Share

Bab 2

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-04-13 12:53:06

Saat Sekar sudah kembali dengan baskom berisi air hangat di tangannya.

“Sekar,” ucapnya mantap. “Aku butuh bantuanmu lagi.”

“Apa pun, Tuan Putri. Katakan saja.”

“Saya butuh tanaman dan bahan-bahan. Kita akan buat masker dan salep untuk memudarkan luka dan lebam.”

Sekar sempat terdiam. “Tapi… bahan apa yang Anda maksud?”

Elina menatapnya dalam. “Bisa kau dapatkan daun lidah buaya, kunyit, madu, dan minyak kelapa.?”

Sekar mengangguk cepat. “Saya akan cari sekarang.”

Begitu bahan-bahan yang dibutuhkan terkumpul. Ia mulai meracik sendiri di atas meja.

Pertama, ia memotong lidah buaya dan mengeruk gel beningnya ke dalam mangkuk. Ia menumbuk kunyit hingga halus dengan batu penumbuk. 

Lalu menambahkan madu dan minyak kelapa. Tangannya cekatan, seperti telah melakukannya seribu kali.

Sekar hanya bisa menatap takjub.

“Campuran ini akan membantu memudarkan luka dan memar. Kunyit untuk anti radang, madu untuk regenerasi kulit, dan lidah buaya untuk melembabkan dan mempercepat penyembuhan,” jelas Elina sambil mengaduk.

“Putri… Anda benar-benar hebat bisik Sekar.

Elina berhenti sejenak, menatap adonan di tangannya.

“Kalau aku tetap menjadi Elina yang dulu maka aku akan mati perlahan di tempat ini.” Suaranya lirih namun tegas. “Tapi jika aku berubah mungkin aku bisa mengubah segalanya. Termasuk nasib kita berdua.”

“Tapi kenapa tiba-tiba Anda tahu cara mengobati luka? Anda sudah seperti tabib ahli.” Jelas Sekar bingung karena Elina tidak pernah belajar ilmu pengobatan sebelumnya.

Elina hanya tersenyum. Ia tak bisa berkata jujur, bahwa jiwanya berasal dari masa depan seorang dokter spesialis yang terbiasa mengoperasi dengan pisau laser. Zaman ini belum bisa memahami.

Empat hari telah berlalu sejak malam pertama Elina mengoleskan racikan dari bahan-bahan alami itu ke wajah dan tubuhnya.

Hasilnya luar biasa. Lebam di pipi kirinya mulai memudar, luka-luka sayatan cambuk di lengannya mengering lebih cepat dari biasanya, dan warna kulitnya perlahan kembali cerah.

Sekar hampir menangis tiap kali mengganti perban dan melihat perubahan itu. “Tuhan benar-benar memberkati Anda, Tuan Putri…”

Namun Elina hanya tersenyum tipis. “Ini baru awal.”

Selama empat hari itu pula, Pangeran Raeshan tidak pernah datang. Ia dikabarkan pergi ke perbatasan barat untuk memadamkan pemberontakan.

Elina tidak terlalu peduli ia justru merasa tenang bisa memulihkan diri tanpa harus menghadapi tatapan penuh benci dari sang pangeran.

Namun pagi kelima, ketenangan itu hancur.

Langkah-langkah cepat para pelayan terdengar dari lorong. Sekar baru saja selesai mengganti kain perban ketika pintu kamar dibuka tanpa izin.

Dua dayang asing masuk lebih dulu, lalu sosok perempuan tinggi, berbalut gaun merah marun dengan sulaman benang emas melangkah angkuh ke dalam ruangan sempit itu.

Liora.

Wajahnya cantik sempurna, tapi matanya, mata ular. Ia yang selalu menyiksa dan merendahkan pemilik tubuh asli ini.

“Oh,” Liora menyeringai, menatap Elina dari kepala sampai kaki dengan pandangan jijik. “Jadi kau belum mati?”

Elina langsung menunduk dalam, cepat-cepat meraih cadar tipis warna abu dari dekat ranjang dan menutup wajahnya.

Sekar buru-buru berdiri di samping Elina, membungkuk hormat. “Permaisuri, Tuan Putri Elina belum pulih sepenuhnya…”

“Diam, pelayan hina!” bentak Elina. “Kau pikir aku datang ke tempat menjijikkan ini hanya untuk mendengar alasan busukmu?”

Langkah Iiora mendekat, sepatunya yang berhias permata mendekat kearah Elina yang membungkuk menyambutnya. 

Iiora langsung menginjak ujung rok Elina.

“Dengar, kau wanita jalang tak tahu diri,” katanya dengan suara manis yang membunuh. 

“Kau pikir dengan bersembunyi dan memakai cadar, kau bisa menutupi wajahmu yang seperti kain pel lantai dapur itu?”

Elina tetap membungkuk. Suaranya pelan, parau. “Ampun, Permaisuri…”

Iiora menyipitkan mata. “Atau jangan-jangan wajahmu sudah lebih baik, ya? Kau pasti sedang merencanakan sesuatu. Buka cadarnya.”

Sekar langsung bergerak maju. “Permaisuri, mohon jangan—”

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Sekar. Gadis itu jatuh tersungkur ke lalanta

Elina refleks ingin menolong, namun batuk keras lebih dulu mengguncang dadanya.

Batuk berdahak yang parah ia sengaja. 

Elina langsung menutup mulut dengan lengan. Beberapa tetes darah yang sudah disiapkan dengan menggigit bagian dalam bibir sebelumnya terlihat di ujung kain cadarnya.

“Permaisuri…” katanya dengan suara lemah. “Jangan dekati saya…”

Liora masih ingin melangkah maju.

“Saya… saya mengidap penyakit paru yang menular. Batuk darah. Tabib menyarankan saya mengasingkan diri agar tak menyebar ke istana.”

Mata Liora melebar. Ia jelas tidak menyukai wanita di depannya saat ini, namun ia memilih melindungi dirinya sendiri.

Liora langsung berhenti melangkah. Pelayan-pelayannya saling pandang, ketakutan.

“Menjijikkan,” desis Liora, menahan rasa takut yang tak bisa ia sembunyikan. 

“Kau cocoknya disembunyikan seumur hidup. Dan kau, pelayan rendahan sekali lagi kau melawan, kau akan kukirim ke neraka!”

Kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan dengan gaunnya yang berayun megah, disusul oleh pelayan-pelayannya yang masih menyeringai jahat.

Di dunia ini, ia adalah seorang wanita yang tidak punya kedudukan penting bahkan tidak dihormati meski oleh pelayan. 

Begitu pintu tertutup, Sekar memegangi pipinya yang merah

“Tuan Putri apakah Anda baik-baik saja?” tanyanya sambil menahan tangis.

Elina mengangguk perlahan. “Kita berhasil menahan mereka untuk hari ini.”

Tapi matanya menatap lurus ke depan, dalam diam. Ia tahu Permaisuri Liora tidak akan berhenti

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 182

    Zahira tampak lemah ketika Febri dan Zidan memapahnya memasuki ruang tamu. Napasnya tidak stabil, tubuhnya masih bergetar setelah beberapa hari lalu menerima diagnosis kanker otak—sebuah kenyataan pahit yang masih belum sepenuhnya ia terima.Leo menyusul dari belakang, ragu melangkahkan kaki melewati ambang pintu.“Masuk saja,” kata Zidan pelan.Leo mengangguk. Begitu sampai di ruang tamu, ia langsung berlutut di depan Zahira tanpa ragu, tanpa gengsi, tanpa takut pada siapa pun lagi.“Aku…” suaranya pecah. “Zahira… semua itu salahku. Aku yang menabrak ayahmu. Aku hidup dengan rasa bersalah bertahun-tahun. Aku… aku mohon maaf. Aku tidak pantas kau...”Sebelum Leo bisa melanjutkan, Febri melangkah maju dengan emosi memuncak.“Kau!” Febri menunjuk Leo, suara gemetar menahan amarah. “Orang yang membuat ayahku meninggal tanpa keadilan! Kau pikir satu kata maaf cukup? Harusnya kau mati saja!”Zahira memegang lengan Febri cepat sebelum amarah itu meledak sepenuhnya. Matanya berkaca-kaca namu

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 181

    Leo tidak pernah bisa melupakan insiden kecelakaan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi malam itu, ia berkendara sambil mabuk.Mobilnya melaju tak terkendali di tikungan dan bertabrakan dengan truk yang di kendarai ayah Zahira.Leo hampir tak sadarkan diri saat seseorang meraih wajahnya, suaranya terdengar sangat panik.“Tolong! Dia masih hidup! Tolong dia!”Zahira terdengar cemas.Gadis itu berlari ke arah Leo, setelah memeriksaan keadaanya ayahnya yang tergeletak tak bergerak. Tangan Zahira penuh darah, tapi ia tetap menahan tekanan di luka Leo, suaranya bergetar.“Aku mohon… jangan mati.”Padahal Leo yang sudah menabrak ayahnya. Tapi Zahira tetap membantu Leo hingga pria itu dibawa ke rumah sakit.Beberapa hari setelahnya, keluarga Artemis menyewa orang untuk dijadikan kambing hitam, memalsukan laporan, mengubur bukti. Leo dipaksa diam dan dikirim ke luar negeri sebelum kasusnya membesar.Sejak hari itu, Leo hidup dengan beban yang berat apalagi setelah tahu jika Ayah Zahira

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 180

    Raeshan menoleh cepat begitu suara pintu terdengar.“Bagaimana informasi yang ku minta?”Zidan segera menunjukkan map tebal ditangannya. Napasnya sedikit tersengal, sepertinya ia datang terburu-buru. “Ini semua data tentang Dokter Frans dan Dokter Gita yang berhasil saya dapatkan, Bos.”Zahira tersenyum lembut. “Letakkan saja di meja, Zidan. Kau sudah kerja keras hari ini.”Zidan menegakkan badan. “Baik, Kak Zahira.”Ia berbalik hendak pergi, tapi langkahnya terhenti.“Zidan,” panggil Zahira lagi. “Setelah ini, tolong jemput Febri ya. Dia masih di perpustakaan.”Seketika mata Zidan berbinar. “Siap, Dokter! Eeh… maksud saya, siap, Kakak Ipar!”Raeshan menatapnya dengan alis terangkat. “Calon apa?”Zidan panik. “Eh, maksud saya, Kak Zahira, eh… Dokter Zahira! Maksudnya saya kan cuma bercanda.”Zahira tertawa kecil, wajahnya memerah. “Pergi sana, Zidan, sebelum aku berubah pikiran.”Zidan terkekeh gugup dan berlari keluar. Tapi baru beberapa detik, ia kembali lagi sambil menepuk-nepuk sa

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 179

    “Raeshan…” suara Zahira bergetar. “Semua ini… akhirnya masuk akal. Dokter Gita bukan dalang sebenarnya.”Raeshan menatap layar ponselnya dengan rahang mengeras. “Ya. Dalangnya Dokter Frans. Dia juga yang membunuh Prof. Michael dan Raka.”`Zidan yang berdiri di samping mereka tampak berpikir keras. “Apa motif Dokter Frans melakukan semua ini coba?”Zahira terdiam lama. Ia menarik napas tajam, tubuhnya gemetar. “Aku ingat. Waktu aku diculik dulu oleh Mr.X yang ternyata adalah Dokter Frans terus menyebut aku pembunuh.”Raeshan menoleh cepat. “Pembunuh?”“Ya.” Zahira menatap kosong. “Dia terus mengulang kata itu, seolah aku membunuh seseorang. Tapi aku tidak tahu siapa yang dia maksud.”Raeshan merangkul bahu Zahira pelan. “Kita harus tahu kenapa dia menuduhmu begitu.”Ia menatap Zidan tajam. “Selidiki Dokter Frans malam ini juga. Semua data pribadi, pasien, dan riwayat masa lalunya. Jangan biarkan satu pun celah.”“Baik, Bos.” Zidan langsung bergegas keluar.Raeshan menatap Zahira. “Mula

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 178

    “Tidak mungkin…” suara Zahira bergetar. “Tidak mungkin Dokter Gita yang menyuruh orang untuk membunuhku. Selama ini dia yang merawatku, Raeshan. Kau ingatkan kan, dia yang menjaga aku saat aku koma padahal bukan waktu jaganya. Dia yang berusaha menyelamatkan hidupku. Dia bahkan yang menolongku diberbagai kesempatan. Dia tidak mungkin sekejam itu…”Tubuhnya bergetar hebat, matanya memerah. Ia ingin mempercayai kebaikan yang pernah ia lihat pada Dokter Gita, bukan tuduhan mengerikan yang kini menghantam kepalanya.Raeshan mendekat, meletakkan kedua tangannya di pundak Zahira yang masih gemetar, lalu menariknya ke dalam pelukannya. Ia menepuk punggungnya pelan, suaranya rendah namun tegas.“Zahira… aku tahu ini sulit. Tapi aku sudah curiga sejak awal. Ada sesuatu yang tidak beres dengan Dokter Gita,” katanya perlahan. “Gerak-geriknya selalu mencurikan, tapi entah apa alasan dia melakukan ini.”Zahira hanya terdiam dalam pelukannya, air matanya jatuh membasahi dada Raeshan.⋯Sementara it

  • Dari Dokter Ahli Berubah Menjadi Selir Tawanan Dewa Perang   Bab 177

    Raeshan duduk di samping ranjang, matanya tak lepas dari wajah Zahira yang masih pucat.Ia belum tidur sejak pencarian berakhir. Jari-jarinya terus menggenggam tangan Zahira.Suara pintu terbuka pelan. Seorang perawat masuk membawa suntikan dan cairan tambahan.“Permisi, saya perawat yang berjaga, mau menyuntik cairan tambahan ke infus pasien,” katanya sopan.Raeshan mengangkat wajahnya perlahan, menatap curiga. “Cairan apa?”“Vitamin dosis tinggi, Dokter yang minta ini catatan medisnya,” jawab perawat itu cepat.Raeshan mendekat, menatap tangan perawat itu yang mulai membuka suntikan. Saat jarum hampir menyentuh selang infus, matanya melihat tato hitam samar di pergelangan tangan kiri.Gerakannya secepat kilat. Ia langsung menangkap pergelangan tangan perawat itu dan memelintirnya keras ke belakang hingga terdengar bunyi kecil dari sendinya.Perawat itu menjerit tertahan. Jarum suntik terjatuh ke lantai.“Aku tanya sekali,” suara Raeshan rendah tapi tajam. “Kau siapa, dan apa yang ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status