Beranda / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Surat Perjalanan

Share

Surat Perjalanan

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 11:11:35

Seperti biasa, awal bulan selalu datang dengan membawa kejutannya. Siang ini Vanya menerima pemberitahuan untuk mengikuti pelatihan di Makassar selama lima hari.

"Aduh. Males banget," umpatnya saat melihat daftar nama peserta yang tertulis nama Reni. Ia yakin kalau Reni akan kepo mengenai hubungannya dengan Charles.

Sudah lama gadis itu tidak mendapatkan pelatihan keluar kota. Ada rasa excited tapi juga ada rasa malas karena harus pergi bareng dengan Reni. Sebelum pulang ia mampir sebentar ke ruang personalia untuk menanyakan perihal keberangkatannya.

"Wen, aku sesuai jadwal aja ya, perginya Minggu sore pulangnya Sabtu pagi," ucapnya pada Weni yang sedang riweuh sama peserta yang lain. Weni hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Setibanya di rumah, tampak mobil Charles terparkir cantik di halaman. Mama spontan memanggilnya saat melihat Vanya berdiri di ambang pintu.

"Ini, Charles mau ngajak kamu keluar, katanya mau lihat gaun pengantin."

"Harus hari ini?" tanya Vanya.

"Iya, jadi mau kapan lagi? Lebih cepat kan lebih bagus," jawab Charles. Vanya menarik nafas, kemudian berlalu dari ruang tamu dan berjalan menuju kamarnya. Sembari menunggu Vanya bersiap, Mama dan Charles mendiskusikan tanggal pernikahan. Mama yang telah memegang kalender meja, fokus memandangi beberapa tanggal yang Charles sebutkan sebagai pilihan. Mama lantas menunjuk salah satu tanggal di kalender.

"Nanti saya sampaikan sama keluarga," jawab Charles bertepatan dengan datangnya Vanya. Sesaat Charles termangu melihat Vanya yang telah siap, dengan menggunakan blouse berwarna navy dan celana pendek dengan warna senada.

“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama membuat Charles tersadar dan mengalihkan pandangannya.

Setelah pamit, mereka bergegas pergi ke salah satu butik rekomendasi Erin. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua sampai mereka tiba di butik. Beberapa gaun pengantin terpajang cantik di tubuh manekin yang ideal. Seorang wanita seumuran Erin menghampiri mereka saat mereka masuk ke dalam butik.

"Ayo sini. Tadi Mama kamu sudah menghubungi Tante, jadi Tante langsung siapin koleksi gaun pengantin terbaru buat calon istri kamu. Ayo ke sebelah sini," ajak wanita yang bernama Ningsih itu. Ia membuka tirai dan memperlihatkan desain gaun pengantin terbarunya. Melihat gaun yang ada di depannya, Vanya takjub karena semua gaun itu tampak bagus. Netranya lantas terpaku pada salah satu gaun yang berada di tengah.

"Yang itu aja," ucap Vanya dan Charles bersamaan sambil menunjuk gaun yang dimaksud saat Ratna menanyakan gaun mana yang akan dipilih.

"Kompak banget ya kalian. Ayo kita coba dulu." Ratna menggandeng tangan Vanya dan membawanya ke ruang ganti. Seorang pegawainya mengikuti dari belakang sambil membawakan gaun itu.

Di ruang ganti, Vanya tengah mencoba gaun itu. Gaun yang begitu cocok di badannya.

"Gak usah, Tante," sahut Vanya saat Ningsih meminta Vanya keluar aga Charles bisa melihat.

"Oke, Sayang. Jadi gaunnya mau yang ini? Sudah fix?” tanya Ningsih pada Vanya yang telah selesai berganti pakaian.

“Iya, Tante.” Vanya tersenyum.

Charles yang sedari tadi duduk menunggu, terkejut saat melihat Vanya sudah keluar. Ia sedikit kecewa karena tidak melihat Vanya mengenakan gaun pengantinnya.

"Terima kasih ya sudah mampir ke butik, Tante. Salam sama mama ya," ucap Ningsih sambil mengantarkan mereka keluar.

Di dalam mobil, Vanya tak lepas dari ponselnya. Ia begitu serius membaca urutan acara selama pelatihan nanti.

"Bawa laptop segala lagi," ucapnya dengan nada suara rendah. Ia ingat kalau laptop milik ya sering bermasalah.

"Kalau kedua keluarga kita gak ada halangan, bulan depan tanggal 25 kita akan melangsungkan pernikahan," ucap Charles yang menyebabkan Vanya tak berhenti batuk. Charles menepikan mobilnya, melepas seatbeltnya dan menepuk-nepuk pelan punggung Vanya.

"Sudah-sudah." Vanya menepis tangan Charles. Sekujur tubuhnya seperti tersengat listrik kaa pria itu menepuk pundaknya.

"Jadi persiapannya harus secepat mungkin.” Charles kembali melajukan mobilnya, kemudian memasuki parkiran salah satu hotel.

"Ngapain?"

"Makan,” jawab Charles dengan tatapan menelisik.

"Kita makan di tempat di lain aja bisa gak sih? Gak harus makan di restoran hotel?” Protes Vanya dengan wajahnya cemberut.

Melihat ekspresi Vanya, kali ini Charles manut saja. Ia menyalakan mesin mobil dan keluar dari parkiran. Vanya menunjuk salah satu rumah makan pinggir jalan yang menyediakan menu sederhana, nasi dan mie goreng. Vanya lebih dulu turun dari mobil dan duduk lesehan. Beberapa pengamen mulai datang dan menyanyikan beberapa lagu sebelum pengamen lainnya menjalan topi untuk meminta uang sukarela sebagai upah atas nyanyian mereka tadi. Dapat terlihat jelas Charles sangat tidak nyaman di sana. Begitu makanan datang, tanpa basa basi ia langsung menyantapnya tak sampai sepuluh menit makanannya sudah ludes tak bersisa.

"Kamu lapar apa doyan sih?" tanya Vanya saat melihat Charles telah selesai makan.

"Cepetan makannya," perintah Charles. Sedikit menggerutu, Vanya akhirnya menghabiskan nasi gorengnya dalam waktu singkat.

Begitu berada di dalam mobil, Charles mengambil minyak kayu putih dari sisi pintu mobil dan memberikannya pada Vanya yang sedang mengelus-elus kakinya yang gatal akibat gigitan nyamuk.

"Sudah dipilihkan tempat makan yang enak, kamu malah gak mau," ucapnya sambil memandangi Vanya yang sedang mengoleskan minyak kayu putih pada tempat yang gatal Tanpa sadar Vanya sedikit menaikkan ujung celananya untuk mengoleskan minyak kayu putih, yang membuat Charles dapat melihat lebih banyak kaki bagian atas Vanya. Menyadari Charles tengah memandanginya, Vanya buru-buru menyudahi kegiatan oles mengoles minyak kayu putih dan menurunkan celananya. Sungguh tidak ada maksud apa-apa saat Vanya melakukan hal itu. Niat untuk menggoda Charles pun tak pernah terbesit dipikirannya, tapi kadang-kadang tatapan Charles bisa berubah menjadi tatapan yang sulit dijelaskan saat Vanya tak sengaja melakukan gerakan yang di mata pria itu adalah gerakan menggoda.

"Besok pagi jam sepuluh kita lihat souvenir pernikahan. Jangan lupa nanti ajak mama juga," kata Charles saat mereka tiba di depan rumah Vanya. Vanya berdehem menjawab ucapan Charles dan turun dari mobilnya. Ia menatap punggung Vanya sampai Vanya hilang di balik pintu rumahnya.

Semakin sering berinteraksi dengan Vanya, membuat Charles merasakan perasaan yang aneh, yang tidak dirasakannya dengan mendiang istrinya. Dulu ia dengan mudah mendapatkan ibunya Charlos, tak ada protes maupun perlawanan. Sangat berbeda dengan Vanya yang lebih ekspresif dalam menyampaikan apa yang dirasakannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Surat Perjalanan

    Seperti biasa, awal bulan selalu datang dengan membawa kejutannya. Siang ini Vanya menerima pemberitahuan untuk mengikuti pelatihan di Makassar selama lima hari. "Aduh. Males banget," umpatnya saat melihat daftar nama peserta yang tertulis nama Reni. Ia yakin kalau Reni akan kepo mengenai hubungannya dengan Charles.Sudah lama gadis itu tidak mendapatkan pelatihan keluar kota. Ada rasa excited tapi juga ada rasa malas karena harus pergi bareng dengan Reni. Sebelum pulang ia mampir sebentar ke ruang personalia untuk menanyakan perihal keberangkatannya."Wen, aku sesuai jadwal aja ya, perginya Minggu sore pulangnya Sabtu pagi," ucapnya pada Weni yang sedang riweuh sama peserta yang lain. Weni hanya menjawab dengan anggukan kepala.Setibanya di rumah, tampak mobil Charles terparkir cantik di halaman. Mama spontan memanggilnya saat melihat Vanya berdiri di ambang pintu."Ini, Charles mau ngajak kamu keluar, katanya mau lihat gaun pengantin.""Harus hari ini?" tanya Vanya."Iya, jadi mau

  • DUDA POLISI BUCIN   Nasehat

    Vanya baru saja menyelesaikan sarapan kemudian pamit pada Mama. Menentang kunci mobilnya, Vanya kaget melihat mobil Charles sudah terparkir di depan rumahnya."Kamu ngapain?” tanya Vanya kala Charles mendekat. Pria itu pagi ini terlihat tampan dan gagah dengan seragam kerjanya. "Mau ngantar kamu kerja,” jawab Charles kemudian menghampiri Mama dan memberikan salam. Vanya terperangah melihat sikap yang Charles tunjukkan.“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama saat Vanya memberikan kunci mobilnya pada Mama.Aroma parfum Charles yang maskulin langsung tercium di indra penciuman Vanya, ruangan mobil. Wangi yang membuat candu bagi Vanya."Sebentar lagi tugasku di Bandung bakal selesai, kapan kamu siap?”"Siap apa?" tanya Vanya dengan polosnya."Menikahlah, apalagi?" tandas Charles. Tenggorokan Vanya serasa terkecat tak dapat menjawab perkataan Charles. Mobil berhenti di depan kantornya. Vanya bersiap turun namun tangannya ditahan oleh Charles."Sudah pernah kub

  • DUDA POLISI BUCIN   Mantan Mertua

    Tok tok tokDengan malas Vanya membuka pintu."Kamu!" seru Charles saat melihat tampang Vanya yang kucel, rambut berantakan dengan menggunakan baju tidur pendek."Pagi-pagi ngapain sih ke sini?" tanya Vanya sambil mengikat rambut berantakannya. Entah kenapa gaya Vanya yang seperti itu membuat Charles menjadi tersipu malu. Wajahnya memerah saat melihat sebagian perut rata milik Vanya."Kamu sendiri di rumah?" Pertanyaan Charles membuat nyawa Vanya tersadar. Buru-buru ia merapikan pakaiannya. Bagaimanapun juga pria di depannya itu adalah pria normal yang sudah lama tidak menerima kasih sayang."Kamu ngapain kesini?" tanyanya balik."Aku mau ngajak kamu nyari kue ulang tahun buat Charlos.""Kemarin di telepon, kata Tante Erin semua sudah beres, jadi ngapain kamu nyari kue ulang tahun lagi?""Cepatlah kamu siap-siap," perintah Charles yang langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tak dapat berbuat apa-apa, Vanya mengambil langkah seribu masuk ke kamarnya dan bersiap-siap. Tak samp

  • DUDA POLISI BUCIN   Bertamu

    Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles."Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa

  • DUDA POLISI BUCIN   Pengumuman

    Merasa ini adalah waktu yang tepat, Charles mengumumkan bahwa ia telah melamar Vanya. Mendengar hal itu, Erin rasanya sangat bahagia. Seolah ini adalah kado terindah yang pernah ia terima. Segala perjuangannya mendekatkan Charles dengan Vanya ternyata tidak sia-sia. Meski di awal ia sempat bersitegang dengan anak pertamanya itu. Vanya sendiri tersipu malu saat Erin terus menerus mengucapkan terima kasih karena telah menerima lamaran Charles. Sementara itu ekspresi wajah Charles langsung berubah datar setelah mengumumkan hal itu. Entah apa yang sedang dipikirkannya."Jadi kapan mau diresmikan?" tanya Erin menatap Vanya dan Charles bergantian."Secepatnya, Ma," jawab Charles singkat tanpa memandang Erin maupun Vanya, tapi fokus menghabiskan potongan kue ulang tahun. Semakin senang Erin mendengar ucapan Charles barusan hingga ia tidak henti mengucapkan terima kasih pada Vanya.Begitu jam menunjukan pukul setengah sembilan malam, Vanya bersiap hendak pamit pulang.

  • DUDA POLISI BUCIN   Siluet Gadis Itu

    Bergabung dalam operasi patuh yang tengah melakukan pengecekan kelengkapan berkas kendaraan bermotor, Charles memundurkan langkah dan menatap ke arah ujung antrian. Ada dua petugas yang sedang bersitegang dengan salah satu pengendara motor. "Ada apa ini?" Charles datang dengan setengah berlari."Ini mau kabur, Pak, " ucap petugas polisi itu sambil mengamankan kunci sepeda motor.“Saya bukannya mau kabur, tapi saya lagi buru-buru, Pak. Istri saya jatuh di kamar mandi. Kalau ada apa-apa sama istri saya di rumah Bapak mau tanggung jawab!” Pengendara itu mulai emosi.“Ini periksa sendiri!” Pengendara itu mengambil surat-surat motornya lantas memberikannya pada Charles. Ia lalu mengambil paksa kunci motornya dari tangan petugas dan pergi.mencabut kunci kontak sepeda motor itu."Biar nanti saya yang urus," ucap Charles mengecek surat-surat yang orang itu tinggalkan.Di rumahnya, Yuda tengah menemani Nadia di kamar setelah selesai di pijat. "Gimana, Sayang?” tanya Yuda dengan wajah khawati

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status