Home / Romansa / Dead&Queen / Bab 99 : Sembunyi

Share

Bab 99 : Sembunyi

Author: Ucyl_16
last update Last Updated: 2025-10-25 22:27:47

Sudah dua hari sejak mereka bertiga berpisah. Dua hari sejak ia menyembunyikan flashdisk hitam di dalam lapisan buku agenda yang ia bawa kemanapun. Bibinya tak tahu apa-apa. Yang beliau tahu, Alma hanya “izin cuti karena tekanan kerja”. Tiap kali bibinya menawarkan teh, Alma tersenyum dan bilang ia cuma butuh waktu buat “menata diri”.

Padahal, setiap malam, pikirannya menata lebih dari sekadar perasaan— ia menata strategi untuk bertahan hidup. Ponselnya bergetar pelan. Pesan dari Gio,

“Kondisi aman. Jangan aktifkan laptop sampai jam 10 malam. Sistem Echo udah siap.”

Alma menatap jam dinding. Baru jam delapan pagi. Masih lama. Tapi rasa ingin tahunya lebih besar dari ketakutan. Ia duduk di meja kecil di pojok kamar, membuka laptop yang selama dua hari ini belum disentuh. Jari-jarinya sempat ragu di atas tombol power. Tapi akhirnya ia tekan juga. Suara kipas laptop menyala pelan, lalu layar terbuka. Ia menarik napas lega. Semuanya terlihat normal. Tidak ada pesan, tidak ada gangguan.

Sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dead&Queen   Bab 136 : Titik terang

    Keesokkan pagi, ayam berkokok. Matahari baru naik setengah, tapi rumah itu sudah seperti menahan napas. Ibunya sudah di dapur membuat teh hangat. Bapaknya duduk di teras dengan tangan bersedekap, wajah serius. Surat kabar terlipat rapi di meja, tapi jelas ia tidak benar-benar membaca. Alma keluar dengan rambut diikat seadanya, mata sembap. Ia berusaha tersenyum ke ibunya, tapi gagal. “Pagi, Ma,” ucap ibunya lembut. “Kamu tidur?” Sedikit jeda. “Ngga, Bu… cuma merem.” Ibunya meraih tangan Alma, menepuknya pelan. “Kamu kuat, Ma. Ibu ada di sini.” Alma menunduk, menahan air mata yang nyaris jatuh lagi. Bapak Alma menutup surat kabar. “Kemari sebentar.” Alma duduk pelan, jantungnya seperti diperas. “Bapak tanya baik-baik,” suara Bapaknya rendah tapi sangat tegas, “sampai jam berapa kamu akan menunggu laki-laki itu?” “Bapak…” suara Alma pecah. “Jawab.” Alma menatap jalanan depan rumah, kosong. “Gio bilang… dia bakal nyusul. Mungkin dia ada masalah… mungkin—” Bapaknya memotong taja

  • Dead&Queen   Bab 135 : Penantian semu

    Alma menatap ponselnya, menelepon lagi, berharap lagi. Bapaknya berdiri di dekat jendela, menyilangkan tangan. “Berapa lama lagi, Ma? Dan berapa kali kamu telpon?” tanyanya tanpa menoleh. “Baru… beberapa kali, Pak.” “Beberapa kali itu berapa?” Alma terdiam. “Tujuh.” Bapaknya menghela napas berat. “Dan dia tidak angkat satu pun?” “…nggak.” Bapak Alma menatapnya langsung, wajah keras tanpa kompromi. “Kalau seorang laki-laki benar-benar berniat datang melamar, dia tidak akan membuat perempuan yang mau dia nikahi mengemis kepastian.” Alma merasa dadanya sesak. “Yah, Gio bukan orang yang—” “Faktanya sekarang dia tidak ada di sini.” Bapak Alma berjalan mondar-mandir di ruang tamu, menahan marah. “Alma, sampai jam berapa kamu mau menunggu?” Suara Bapaknya naik setengah oktaf. “Dari pagi Bapak lihat kamu berkali-kali cek ponsel, tapi anak itu tidak sedikit pun peduli buat kasih satu pesan!” Ibunya menenangkan, “Pak… jangan keras begitu…” Bapaknya menatap istrinya sekilas. “Saya ker

  • Dead&Queen   Bab 134 : Gio akan datang

    Rumah orang tuanya berdiri di ujung gang. Catnya sudah pudar, tapi halaman penuh bougenville tetap cantik..Begitu Alma membuka pagar, ibunya menoleh dari teras. “Assalamu’alaikum,” ucap Alma pelan.Ibunya tersenyum, wajahnya melembut seperti biasa. “Wa’alaikumussalam… Alma, anak Ibu.”Pelukan hangat langsung menyambutnya. Tapi saat ibunya melepaskan pelukan, nada suaranya berubah sedikit hati-hati. “Alma… katanya kamu dilamar sama cowok?” Lembut, tapi jelas penuh kekhawatiran.Alma terpaku. “Dari mana Ibu bisa tau?”“Bu Nur. Katanya sepupunya dengar dari temennya… katanya kamu udah siap dilamar. Ibu kaget, Ma. Kamu belum bilang apa-apa.”Alma menelan ludah. “Makanya Alma pulang, Bu. Mau jelasin langsung.”Ibunya tidak membantah. Hanya memanggil Bapak dari ruang tengah. “Pak… Alma pulang. Katanya… mau dilamar.”Bapaknya keluar dengan langkah berat. Kacamata masih menempel di hidung, tapi sorot matanya sudah cukup untuk membuat Alma menunduk. “Jadi bener, Ma?” suara ayahnya rendah tapi

  • Dead&Queen   Bab 133 : Lamaran Selesai

    Gio melepaskan napas lega, senyumannya melebar. Dia meraih tangan Alma, dan keduanya saling menatap, seperti dunia di sekitar mereka menghilang. Di sudut lain, Reina menepuk bahu Rian sambil hampir menangis. “Kita berhasil, Ian… kita berhasil jadi tim rahasia paling top!”Rian tertawa pelan. “Tenang, Rein. Kalau ada film tentang ini… kita pasti dapet kredit ‘supporting chaos angels’.”Revan, yang memantau dari tablet, ikut tersenyum. “Bro… lo sukses. Semuanya berjalan mulus. Dan gue senang bisa jadi bagian dari rencana gila lo.”Gio menatap mereka semua sebentar, lalu menoleh ke Alma. “Terima kasih… buat aku bisa yakin, dan karena ada orang-orang kayak mereka juga mendukung kita.”Alma tersenyum, menatap ke arah Reina, Rian, dan Revan, lalu kembali ke Gio. “Kalau semua tim ini mendukungmu… berarti aku juga harus percaya sepenuhnya sama kamu.”Gio tertawa pelan. “Tenang… aku janji, semua ini cuma awal dari selamanya kita.”Reina menghela napas lega, lututnya terasa lemas. “Ya ampun… gu

  • Dead&Queen   Bab 132 : Hari bahagia

    Di sisi lain, Gio baru masuk kantor, membawa laptop dan kotak cincin. Dia menatap Rian dan Reina, serius tapi sedikit tegang. “Besok H-0. Semua harus sinkron. Video udah siap, musik udah siap, timing bunga dan lampu juga. Revan udah standby buat koordinasi terakhir.”Reina menelan ludah. “Gio… lo serius banget ya…”Gio tersenyum tipis, tapi matanya menatap jauh. “Gue nggak bisa gagal. Besok adalah… momen yang harus sempurna buat Alma.”Rian mengangguk cepat. “Siap, bro. Kita tim solid. Semua bakal klop.”Siang menjelang, Alma masuk dengan santai. Dia menatap suasana kantor, membaca jurnalnya, tapi mata tajamnya sesekali melirik ke arah Gio dan tim. “Lo semua kayak panik, ya. Gue bisa baca dari sini lho,” ujarnya sambil menutup jurnal.Reina dan Rian saling sikut. “PANIK…” bisik Reina hampir tak terdengar. Gio, tanpa menoleh ke Alma, menatap mereka. “Besok semua harus ready. Gue nggak mau ada yang salah timing.” Alma hanya tersenyum tipis, pura-pura sibuk dengan dokumen. Di dalam hat

  • Dead&Queen   Bab 131 : Persiapan lamaran

    Suasana di kantor terasa agak tegang. Reina dan Rian sudah standby di meja masing-masing, dengan catatan rahasia di tangan dan checklist persiapan di layar laptop. Mereka tahu besok H-2, semua persiapan akan diuji, dan Alma kemungkinan besar mulai mencium gelagat.Di sisi lain, Gio dan Revan keluar kantor lebih awal, menuju lokasi rahasia di pinggir kota. Tempat itu adalah taman yang dulu jadi saksi pertama kali Gio memanggil Alma “Sayang.” Gio menatap sekeliling, memastikan semuanya rapi. “Revan, pastiin lokasi ini aman. Lampu, suara, akses parkir, semua harus perfect. Alma nggak boleh curiga.”Revan mengangguk tegas. “Tenang, bro. Semua bakal aman. Kita sudah koordinasi tim teknis dan perizinan.”Gio tersenyum tipis, tapi matanya tetap serius. “Dan gue butuh bantuan tambahan dari dua orang lagi… Reina dan Rian. Mereka bakal bantuin soal koordinasi Alma dan pengalihan, gue nggak mau ada slip.”Revan mengangguk lagi. “Bagus. Kalau semua orang kompak, ini bakal sukses.”Sementara itu d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status