Share

Bab Enam

Aku kaget melihat keramaian di rumah. Ternyata mak  tidak berbohong padaku. Aku langsung ditarik oleh mak ke ruang tamu, menghadap tetua kaumku.

Aku menyalami setiap orang.

“Kapan kau sampai, La?”

“Baru saja, ntan.

“Antan berkumpul bersama dengan niniak mamak kau yang lain di rumah ini, buat membicarakan masalah pernikahan kau. Kami sepakat untuk membatalkannya.” Hatiku mencolos mendengar ucapan kakek. Cobaan apalagi ini Tuhan. Jadi ini yang terjadi. Pantas saja hatiku resah akir-akir ini.

“Permasalahannya, Nara itu tak sebaik yang kami pikirkan. Dia ketahuan berbuat tidak baik kepada Lisa, mantannya dulu.” Apa? Aku berteriak dalam hati. Jadi bang Nara memilih untuk pulang cepat demi Lisa. Aku bertambah patah hati. Aku ingin menangis untuk pertama kalinya dikarenakan laki-laki. Tapi aku malu.

Aku hanya diam sepanjang pertemuan keluarga. Aku langsung mengunci diri manakala pertemuan usai.

“La, jangan mengunci diri seperti itu. Masak kau tak jadi nikah segitu banget. Masih banyak laki-laki lain di dunia ini. Kalau kau buru- buru mau nikah. Nanti mak bicarakan sama antan kau.”

“Nggak mau, mak. Aku maunya sama bang Nara. Dulu aja mak maksa-maksa nikah. Sekarang malah mak batalin.” Aku berteriak seraya merengek-rengek.

“Kau kan tahu sendiri apa yang sudah terjadi. Nara ketahuan berduaan dengan Lisa.”

“Apa salahnya dengan berdua, mak. Kan belum tentu mereka ngapa-ngapain.”

“Kau aneh-aneh saja. Mana ada orang yang berduaan tidak ngapa-ngapain.”

“Mak suudzon saja. Pokoknya aku nggak mau tau. Aku maunya sama bang Nara. Kalau nggak sama bang Nara, aku nggak mau makan. Mau mati saja.”

“Astaghfirullah. Istighfar, nak. Dulu saja kau tolak si Nara. Sekarang malah kau tangis-tangisi dia. Cengeng kau.”

“Pokoknya aku maunya bang Nara.” Aku berteriak. Aku mendengar mak menghela nafas panjang, lantas pergi. Aku hanya sesegukan di dalam kamar. Kenapa abang tega melakukan ini padaku, bang. Bukannya abang yang pertama kali menyatakan cinta padaku. Bukannya abang sendiri yang bilang kalau abang sudah melupakannya. Lantas mengapa sekarang abang yang berkianat.

“Aku harus menemui bang Nara.” Aku memanjat pintu kamarku, melompat dari lantai dua. Hal yang sering kali aku lakukan saat masih sekolah di pesantren dulu. Jika mak sampai tau kelakuanku ini. Aku bisa di rotan.

***

Aku mendengar kabar dari mak bahwa pernikahanku dan Nala dibatalkan.  Tampaknya terjadi kesalahpahaman dari pihak calon mertuaku. Aku sedikit menyesal. Aku memandangi Lisa yang tengah bercakap dengan anaknya. Sementara Tono sudah tak ada lagi di rumah ini. Dia memutuskan untuk melepaskan Lisa. Sementara Lisa berharap untukku nikahi. Aku bimbang. Di satu sisi aku ingin kembali pada Lisa. Di sisi lain aku juga mulai mencintai Nala.

Aku kaget melihat Nala. Aku lupa kalau hari ini adalah hari kepulangannya. Aku tengah menyuapi Rio, anaknya Lisa. Tampak sekali kekecewaan di mata gadis itu. Aku melihat matanya bengkak. Sepertinya dia sudah tahu perihal pernikahan kami yang dibatalkan. Nala berjalan mendekat menuju kami. 

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Maaf cari siapa ya?” Lisa mendahuluiku bertanya pada Nala.

“Tidak ada. Aku hanya mau ngucapin selamat pada bang Nara dan juga kamu kak Lisa. Selamat atas rencana pernikahan kalian.”

Kamu kenalan bang Nara, ya? Makasih ya untuk ucapannya. Doaakan saja pernikahan kami lancar. Oh, iya. Nama kamu siapa?” Lisa tersenyum ramah pada Nala. Aku hanya melongos. Kenapa Lisa menganggap bahwa aku pasti akan menikahinya.

“Aku Nala, kak.” Nala langsung meninggalkan kami usai memperkenalkan diri. Lisa sedikit terkejut mendengar nama Nala. Aku berlari mengejar Nala. Aku sudah memutuskan untuk mengikuti kata hatiku. Aku pernah berkata akan mempertahankannya. Maka aku akan mengejarnya dan tak akan melepasnya. Lisa boleh jadi menjadi cinta pertamaku. Tapi tetap saja dia bukanlah jodoh yang ditakdirkan Tuhan untukku.

Memang taka lagi penghalang hubungan kami. Tapi aku yakin, rasaku untuk Lisa bukan lagi rasa yang sama. Rasa yang aku rasakan sekarang, hanyalah rasa kasihan. Hanyalah rasa cinta seorang kakak kepada adiknya. Bukan lagi rasa seorang laki-laki kepada perempuan.

“Nara. Tunggu aku. Jangan pergi.” Aku mendengar suara Lisa sayup-sayup meneriakiku. Tapi aku sudah terlalu jauh berlari. Aku tak berniat untuk menengok ke belakang. Aku tak berniat untuk menengok kembali masa laluku.

***

Aku memandangi laki-laki yang tengah diwawancara di televisi. Aku tersenyum lega. Setidaknya melihatnya di televisi telah mengobati sedikit kerinduanku. Menyirami pohon hatiku yang kering. Sudah dua tahun pohonku layu.

Daunnyal telah lama menguning dan perlahan mulai rontok. Tak terdengar lagi nyanyian di dalamnya. Tak terlihat lagi awan yang akan membawa hujan. Aku telah memutuskan untuk meninggalkan angin yang akan membawa awan. Aku memutuskan untuk meninggalkan bang Nara untuk waktu yang entah sampai kapan.

Semenjak kejadian dua tahun lalu. Aku tak bertemu dengan bang Nara. Aku memutuskan untuk menghentikan segala macam komunikasi dengannya. Aku yakin dia sudah bahagia dengan Lisa. Jika membayangkan Lisa. Aku tambah sengsara. Wajahnya yang cantik. Senyumnya yang ramah dan sopan. Berbeda sekali dengan aku yang urak-urakan. Jika kami digabungkan dalam sebuah lirik lagu, maka akan terlihat sumbang.

Maka ku biarkan daun-daunku terbang di makan zaman. Tak berniatku untuk mencari angin aataupun awan. Apalagi berniat supaya Tuhan datangkan hujan. Maka biarkanlah daun ini bernyanyi walau terdengar sumbang. Bila masanya tiba tentu dia juga akan diam dan jatuh dalam kubangan kenangan.

***

Harusnya kau mendengarkan dulu penjelasanku. Kini kita benar-benar terpisahkan oleh jarak seperti ini. Aku tak bisa menghubungi mu sama sekali. Bahkan tak seorangpun mau memberitahukan keberadaan mu padaku. Aku akui kesalahanku yang dulu sudah berniat untuk menghianatimu. Aku menyesal. Bisakah kau kembali datang?

Berkali-kali aku mendatangi rumah Nala, tapi langsung diusir oleh keluarganya. Aku tahu, mereka masih salah paham padaku. Tapi aku juga tak bisa seperti ini terus. Aku tak bisa melepaskan gadisku lagi, seperti dulu aku melepaskan Lisa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status