" tanyanya balik."Aku mau ngajak kamu nyari kue ulang tahun buat Charlos.""Kemarin di telepon, kata Tante Erin semua sudah beres, jadi ngapain kamu nyari kue ulang tahun lagi?""Cepatlah kamu siap-siap," perintah Charles yang langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tak dapat berbuat apa-apa, Vanya mengambil langkah seribu masuk ke kamarnya dan bersiap-siap. Tak samp
Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles."Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa
Merasa ini adalah waktu yang tepat, Charles mengumumkan bahwa ia telah melamar Vanya. Mendengar hal itu, Erin rasanya sangat bahagia. Seolah ini adalah kado terindah yang pernah ia terima. Segala perjuangannya mendekatkan Charles dengan Vanya ternyata tidak sia-sia. Meski di awal ia sempat bersitegang dengan anak pertamanya itu. Vanya sendiri tersipu malu saat Erin terus menerus mengucapkan terima kasih karena telah menerima lamaran Charles. Sementara itu ekspresi wajah Charles langsung berubah datar setelah mengumumkan hal itu. Entah apa yang sedang dipikirkannya."Jadi kapan mau diresmikan?" tanya Erin menatap Vanya dan Charles bergantian."Secepatnya, Ma," jawab Charles singkat tanpa memandang Erin maupun Vanya, tapi fokus menghabiskan potongan kue ulang tahun. Semakin senang Erin mendengar ucapan Charles barusan hingga ia tidak henti mengucapkan terima kasih pada Vanya.Begitu jam menunjukan pukul setengah sembilan malam, Vanya bersiap hendak pamit pulang.
Bergabung dalam operasi patuh yang tengah melakukan pengecekan kelengkapan berkas kendaraan bermotor, Charles memundurkan langkah dan menatap ke arah ujung antrian. Ada dua petugas yang sedang bersitegang dengan salah satu pengendara motor. "Ada apa ini?" Charles datang dengan setengah berlari."Ini mau kabur, Pak, " ucap petugas polisi itu sambil mengamankan kunci sepeda motor.“Saya bukannya mau kabur, tapi saya lagi buru-buru, Pak. Istri saya jatuh di kamar mandi. Kalau ada apa-apa sama istri saya di rumah Bapak mau tanggung jawab!” Pengendara itu mulai emosi.“Ini periksa sendiri!” Pengendara itu mengambil surat-surat motornya lantas memberikannya pada Charles. Ia lalu mengambil paksa kunci motornya dari tangan petugas dan pergi.mencabut kunci kontak sepeda motor itu."Biar nanti saya yang urus," ucap Charles mengecek surat-surat yang orang itu tinggalkan.Di rumahnya, Yuda tengah menemani Nadia di kamar setelah selesai di pijat. "Gimana, Sayang?” tanya Yuda dengan wajah khawati
"Kamu baru beli cincin, Van?" tanya Mama kala melihat Vanya duduk di kursi meja makan sambil mengelus-ngelus cincin berlian di tangannya.“Eh itu, anu,” jawab Vanya gelagapan sembari menyembunyikan tangannya."Atau kamu sudah dilamar sama Charles?” terka Mama. Vanya mengangguk pelan membenarkan ucapan Mama. Mematikan kompornya, Mama lantas duduk di sebelah anak gadisnya itu. "Ceritain gimana dia ngelamar kamu,” kata Mama sangat antusias. Wajahnya begitu penasaran menunggu Vanya bersuara.Sedikit malu-malu Vanya menceritakan kejadian sewaktu di restoran kemarin. Malu sama Mama karena Charles sama sekali tidak romantis saat melamarnya. “Masa dia langsung masangin cincin ke jari tangan Vanya, gak ada manis-manisnya sama sekali, Ma,” ucap Vanya berubah menjadi kesal.“Kenapa kebanyakan pria tidak romantis ya. Sama seperti papa kamu dulu,” sahut Mama teringat kenangannya bersama papanya Vanya dulu."Tapi….” Vanya menatap Mama lekat, “tapi Mama gapapa aku sama Charles?” Kening Mama berk