Home / Zaman Kuno / Dari Pecundang Jadi Pahlawan / Bab 7. Kematian dan Kelahiran Kembali

Share

Bab 7. Kematian dan Kelahiran Kembali

Author: Casanova
last update Last Updated: 2025-08-14 23:21:51

Dikepung begitu banyak penjaga yang sangat mengenal situasi sekitar, membuat Harvey berhasil disudutkan setelah lari selama hampir satu jam. Tiga penjaga segera memukulnya hingga tak dapat berdiri. Dengan kejam, mereka menyeret Harvey kembali ke kediaman Tuan Morvane yang kini terang benderang dengan pelita dan obor yang meliuk-liuk ditiup angin malam.

Tubuhnya yang telah tak berdaya, dilempar dengan kasar ke hadapan pemilik rumah. Teriakan penuh amarah dan caci maki kembali terdengar.

“Kau budak tak tau diuntung! Keluargamu membawa sial di rumah ini! Sekarang kau ingin membunuh putraku?”

Sebuah pukulan kayu mendarat di tubuh Harvey setelah ucapan penuh kemarahan Tuan Morvane. Pria itu begitu murka dan terus menerus memukuli Harvey yang bahkan tak dapat lagi mengeluarkan suara keluhan.

Teriakan histeris terdengar dari dalam rumah. Pria paruh baya itu melihat ke sana, lalu melirik Harvey yang tergeletak tak bergerak.Tangannya memukulkan lagi tongkat kayu itu dengan rasa dendam kesumat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 7. Kematian dan Kelahiran Kembali

    Dikepung begitu banyak penjaga yang sangat mengenal situasi sekitar, membuat Harvey berhasil disudutkan setelah lari selama hampir satu jam. Tiga penjaga segera memukulnya hingga tak dapat berdiri. Dengan kejam, mereka menyeret Harvey kembali ke kediaman Tuan Morvane yang kini terang benderang dengan pelita dan obor yang meliuk-liuk ditiup angin malam.Tubuhnya yang telah tak berdaya, dilempar dengan kasar ke hadapan pemilik rumah. Teriakan penuh amarah dan caci maki kembali terdengar.“Kau budak tak tau diuntung! Keluargamu membawa sial di rumah ini! Sekarang kau ingin membunuh putraku?”Sebuah pukulan kayu mendarat di tubuh Harvey setelah ucapan penuh kemarahan Tuan Morvane. Pria itu begitu murka dan terus menerus memukuli Harvey yang bahkan tak dapat lagi mengeluarkan suara keluhan.Teriakan histeris terdengar dari dalam rumah. Pria paruh baya itu melihat ke sana, lalu melirik Harvey yang tergeletak tak bergerak.Tangannya memukulkan lagi tongkat kayu itu dengan rasa dendam kesumat.

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 6. Pembalasan

    “Beri dia pakaian!” perintah harvey pada Liora. Suara dinginnya terdengar menyeramkan.Pria yang semula memanggilnya, muncul dengan cepat di sana. Menatapnya tajam penuh selidik. “Apa yang ingin kau lakukan?”“Aku harus menjaga kehormatan adikku!” kata Harvery tegas. Dia menoleh sekilas pada Liora yang memakaikan baju pelayan pada Willow. Lalu melangkah lebar dan tegas. Kakinya jelas mengarah ke rumah utama.“Berhenti! Jangan bodoh!” pria itu menarik lengan Harvey untuk memperlambat langkah pria yang sedang disulut amarah itu.Harvey mendengus kasar. “Aku menjunjung tinggi kehormatan keluarga! Tak akan kubiarkan siapa pun merendahkan keluargaku seperti itu.”Pria itu lari dan berdiri tepat di depan Harvey. Tangannya yang kokoh tegap ditempa keadaan, diangkat dan diletakkan di dada pria muda di depannya, untuk menghentikan langkahnya. Matanya menatap tajam dalam kegelapan. Kali ini peringatannya diucapkan dengan nada suara rendah.“Jika kau mati, kau tak akan bisa lagi melindungi adikm

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 5. Willow

    Tuan Morvane mengumpat mencaci maki dan menganggap kesialan masuk ke kediaman karena kematian budak yang belum dua bulan dibelinya. Dia merasa rugi besar.Hanya Willow, Liora dan dua penjaga yang sama sekali tak bersedia membantu, yang ada di tempat itu. Harvey menggali sendiri tanah berbatu untuk memakamkan ibunya. Dia pula yang menarik gerobak kayu untuk membawa tubuh ibunya ke sana. Sementara Willow, dibantu Liora, berusaha membersihkan tubuh ibunya dengan air sungai, agar terlihat layak sebelum dimasukkan ke tempat peristirahatan yang terakhir.“Ibu, aku akan menjaga Willow dengan jiwaku!” Harvey berjanji di depan makam yang hanya ditinggikan dengan tumpukan batu sungai. Bahkan Liora tak diijinkan penjaga memetik sedikit bunga liar untuk diletakkan di situ.“Waktunya kembali!”Penjaga berdiri dari duduk di atas batu besar tak jauh dari sana. Matanya memandang langit yang menggelap di kejauhan. Harvey melihat dengan cemas, akankah makam ibunya tergenang jika sungai kecil ini dipenu

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 4. Kediaman Tuan Morvane

    Sebagai bangsawan tinggi ibukota yang seumur hidupnya hanya belajar dan dilayani, bekerja di pertanian Tuan Morvane ---bangsawan kecil dan tuan tanah terbesar di Vale Ardan--- bukanlah hal mudah. Sebulan itu, fisiknya ditempa kelelahan luar biasa karena harus membersihkan lahan baru yang harus siap untuk ditanami dalam dua minggu. Setelah istirahat, minggu berikutnya menyemai benih jagung. Dia benar-benar jadi budak kecil menyedihkan di antara para budak lain milik Tuan Morvane.Tapi sebenarnya bukan itu saja yang dia tanggung. Kondisi mental ibunya yang terus bersedih dan sering mendapat hukuman akibat tak dapat menyesuaikan diri dari nyonya bangsawan menjadi budak rendahan, juga menjadi beban paling berat bagi Harvey. Ditambah kekhawatirannya terhadap keamanan Willow. Putra ketiga Tuan Morvane jelas terpikat pada kecantikan adiknya. Dan sebagai pria, Harvey tahu bahwa kesukaan itu bukan cinta, melainkan nafsu belaka.“Bagaimana kondisi ibu?” tanya Harvey kala mereka kembali setelah

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 3. Vale Ardan

    Setelah melewati perjalanan darat dan laut yang panjang selama tiga hari. Penuh hinaan dan penderitaan, Harvey, ibu dan adik perempuanya sampai di pelabuhan dalam keadaan mengenaskan. Sebagai pria satu-satunya, dia tak dapat lagi memikirkan keadaan ayahnya yang dihukum di tempat terpisah. Perpisahaan pertama kali dalam keadaan sehina itu, membuat batin ibunya terpukul. Maka, Harvey lah yang harus melindungi dua wanita tersayangnya itu dari lemparan batu atau tendangan orang lain. Tubuh mereka penuh luka dan kotoran yang menempel hingga kering di pakaian tahanan yang telah dipakai sejak keluar dari Kementrian Kehakiman.“Maju! Kalian harus diperiksa lebih dulu!”Seorang petugas yang terlihat berpakaian resmi, berteriak dan menunjuk pada meja yang terletak di dekat pintu gerbang bangunan yang diyakini Harvey sebagai bagunan milik pemerintah daerah Vale Ardan.Dia membantu ibunya yang hampir pingsan, untuk berjalan ke meja. Makin cepat pemeriksaan selesai, makin kecil kemungkinan mereka

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 2. Hukuman

    Siang itu para penjaga penjara lebih sibuk dari biasa. Beberapa orang berlarian dan mondar-mandir. Teriakan dan instruksi dengan suara keras terdengar di kejauhan. Di dalam sel penjara, Harvey dan ayahnya menunggu dengan gelisah. Tak ada seorang pun yang datang untuk memberi info lanjutan atas fitnah yang dikemukakan Darren di depan raja.“Aku mengkhawatirkan ibu dan adik.” Harvey bicara pelan, seperti sedang bergumam pada dirinya sendiri. “Entah berita apa yang mereka terima tentang kasus ini.”“Mereka akan baaik-baik saja,” balsa ayahnya yang sejak tadi terlihat tenang, duduk bersandar pada dinding sambil memejamkan mata. “Raja bukan orang yang gegabah memutuskan sesuatu.”“Raja bahkan langsung melucuti jabatan dan mengirim kita ke penjara!” bantah Harvey. Keheranan melihat ayahnya masih membela sang raja, alih-alih mengkhawatirkan keluarganya sendiri.“Itu harus dilakukannya untuk menunjukkan pada para pejabat lain bahwa kasus seperti iini akan diselidiki dengan cepat tanpa memihak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status