แชร์

133~DS

ผู้เขียน: Kanietha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-08 21:09:56

“Maaf aku telat,” ujar Bintang duduk di hadapan Elo sambil mengatur napas. “Aku mampir ke makam Mas Jagad sebentar.”

Satu alis Elo terangkat, karena tidak biasanya Bintang berkunjung ke makam Jagad di hari biasa seperti ini. Karena itulah, ada firasat aneh yang langsung muncul di kepala.

“Jangan bikin aku mikir macam-macam, Mas. Kita langsung aja,” pinta Elo.

Bintang menatap Elo dan terdiam untuk beberapa saat, sebelum helaan panjang keluar dari mulutnya. “Aku tahu kamu masih sangat mencintai Sinar.”

Elo berdecak pelan. Pikiran buruk sontak memenuhi kepalanya. “Maksudnya?”

“Aku minta tolong, jaga Sinar dan juga anakku saat aku nggak bisa ada di sisinya.”

Elo mendengus keras, disusul dengan tawa hambar. Harusnya ia senang mendengar hal tersebut, tetapi, entah mengapa hatinya justru terasa sesak dan perih.

“Pras?” tebak Elo.

Bintang mengangguk dan tidak akan menutupi apa pun di depan Elo. Karena itulah, ia menceritakan perihal pertemuannya dengan pria itu.

“Kamu masih waras, Mas?” Elo
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (6)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
kasihan Sinar.. 2x cere pas hamil.. bagaimanapun juga Elo juga turut andil.. klo aja dia gk ngadu sama Aster mungkin perceraian mereka bisa ditangguhkan..
goodnovel comment avatar
Christina Natalia
wehhh cerai jg
goodnovel comment avatar
V3_
Hahhh ingin ku acak-acak mukanya Pras
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Dear Secretary   153~DS

    Dengan tubuh yang masih saja bergetar, Sinar mondar-mandir di depan ruang operasi. Setiap langkahnya dipenuhi kecemasan yang menumpuk. Tidak kunjung mereda, seperti lampu di atas pintu ruang operasi yang terus menyala tanpa kepastian.“Nar …”Sinar menoleh cepat. Tanpa ragu, tubuhnya menghambur ke pelukan Elo yang berlari menghampiri dengan wajah panik.“Asa di mana?” Sinar mengurai pelukannya. “Sama Pak Harsa … Ta-tadi masih di IGD, tapi nggak ada yang serius.”Helaan lega keluar dari mulut Elo. “Gimana kro–”“Je!” Bima menyusul beberapa saat kemudian. Napasnya berat, ngos-ngosan seperti Elo. “Pras?”“A-aku nggak ngerti, Bim.” Suara Sinar bergetar, kemudian menatap Elo. “Mas … titip Asa, ya? Aku … aku–”“Ssshhh …” Elo menyela dan kembali memeluk Sinar, lebih erat. Ia paham, wanita itu sedang berada dalam kepanikan yang tidak berujung. Getaran tubuh yang sejak tadi terasa begitu jelas, sudah membuktikan jika Sinar tidak mampu memikirkan apa pun untuk saat ini. Elo tidak jadi menuntu

  • Dear Secretary   152~DS

    Dengan sengaja, Sinar menekan sudut bibir Elo begitu gemas, membuat pria itu meringis dan merintih menahan nyeri. “Biarin! Rasain!” desis Sinar sambil mengobati luka di wajah Elo. Mengusap sisa darah kering yang masih menempel di wajah sang mantan suami. “Nggak inget umur apa? Udah tua masih aja berantem! Tawuran sama siapa, sih, Mas!” Sebenarnya, Elo baru pulang dari apartemen Zevan. Ia langsung mengkonfrontasi perihal Melati pada pria itu tanpa basa basi. Awalnya, mereka hanya adu mulut, tetapi berakhir dengan adu jotos yang tidak bisa terelakkan. Meskipun pria itu sudah berulang kali meminta maaf dan mengaku menyesal, tetapi Elo belum merasa puas karena Zevan telah berbohong dan mengkhianatinya.Persetan dengan kasus Miliar Paper yang tengah mereka korek untuk menjatuhkan Pras. Yang jelas, Elo sudah melampiaskan amarahnya pada pria itu, meski rasanya tidak akan pernah cukup. “Berantem sama siapa sih, Mas?” tanya Sinar sangat penasaran. “Cewek barumu jalan sama cowok lain? Gitu?

  • Dear Secretary   151~DS

    “Kamu mau dicopot dari jabatan CEO terus dibuang ke jalan sama Pras!” desis Melati mendorong tubuh Elo hingga pria itu terduduk di kursi rapat. “Kamu nggak mikirin gimana nasib anakmu nanti? Nggak mikirin gimana masa depanmu?”“Apa-apaan, sih, Mel!”Baru saja Elo masuk ke dalam ruang rapat, tetapi Melati sudah mendorongnya dan mengomel tanpa sebab. “Zevan!” hardik Melati.Elo menelan ludah. “Kamu … dari mana kamu tau? Pras tau? Dia sudah tau, makanya kalian semua ke sini ada meeting mendadak?”“Nggak ada yang tau kecuali aku.” Melati kembali melunak setelah membuang napas besar. “Jauhi kasus Miliar Paper dan jangan beri Zevan info apa pun.”Elo berdecih. “Kamu takut karirmu hancur, karena kamu sekutu Pras?”“Aku tau, kalian berdua benci dengan Pras.” Melati menggenggam tangan Elo. “Tapi percaya sama aku, kalau kamu nggak berhenti, Pras akan tahu kalau kamu juga ada andil di belakang semua ini.”“Mel–” “Dengarkan aku dulu,” mohon Melati mengeratkan genggamannya. “Pak Abraham, nggak p

  • Dear Secretary   150~DS

    “Kamu ngomong apa sama bu Aster?” tanya Sinar setelah memasuki ruangannya bersama Pras. “Kenapa dia mendadak pergi?”Melihat Pras dan Sinar ada di ruangan, Wati pun segera berpamitan ke luar. Meninggalkan Aya masih tidur nyenyak di kasurnya. “Bukan urusanmu.”Sinar berdecak kesal. Kendati sangat penasaran, tetapi ia tidak bisa memaksa Pras untuk bercerita. “Terus ngapain kamu ke sini? Bukannya pak Arkan yang diutus jemput?”“Kenapa ke sini naik taksi?” tanya Pras mengabaikan pertanyaan Sinar. “Aku yakin mobilku nggak bermasalah.”Sinar menghempas tubuhnya di kursi kerja. “Aku lagi nggak bisa nyetir tadi pagi. Lagi banyak masalah.”“Uang?” Sinar kembali berdecak. Kali ini lebih keras. “Nggak semua masalah itu karena uang, Pras.”“Kalau begitu jelaskan.”“Ihh! Sejak kapan aku harus laporan sama kamu.”“Sejak sekarang.”“Eh, siapa elo!” sahut Sinar meninggikan suaranya. Dan detik itu juga, Aya tiba-tiba merengek dan terbangun. Untuk itu, Sinar langsung berlari kecil menghampiri. Menep

  • Dear Secretary   149~DS

    “Tumben ngajak ke resto tapi nggak di ruang VIP?” protes Melati menatap Lex yang duduk di samping Pras. Pria itu tidak menatapnya sama sekali dan hanya sibuk dengan tabletnya. “Kita masih nunggu orang,” ujar Lex akhirnya menatap Melati, lalu mengangkat tangan pada pelayan. “Kamu pesan dulu. Kami sudah, tinggal nunggu makanan datang.”Melati segera memesan makanan dan minuman setelah pelayan datang. Sesudahnya, barulah ia mengajukan pertanyaan lagi.“Kita lagi nunggu siapa?” tanya Melati lalu berdecak kecil. “Padahal aku sudah janji mau ngajak Zetta jalan.”“Tunda dulu,” ujar Pras melihat jam tangannya sekilas. “Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan.”“Tapi ini bukan agenda Pak Kaisar, kan?” Melati mencondongkan tubuh setelah melipat kedua tangan di atas meja. “Jadi, apa pekerjaannya dan siapa yang lagi kita tunggu.”“Dia.” Lex menyerahkan tablet yang dipegangnya pada Melati. “APA!” Saat melihat nama sekaligus data yang tertera di layar, Melati langsung terbelalak. “Jadi kita lagi

  • Dear Secretary   148~DS

    Sinar baru menarik pagarnya dari luar, ketika sedan hitam yang mengantarnya pagi tadi berhenti di depan rumahnya. Melihat pria berjas yang berada di balik kemudi, Sinar lantas berdecak. Segera mengunci pagar dan menunggu pria itu keluar dari mobil.“Ke mana mobilku?” tanya Sinar membuka kaca helmnya. “Kok nggak diantar-antar?”“Mau ke mana?” Pras berdiri di samping motor Sinar dan menatap rumah yang pintunya tertutup rapat. Tidak menjawab pertanyaan wanita itu.“Mau beli popok di depan sana!” jawab Sinar mengerucutkan bibir, sambil menunjuk gerbang di depan gangnya. “Harusnya aku jalan sama anak-anak ke supermarket. Tapi nggak bisa karena mobilku nggak dibalik-balikin.”Pras mengulurkan kunci mobil yang sejak tadi ia pegang. “Kamu pake mobil itu sekarang. Satu jam lagi aku dijemput Arkan ke sini.”“HAH!” Sinar hanya melihat kunci tersebut tanpa meraihnya. “Mobilku ke mana?”“Mobilmu jelek,” ujar Pras. “Aku nggak suka.”“Mobil itu itungannya masih baru, Praaas.” Sinar menghentak kedua

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status