Share

Bandara

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 23:46:08

Setelah memilih souvenir pernikahan, mereka lantas meninggalkan tempat itu untuk mengantarkan Mama ke rumah temannya. Mereka kemudian menuju salah satu rumah makan karena waktu makan siang telah tiba. Suasana cukup ramai, namun tidak membuat mereka lama dilayani.

"Iga penyet." Kompak mereka menyebutkan pesanan sesaat membolak balik buku menu.

"Iga penyet dua, minumnya?"

"Air mineral." Lagi-lagi mereka kompak bersuara. Pelayan tadi meninggalkan mereka setelah mengkonfirmasi ulang pesanan.

"Berapa lama nanti kamu di Makasar?" tanya Charles yang sedari tadi sudah menahan diri. Rasanya kesal tahu kalau Vanya akan pergi keluar kota.

"Satu minggu."

"Lama banget,” protes Charles.

"Ya memang kaya gitu. Aku pelatihan satu minggu atau satu bulan emang ada pengaruhnya sama kamu?”

Charles tak bersuara. Pria itu kemudian fokus dengan makanan mereka yang telah datang. Selesai makan, Charles meminta izin untuk nyekar ke makam ibunya Charlos.

"Ia," jawab Vanya singkat. Minta izin atau tidak, sebenarnya Vanya juga tidak punya kuasa untuk menolak permintaan pria itu.

Membeli sebuket bunga mawar merah di toko depan makam, mereka berjalan beriringan menuju tempat peristirahatan terakhir mendiang istrinya Charles itu. Seperti waktu pertama kali ke sini, Vanya dapat melihat kesedihan di mata Charles. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya belaian lembut tangan Charles di batu yang bertuliskan nama Kirana.

“Hai Kirana, maaf kalau dulu aku sempat merasa iri karena kamu bisa mengambil hati Charles dan menikah dengannya. Tapi aku sedih saat tahu kamu pergi untuk selamanya setelah Charlos lahir. Aku harap kamu tidak keberatan kalau sebentar lagi aku berada di posisi kamu. Aku janji akan menyayangi Charlos seperti anakku sendiri,” batin Vanya.

Ia spontan bangkit berdiri saat Charles beranjak dari posisinya. Langit mulai menampakkan wajah muramnya ditambah angin yang bertiup agak kencang. Setetes demi setetes air mulai turun membasahi. Mereka saling memandang, memberi kode untuk meninggalkan tempat itu sebelum air yang turun semakin deras. Dengan langkah sedikit lebih cepat, mereka berkejaran dengan hujan yang sudah mulai turun dengan deras. Vanya kaget saat pria itu sigap menarik tangannya saat hujan turun dengan derasnya.

"Padahal cerah, tapi kok bisa tiba-tiba hujan?" Vanya mengambil tisu dan mengeringkan rambutnya begitu mereka berada di dalam mobil.

Charles yang baru saja selesai membuka sepatu dan kaos kakinya yang basah, mendadak jadi salah tingkah kala melihat pakaian Vanya yang basah. Jaket milik Charles yang biasanya selalu ada di dalam mobil mendadak tak terlihat.

"Kamu mau nunggu hujan reda dulu baru jalan?" tanya Vanya pada Charles yang masih berusaha mencari jaketnya di kursi belakang.

"Iya ini jalan," jawabnya singkat. Sebisa mungkin Charles fokus menyetir agar bisa cepat sampai di rumah.

Begitu tiba di depan rumah, Vanya pamit keluar dan berlari kecil karena hujan masih turun cukup deras.

Tidak ingin sakit, gadis itu langsung membersihkan diri dan berganti pakaian. Waktu telah menunjukkan pukul enam sore saat Vanya duduk santai di atas kasur untuk mengecek kondisi laptopnya.

"Haduh, mau nyalain aja harus nunggu selama ini," keluhnya setelah sepuluh menit laptopnya baru menyala. Sayup-sayup terdengar ketukan pintu. Pasti Mama, batinnya. Ia berjalan cepat membuka pintu rumah. Tampak Charles berdiri di depan pintu terlihat kedinginan dan bersin-bersin.

“Ketinggalan." Charles memberikan handphone Vanya kemudian langsung berlalu tanpa berkata apa-apa.

“Aneh.” Vanya menutup pintu dan kembali ke kamarnya.

Pria itu memilih untuk langsung pergi dari hadapan Vanya dari pada harus berada dalam satu ruangan dengan Vanya yang sedari di mobil tampak begitu menggodanya.

***

Vanya baru baru saja mendapatkan forward untuk kode booking tiket pesawatnya. Tertera jam keberangkatan jam lima sore. "Makan dulu, Sayang," ajak Mama.

"Iya, Ma." Vanya membawa koper beserta tasnya keluar dan meletakkannya di ruang tamu.

"Kamu jadi diantar sama Charles?" tanya Mama sambil menyuap nasi.

"Iya, Ma," jawab Vanya. "Ikut antar Vanya ke bandara ya, Ma?"

"Mau ikut sih, tapi gak enak sama Charles nanti dia repot." Baru selesai mengucapkan itu, di depan pintu rumah yang memang sengaja dibuka, terdengar ribut-ribut kecil.

"Aunty Vanya," panggil Erin menirukan suara Charlos. Vanya dan Mama saling berpandangan mendengar panggilan dari depan.

"Oh, Charlos, ayo masuk sini, Sayang." Mama mempersilahkan, Charles, Erin, dan Charlos masuk dan duduk di ruang tamu. "Ayok, makan dulu."

"Makasih, Bu Besan,” jawab Erin. Mama kemudian pamit sebentar ke ruang makan. Vanya memandangi Mama dengan wajah penasaran.

"Charles datang sama Tante Erin sama Charlos?" ulang Vanya.

"Iya," jawab Mama sambil meneruskan makannya dengan sedikit cepat. Gak enak membuat mereka menunggu.

Vanya dan Mama bergegas menemui mereka di ruang tamu. Berbasa basi sebentar, mereka kemudian bergegas menuju bandara. Saat Charles memasukan koper dan tas Vanya ke kursi belakang yang telah dilipatnya, Vanya melihat sebuah laptop berada di sana, spontan Vanya meminta laptop itu untuk dipinjam.

"Ya udah bawa aja, nanti laptop kamu biar aku benerin." Vanya tersenyum mendengar jawab Charles.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Charlos tak mau lepas dari Vanya. Sedikit kewalahan karena Charlos tak mau duduk manis. Dengan dipegangi Vanya, Charlos berdiri di kaki Vanya, matanya terus melihat keluar sesekali jari tangannya menunjuk-nunjuk mobil yang lewat. Celoteh-celoteh Charlos dengan bahasa yang tak di mengerti pun, mengundang tawa seisi mobil.

Charles memperlambat mobilnya saat memasuki area parkir bandara.

"Ini laptopnya ya." Vanya meletakkan laptopnya di kursi belakang. Mereka mengantarkan Vanya sampai ke depan pintu masuk. Setelah mencium pipi Charlos, Erin mengambil alih Charlos dari gendongan Vanya.

"Hati-hati di sana ya, Sayang," pesan Mama sambil memeluk Vanya. Begitu juga dengan Erin yang ikut bergantian memeluk Vanya.

"Tante ...." Seseorang memanggil Mama sambil melambaikan tangan. Mama memandang Vanya dan membaca gerakan bibir Vanya yang mengucapkan nama seseorang. Tristan.

"Apakabar, Tante?" sapa Tristan ramah. Mama memasang wajah bingung, masih menganalisa orang di depannya. "Tristan, Tante. Teman kuliah Yuda."

"Oh, iya. Kamu mau kemana?" tanya Mama yang melihat Tristan dengan kopernya.

Terlihat jelas Charles tidak menyukai kehadiran Tristan.

"Iya, ada tugas ke Makassar satu minggu ini." Ucapan pria itu membuat telinga dan hati Charles memanas.

"Wah, tujuannya sama dengan Vanya," ucap Erin sambil melirik Charles yang tak memberikan respon apa-apa. Baru saja Tristan datang, kini giliran Reni yang datang dengan hebohnya hingga membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka. Sebelum arah pembicaraan semakin tidak jelas, Vanya kembali pamit pada Mama dan Tante Erin, tak lupa ia mencium Charlos lagi. Dengan cepat, Charles menarik tangan Vanya dan mendekatkan tubuhnya.

"Kamu jangan macam-macam di sana," bisik Charles di telinga Vanya. Reni dan Tristan memandang penasaran ke arah Vanya dan Charles.

Begitu Vanya masuk ke dalam ruangan, mereka langsung menuju parkiran dan meninggalkan bandara. Charles tak banyak bicara sepanjang perjalanan menuju rumah Vanya untuk mengantarkan Mama. Hanya sesekali menjawab saat Erin dan Mama memintai pendapat mengenai persiapan pesta pernikahannya. Hati dan pikirannya berkecamuk tidak karuan memikirkan Vanya dan Tristan berada di kota yang sama selama seminggu, sedangkan ia berada jauh dari sana dan hanya bisa memantau melalui telepon dan video call.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Dinas

    Vanya akhirnya berkata jujur saat Reni terus bertanya mengenai hubungan dengan Charles. Tidak mungkin ia terus menutupi hal ini karena lambat laun Reni juga pasti tahu. Raut wajahnya langsung berubah mendengar jawab Vanya. Sepanjang penerbangan mereka juga tidak saling bicara hingga tiba di hotel tempat mereka menginap. Entah siapa yang sudah mengatur, Vanya malah satu kamar dengan Reni. Meletakkan kopernya di dekat kasur, Vanya lantas masuk ke dalam kamar mandi setelah Reni keluar.“Aku mau keluar, kamu mau nitip makan?” tanya Reni pada Vanya yang masih berada di kamar mandi."Nggak, Ren," jawab Vanya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan wajahnya.Vanya kemudian mengecek handphonenya yang sedari tadi masih dalam mode pesawat. Terlihat di layar handphonenya banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Charles. Gadis itu hanya bisa menghela nafas membaca satu per satu pesan yang Charles kirimkan. "Ya ampun!" seru Charles di ujung telepon begitu ia berhasil menghubungi Vanya. "

  • DUDA POLISI BUCIN   Bandara

    Setelah memilih souvenir pernikahan, mereka lantas meninggalkan tempat itu untuk mengantarkan Mama ke rumah temannya. Mereka kemudian menuju salah satu rumah makan karena waktu makan siang telah tiba. Suasana cukup ramai, namun tidak membuat mereka lama dilayani. "Iga penyet." Kompak mereka menyebutkan pesanan sesaat membolak balik buku menu. "Iga penyet dua, minumnya?""Air mineral." Lagi-lagi mereka kompak bersuara. Pelayan tadi meninggalkan mereka setelah mengkonfirmasi ulang pesanan."Berapa lama nanti kamu di Makasar?" tanya Charles yang sedari tadi sudah menahan diri. Rasanya kesal tahu kalau Vanya akan pergi keluar kota."Satu minggu.""Lama banget,” protes Charles. "Ya memang kaya gitu. Aku pelatihan satu minggu atau satu bulan emang ada pengaruhnya sama kamu?”Charles tak bersuara. Pria itu kemudian fokus dengan makanan mereka yang telah datang. Selesai makan, Charles meminta izin untuk nyekar ke makam ibunya Charlos."Ia," jawab Vanya singkat. Minta izin atau tidak, seben

  • DUDA POLISI BUCIN   Surat Perjalanan

    Seperti biasa, awal bulan selalu datang dengan membawa kejutannya. Siang ini Vanya menerima pemberitahuan untuk mengikuti pelatihan di Makassar selama lima hari. "Aduh. Males banget," umpatnya saat melihat daftar nama peserta yang tertulis nama Reni. Ia yakin kalau Reni akan kepo mengenai hubungannya dengan Charles.Sudah lama gadis itu tidak mendapatkan pelatihan keluar kota. Ada rasa excited tapi juga ada rasa malas karena harus pergi bareng dengan Reni. Sebelum pulang ia mampir sebentar ke ruang personalia untuk menanyakan perihal keberangkatannya."Wen, aku sesuai jadwal aja ya, perginya Minggu sore pulangnya Sabtu pagi," ucapnya pada Weni yang sedang riweuh sama peserta yang lain. Weni hanya menjawab dengan anggukan kepala.Setibanya di rumah, tampak mobil Charles terparkir cantik di halaman. Mama spontan memanggilnya saat melihat Vanya berdiri di ambang pintu."Ini, Charles mau ngajak kamu keluar, katanya mau lihat gaun pengantin.""Harus hari ini?" tanya Vanya."Iya, jadi mau

  • DUDA POLISI BUCIN   Nasehat

    Vanya baru saja menyelesaikan sarapan kemudian pamit pada Mama. Menentang kunci mobilnya, Vanya kaget melihat mobil Charles sudah terparkir di depan rumahnya."Kamu ngapain?” tanya Vanya kala Charles mendekat. Pria itu pagi ini terlihat tampan dan gagah dengan seragam kerjanya. "Mau ngantar kamu kerja,” jawab Charles kemudian menghampiri Mama dan memberikan salam. Vanya terperangah melihat sikap yang Charles tunjukkan.“Kalian hati-hati ya,” pesan Mama saat Vanya memberikan kunci mobilnya pada Mama.Aroma parfum Charles yang maskulin langsung tercium di indra penciuman Vanya, ruangan mobil. Wangi yang membuat candu bagi Vanya."Sebentar lagi tugasku di Bandung bakal selesai, kapan kamu siap?”"Siap apa?" tanya Vanya dengan polosnya."Menikahlah, apalagi?" tandas Charles. Tenggorokan Vanya serasa terkecat tak dapat menjawab perkataan Charles. Mobil berhenti di depan kantornya. Vanya bersiap turun namun tangannya ditahan oleh Charles."Sudah pernah kub

  • DUDA POLISI BUCIN   Mantan Mertua

    Tok tok tokDengan malas Vanya membuka pintu."Kamu!" seru Charles saat melihat tampang Vanya yang kucel, rambut berantakan dengan menggunakan baju tidur pendek."Pagi-pagi ngapain sih ke sini?" tanya Vanya sambil mengikat rambut berantakannya. Entah kenapa gaya Vanya yang seperti itu membuat Charles menjadi tersipu malu. Wajahnya memerah saat melihat sebagian perut rata milik Vanya."Kamu sendiri di rumah?" Pertanyaan Charles membuat nyawa Vanya tersadar. Buru-buru ia merapikan pakaiannya. Bagaimanapun juga pria di depannya itu adalah pria normal yang sudah lama tidak menerima kasih sayang."Kamu ngapain kesini?" tanyanya balik."Aku mau ngajak kamu nyari kue ulang tahun buat Charlos.""Kemarin di telepon, kata Tante Erin semua sudah beres, jadi ngapain kamu nyari kue ulang tahun lagi?""Cepatlah kamu siap-siap," perintah Charles yang langsung masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tak dapat berbuat apa-apa, Vanya mengambil langkah seribu masuk ke kamarnya dan bersiap-siap. Tak samp

  • DUDA POLISI BUCIN   Bertamu

    Memarkir mobilnya, Vanya kemudian masuk ke dalam cafe yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Ia memilih untuk bersantai sendirian di cafe sebelum pulang ke rumah. Menghilang rasa penat dengan kerjaan serta Charles yang belakangan ini suka gak jelas.Sambil membaca salah satu buku, Vanya menikmati segelas coklat hangat. Begitu serius sehingga ia tidak menyadari kalau sedari tadi Charles meneleponnya. Vanya memang sering menonaktifkan nada dering handphonenya.Tepat pukul setengah sembilan, Vanya meninggalkan tempat itu setelah selesai membayar pesanannya.Sebelum tidur, Vanya mengecek handphonenya. Ia cukup kaget melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Charles."Ngapain sampai video call segala?” tanya Vanya heran sambil membaca pesan yang Charles kirimkan. Rupanya ada seseorang yang sengaja mengikutinya, karena dalam pesan yang dikirimkan Charles, pria itu juga mengirimkan foto saat ia sedang di cafe sendirian.Charles yang memang tengah menunggu balasan pesan dari Vanya, tanpa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status