Ini sudah hari ketiga Tuti dan Gita melancarkan segala cara agar Riani dapat kembali ke apartemen milik Kenzo. Bahkan Tuti pun sampai pura-pura akan menenggak racun serangga jika Riani tidak kembali kepada Kenzo. Tapi semuanya nihil, Riani masih tak bergeming. Ia tidak akan pergi ke mana pun, karena Riani ingin terus bersama Andi. Selain itu, tidak ada yang bisa Riani percaya untuk menjaga Andi. Alasan yang paling kuat adalah Riani sudah menyelesaikan perjanjian dengan Kenzo. Riani tidak sudi harus menjadi penghangat ranjang dan juga pelayan untuk Kenzo lagi. "Gimana ini, Bu? Si Riani engga mau balik ke apartemen Tuan Kenzo," Gita berkata dengan khawatir."Tenang aja lah, Ta! Tuan Kenzo engga akan laporin ibu. Dia cuma gertak kita," Tuti berkata dengan enteng."Bu, bukan itu. Dia kan janji bakal kasih kita hadiah kalau si Riani balik lagi. Kalau si Riani engga balik, dari mana kita dapet duit, Bu? Skincare Gita mau abis. Emang ibu rela kulit Gita item, kusam, berjerawat gara-gara eng
"Bapak!!' Riani langsung berdiri dan dengan isak tangis berhambur melihat Andi yang terpental dari kursi rodanya. Ia berjongkok di hadapan Andi yang tampak memejamkan matanya.Supir angkot yang menabrak pun turun dari angkotnya untuk melihat keadaan Andi yang saat ini tergeletak di jalanan. Kursi roda yang Riani sewa pun tampak hancur karena benturan itu. Semua orang yang ada di sana segera datang ke arah Andi dan membantu dengan semampunya."Jangan tinggalin Riani!" Riani menangis histeris melihat Andi yang tidak sadarkan diri. Kenapa ujian bertubi-tubi datang padanya?"Bapak!!!" Gita ikut menangis melihat keadaan Andi yang begitu pilu. Tampak darah keluar dari kakinya yang baru saja di operasi. Tak hanya itu, kepala Andi pun mengeluarkan banyak darah."Ayo, Ta! Kita pergi dari sini!!" Tuti menarik tangan Gita menjauh dari sana."Lepasin, Bu!!" Gita berteriak."Ayo, Ta! Kamu mau ibu di penjara, hah? Kita pasti lebih repot abis kejadian ini!!" Tuti berbisik dengan geram kepada Gita. G
Kenzo tersenyum penuh kemenangan saat sekretarisnya mengatakan ada kerabat dirinya yang bernama Riani meminta izin untuk bertemu. Usaha Kenzo kini berhasil membawa Riani dengan sukarela padanya. Sebenarnya Kenzo sudah tahu apa yang terjadi pada Riani, karena ia menyuruh orang untuk memata-matai wanita itu."Sudah ku bilang, kamu tidak akan lepas dariku!" Kenzo tersenyum dengan percaya diri.Tak lama pintu ruangan Kenzo diketuk oleh sekretaris yang membawa Riani di sampingnya. Kenzo memasang wajah angkuhnya melihat wanita yang ia benci itu. Dirinya belum puas bermain-main, jadi jangan harap Riani bisa pergi darinya."Kamu boleh pergi!" Usir Kenzo kepada sekretarisnya."Dan kamu boleh masuk!" Kenzo berpura-pura melihat lihat dokumen yang ada di atas meja."Kenzo, maksudku Tuan," Riani duduk di hadapan Kenzo."Ada perlu apa kamu ke sini?" Kenzo menyenderkan tubuhnya di kursi kerja miliknya. Pria itu terlihat menggerak-gerakan kursi itu ke kiri dan ke kanan."A-aku membutuhkan bantuanmu,"
Setelah dari kantor Kenzo, Riani datang kembali ke rumah sakit untuk mengambil barang bawaannya. Perawat mengatakan jika operasi Andi sudah berhasil dan pria itu kini berada di ruang pemulihan. Riani berjalan ke luar dari area rumah sakit. Perutnya terus berbunyi karena sedari pagi belum ada apapun yang masuk ke dalam lambungnya. Riani kemudian berjalan ke arah mall yang berada dekat dengan rumah sakit. Riani tidak ingin meratapi dirinya. Ia mempunyai uang tiga puluh juta yang diberikan oleh Kenzo. Bersedih pun tidak ada gunanya, mungkin sudah nasib Riani menjadi tahanan pria yang ia benci dari SMA.Riani masuk ke dalam mall. Riani memesan makanan dan segera makan dengan lahap. Setelah itu, ia membeli dua buah ponsel untuk dirinya dan untuk Andi. Riani memang akan mengatakan jika dirinya bekerja di tempat jauh dan harus kost pada Andi jika pria itu sudah siuman. Setelah membeli ponsel, Riani membeli baju-baju untuk dirinya dan Andi. Riani akan membuang semua baju-baju dirinya dan Andi
Pagi hari Riani menyiapkan sarapan untuk Kenzo. Wajah pria itu dingin dan datar. Seperti tidak pernah ada yang terjadi antara keduanya tadi malam. Padahal keduanya melewatkan malam yang sangat panas. Kenzo membuka ponselnya untuk membaca berita hari ini. Kenzo memang terbiasa membaca berita terbaru di pagi hari untuk menambah wawasannya. Riani menyajikan susu hangat di gelas Kenzo dengan berhati-hati. Wanita itu sesekali memandangi wajah Kenzo yang tengah asik dengan ponsel di tangannya. Riani amat malu dengan apa yang terjadi pada tadi malam. Terlebih ia membalas ci*uman Kenzo dengan penuh gairah. Kenzo seolah tahu Riani tengah menatap wajahnya."Jangan percaya diri dengan apa yang sudah kita lakukan! Kamu hanya sebatas pemuas nafsuku dan tidak lebih! Kamu tidak berarti apapun untukku. J*lang sepertimu tidak akan pernah mendapatkan posisi apapun di hatiku. Karena selamanya kehadiranmu tidak akan berarti apapun, " Kenzo berucap dengan pedas sembari menoleh ke arah Riani yang tengah m
Kesibukan Riani saat siang hari adalah menjenguk Andi di rumah sakit. Riani bisa sedikit tenang karena Andi berada di ruangan perawatan yang sangat nyaman. Terlebih ada perawat yang siaga membantu segala keperluan Andi."Pak!" Riani berhambur memeluk sang ayah. Tangisnya pecah ketika memeluk tubuh yang kini terlihat ringkih itu."Dari mana aja, Ri?" Andi bertanya dengan wajah berkaca-kaca."Riani sekarang kerja, Pak. Kerjanya jauh dan ngekost. Makanya bisa jenguk Bapak siang hari aja," Riani tersenyum walau hatinya kini merutuki dirinya sendiri yang sekarang gemar berbohong."Kenapa engga kerja yang deket aja, Ri?" Andi berkata dengan lemah."Diterimanya yang jauh. Cari kerja susah, Pak. Rejeki engga boleh ditolak," Riani mendudukan dirinya di kursi empuk yang ada di sebelah ranjang Andi."Maafin Bapak ya? Cuma bisa nyusahin kamu!" Andi menangis. Merasa tidak berguna karena terus saja merepotkan sang putri."Engga. Riani engga merasa terbebani sama Bapak. Malah Riani senang," Riani te
Sudah pukul sepuluh malam, tapi Kenzo belum juga pulang ke apartemen. Riani pun menunggu hingga pria itu menunjukan batang hidungnya. Tapi nihil, Kenzo tidak kunjung pulang ke apartemen mewah itu. Riani terlihat menguap beberapa kali, ia harus tetap terjaga. Riani takut Kenzo akan marah padanya jika ia tertidur lebih dulu. Karena lama menunggu, akhirnya Riani pun tertidur di sofa yang ada di ruang tengah.Pukul dua belas, Kenzo baru sampai ke rumah. Ia memang terlambat pulang karena bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang tak lain adalah Yogi dan Ardi. Saat Kenzo membuka pintu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Riani tertidur dengan pulas di atas sofa. Wanita itu terlihat meringkuk dengan nyaman. Kenzo melangkahkan kakinya mendekat ke arah sofa. Kemudian ia berjongkok menatap wajah Riani yang terlihat damai tatkala terlelap. Kenzo memperhatikan wajah Riani. Walau tanpa polesan make up, Riani memang terlihat begitu cantik.Puas mengamati wajah partner ranjangnya itu, Kenzo pun ber
Kenzo membawa Riani ke villa pribadi miliknya. Villa itu adalah hadiah dari ayahnya saat Kenzo berumur 20 tahun. Mata Riani sangat takjub melihat keindahan pemandangan yang ada di sekitar villa. Villa itu terletak di dekat pantai benar-benar sangat menyatu dengan alam. Di villa juga sudah tersedia segala macam keperluan untuk Kenzo dan Riani."Indahnya!" Riani melihat hamparan lautan dari dalam kamar."Ada banyak waktu sebelum reuni besok. Kamu bisa berjalan-jalan!" Ucap Kenzo yang berdiri di samping Riani."Aku ingin bersepeda," jawab Riani dengan riang."Pergilah!" Ucap Kenzo seraya mendudukan tubuhnya."Aku ingin bersepeda bersamamu. Aku takut tersesat," Riani menarik tangan Kenzo."Hey, memangnya kamu siapa berhak mengajakku bersepeda?" Kenzo berpura-pura marah."Aku? Bukannya aku adalah pelayan sekaligus wanita simpananmu?" Riani menggaruk rambutnya."Maksudku, punya hak apa kamu mengajakku bersepeda?" Kenzo menunggu Riani memaksanya."Aku hanya takut tersesat. Tapi tunggu dulu! B