Share

Menyesal

Author: Pena Jaya
last update Last Updated: 2025-10-08 09:51:20

“Kau sedikit kejam, aku tidak menyangka kau akan menggunakan taruhan ini sebagai keuntunganmu sendiri,” tanya seorang lelaki yang duduk di sebelah Alan persis.

“Siapa yang peduli?” sahut Alan dengan enteng.

Tangan Davin mengepal dengan eat, darahnya terasa sangat mendidih, jantungnya berdetak dengan begitu cepat. Ia belum pernah merasa semarah ini, benarkah Alan mengatakan hal itu tentang dirinya? Rasanya sungguh tidak bisa dipercaya.

Dari ruang tengah, Alan yang melihat bayangan seseorang, segera berdiri dan keluar dari sana. meninggalkan teman-temannya. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Davin di sana. Mata mereka saling bertatapan, tentu saja ada raut kekecewaan dan emosi dari dalam diri Davin.

Davin menatap lelaki di hadapannya itu, ia mencium aroma alkohol, apakah Alan minum-minum? Sedikit tidak bisa dipercaya, Alan adalah anak yang baik selama ini, apakah semua itu hanya kedok saja?

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alan dengan dingin, ia kemudian bersedekap tangan menatap Davin.

“Apakah aku salah dengar?” tanyanya. “Kau menggunakanku sebagai bahan pertaruhan konyol? Apakah kau tahu bagaimana efeknya semua itu padaku?” Davin menunutut. “Kau menghancurkan hidupku! Menghancurkan masa depanku, apakah kau puas sekarang?” tuduhnya dengan hampir tak sadar.

Alan membuang nafas kasar, “Jika kau ke sini hanya untuk marah-marah, pergilah! Aku tidak ingin kau mengganggu hariku!” usir lelaki yang merupakan sahabat dari Davin itu.

“Jelaskan semuanya pada mereka!” pinta Davin. “Aku dikeluarkan dari kampus, mereka tidak percaya padaku! Aku mohon, kau tidak bisa melakukan ini padaku. Aku bahkan tidak pernah bersentuhan dengan obat terlarang!” desaknya menatap Alan dengan penuh ketidakmengertian.

“Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak ingin terlibat! Kau selesaikan urusanmu sendiri!” bentak Alan.

“Tapi ini semua salahmu!” tuduh Davin tidak ingin kalah. “Kau menjebakku untuk mengantar obat itu, yang bahkan aku sendiri tidak tahu! Kau sangat keterlaluan! Aku ingin kau menjelaskan pada pihak kampus sekarang juga dan bersihkan namaku!” Davin menarik tangan Alan.

Namun Alan dengan cepat menghentakkan tangan lelaki itu. “Lepas! Jika kau berani macam-macam, aku tidak segan untuk mengusirmu!” bentaknya keras. “Ini semua masalahmu, kenapa aku harus membantumu?”

Davin menatap Alan tidak percaya. “Apa yang merasukimu hingga kau seperti ini? Kau tahu seberapa banyak kerugian yang aku dapatkan? Kau membuatku kehilangan semuanya!! Bukankah kita ini sahabat?” tanyanya menatap heran.

“Sahabat? Kau hanya rivalku saja, tidak lebih! Aku tidak membutuhkanmu lagi, sebaiknya kau pergi dari sini! Jangan pernah menginjakkan kakimu di tempat ini, atau aku akan memanggil security!!”

“Kau keterlaluan! Setelah aku selalu membantumu selama ini, kau tega melakukan ini padaku?” tunjuk Davin dengan tidak bisa untuk menyembunyikan rasa emosinya lagi. Ia menendang kursi di sampingnya tanpa sadar.

Alan mulai tersulut, “Semua itu sudah impas dengan semua fasilitas yang aku berikan padamu, jadi jangan merengek lagi!! Pergi! Aku tidak ingin melihatmu lagi!” usirnya yang lagi-lagi membuat Davin terkejut bukan main.

“Kau benar-benar keterlauan! Aku tidak-,” ucapan Davin terhenti karena tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia segera merogoh benda itu dan buru-buru menjawabnya tatkala melihat dari layar, nama rumah sakit tempat ayahnya dirawat menelvon.

“Iya, apakah Papa saya baik-baik saja? Saya akan segera-,” lagi-lagi ucapan Davin terhenti, matanya membulat dengan kaget, tubuhnya mundur ke belakang tanpa ia sadari. Lelaki itu terlihat sangat shock.

Alan memang tidak peduli, namun ia juga penasaran dengan apa yang terjadi pada lelaki di hadapannya itu. Karena jelas sekali, rasa cemas dan panik terukir di wajahnya.

“S-saya akan ke sana,” ujar Davin dengan gemetar. Dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, Davin segera berbalik dan berlari pergi dari sana dengan sangat kencang. Entah apa yang terjadi, Alan menatap kepergian dari lelaki itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

Teman-teman Alan keluar, “Apa yang terjadi?” tanyanya mengagetkan Alan. Alan segera menggelengkan kepala. “Lupakan saja, ayo bersenang-senang lagi.” Alan membalikkan tubuh dan kembali masuk ke ruang tengah, meraih gelas wine dan menuangkannya lagi.

***

“Tidak, apa yang Papa lakukan di sini hmm? Papa bangun,” Dengan tangan gemetar, Davin menggerakkan jemarinya dan menyentuh pipi lelaki paruh baya yang sudah dingin itu. Pucat sekali, mata terpejam dengan rapat, tidak ada tanda-tanda lelaki itu bernafas.

Tanpa sadar, air mata Davin mengalir, hatinya sangat hancur dengan apa yang dia saksikan sekarang ini. Sang ayah, menghembuskan napas terakhirnya sebelum ia sampai di rumah sakit. Lelaki itu sudah pergi, meninggalkan Davin untuk selamanya.

Serangan jantung yang terakhir memang begitu parah, sehingga tidak bisa untuk bertahan lagi. Satu-satunya keluarga yang ia miliki sudah pergi, Davin tidak memiliki siapapun lagi. Cobaan yang bertubi-tubi datang padanya, sungguh membuat Davin tidak bisa menahan ini semua.

Dunia sangat kejam, Davin merasa selama ini dirinya selalu melakukan kebaikan, akan tetapi kenapa semesta menghukumnya seperti ini? Apakah dirinya dibenci karena selalu melakukan kebaikan?

Saat ini Davin tidak memiliki hal yang positif, yang bisa ia pikirkan lagi. Hatinya penuh dengan kemarahan dan rasa kecewa, emosi, dan juga ketakutan. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah ini kesalahannya? Atau kesalahan dari orang-orang yang membuat dirinya seperti ini?

Tangan Davin mengepal dengan erat, ia mendekat ke tubuh sang ayah, kemudian memberikan kecupan terakhir pada kening lelaki itu dengan begitu lama. Ayah yang selalu menemaninya selama ini, tidak akan pernah kembali lagi. Dunia sudah mengambil lelaki itu darinya, dan Davin benar-benar tidak bisa menerima.

Meskipun Davin hidup serba pas-pasan, namun ia masih memiliki tabungan, yang mungkin akan ia gunakan untuk melakukan proses kremasi pada sang ayah. Namun sebelum itu, ada banyak sekali dokumen yang harus dia urus. Rasanya seperti semuanya dipersulit.

“Sialan!!” umpatnya

Davin membanting dokumen di tangannya dengan marah, seumur hidupnya, ia belum pernah merasa dilanda amarah sebesar ini. Ia butuh pelampiasan, seseorang yang harus disalahkan atas semua ini. Dan orang itu hanya satu, Alan. Alan yang menyebabkan dirinya berada di dalam kesulitan seperti ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Dokter Tampan   Menyesal

    “Kau sedikit kejam, aku tidak menyangka kau akan menggunakan taruhan ini sebagai keuntunganmu sendiri,” tanya seorang lelaki yang duduk di sebelah Alan persis.“Siapa yang peduli?” sahut Alan dengan enteng.Tangan Davin mengepal dengan eat, darahnya terasa sangat mendidih, jantungnya berdetak dengan begitu cepat. Ia belum pernah merasa semarah ini, benarkah Alan mengatakan hal itu tentang dirinya? Rasanya sungguh tidak bisa dipercaya.Dari ruang tengah, Alan yang melihat bayangan seseorang, segera berdiri dan keluar dari sana. meninggalkan teman-temannya. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Davin di sana. Mata mereka saling bertatapan, tentu saja ada raut kekecewaan dan emosi dari dalam diri Davin.Davin menatap lelaki di hadapannya itu, ia mencium aroma alkohol, apakah Alan minum-minum? Sedikit tidak bisa dipercaya, Alan adalah anak yang baik selama ini, apakah semua itu hanya kedok saja?“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alan dengan dingin, ia kemudian bersedekap tangan menata

  • Dendam Dokter Tampan   Hancur

    “Tapi-”“Sudahlah, Davin. Kami akan mencoba untuk membantumu nanti, tapi untuk sementara kau harus menerima keputusan ini. Sangat berat harus melepaskan mahasiswa jenius sepertimu, akan tetapi kesalahamu terlalu fatal,” putus Pak Windra tanpa bisa dibantah lagi. Ia menutup buku yang ada di meja, kemudian menarik nafas panjang.Davin menggeleng-gelengkan kepalanya putus asa, ia benar-benar tidak lemas. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Hatinya kacau, dirinya tidak tahu bagaimana nanti harus mengatakan pada sang ayah.Ia terlalu takut, siapa yang akan menolongnya sekarang? Hanya tinggal selangkah lagi, dirinya bisa lulus dari sini dan mencapai cita-citanya. Namun dengan kejadian ini, dia memiliki catatan kejahatan, yang mungkin tidak akan baik juga untuk masa depan. Davin benar-benar putus asa.“Dia dikeluarkan aku dengar,” bisik seorang mahasiswa di sudut papan majalah dinding.“Bagus jika begitu. Karena aku tidak ingin juga, satu kampus dengan seseorang seperti itu,” sahut temanny

  • Dendam Dokter Tampan   Kehilangan Semua

    Davin menarik nafas panjang, sejak kejadian itu memang para teman kuliahnya berubah sikap. Mereka memperlakukan dan melihat Davin seperti orang yang tidak layak untuk berada di sana. Davin mungkin memang miskin, namun dia tidak akan melakukan hal terlarang untuk mendapatkan uang. “Kau masih punya nyali untuk datang ke sini? Kau sudah membuat fakultas kedokteran merasa malu! Bisa-bisanya mahasiswa beasiswa melakukan hal kriminal seperti itu!” tegur seorang temannya kala dia hendak keluar dari kelas. “Aku tidak melakukannya,” sergah Davin. “Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Kalian bisa tanya pada Alan!” “Cih, kau ingin berlindung di balik sahabatmu yang kaya raya? Pengedar tetaplah pengedar! Kau tidak pantas untuk berada di tempat ini, dasar miskin dan kriminal!” tuduhnya menunjuk ke arah Davin dengan mengejek. Meskipun sakit hatinya begitu dalam, ia berusaha untuk tenang. Davin membuka loker, dan mengambil semua buku-buku yang ada di sana. kemudian memasukkannya ke dalam ta

  • Dendam Dokter Tampan   Usaha Tiada Henti

    “Jadi, kau sama sekali tidak memiliki bukti selain dari ucapanmu itu saja?” tanya salah seorang dosen yang mengintrogasinya. “Kau tahu? Ini adalah masalah serius, sudah banyak mahasiswa kampus ini yang terkandung kasus obat terlarang, dan kami tidak ingin hal ini terus berlanjut.” Davin menatap dosen meminta belas kasihan, “Sungguh, saya bukan pengedar. Saya hanya disuruh oleh Alan, anda bisa untuk menanyai Alan. Dia yang menyuruh saya untuk mengantarkan paket itu ke Pak Dani,” jelas Davin putus asa. “Saya tidak berbohong.” “Kami sudah meminta konfirmasi pada Alan, dia tidak tahu menahu. Dan kami tidak ingin mengganggu kerja prakteknya, karena itu sangat berpengaruh untuk kampus,” kata sang dosen yang bernama Pak Windra itu. “Tapi itu tidak adil!” potong Davin. “Alan benar-benar menyuruh saya, dia yang meminta bantua pada saya!” Pak Windra bersedekap tangan. “Jadi, kau menuduh jika Alan yang sebenarnya pengedar obat terlarang itu?” tanyanya memberikan tatapan yang penuh selidik pa

  • Dendam Dokter Tampan   Terjebak

    “Tapi itu sungguh bukan milik saya!” teriak seorang lelaki yang memakai kemeja biru, celana jeans, dan sepatu rapi itu, seraya meremas tangannya sendiri yang gemetaran. “Beraninya kau melakukan ini pada dosenmu sendiri? Apakah kau ingin menjebaknya? Kau sengaja melakukan semua ini untuk kepentinganmu sendiri? Iya?” balas seseorang yang terlihat berkuasa di sana. Tangannya bersedekap dengan sorotan mata yang begitu tajam. Lelaki yang tengah dihakimi itu, Davin, menggelengkan kepalanya hampir putus asa, “Itu tidak benar sama sekali, saya hanya disuruh oleh Alan untuk mengantarkan itu. Saya bahkan tidak tahu jika isinya benda berbahaya, saya tidak mengeceknya!” cicitnya dengan nada yang begitu lemah, ia berusaha keras menghentikan tangannya yang gemetar. “Jangan membuat banyak alasan, karena bukti sudah berada di tangan kami. Sidang kedisiplinan akan segera dilakukan. Sebaiknya kau segera mempersiapkan diri, karena bisa jadi kau salah satu mahasiswa sindikat pengedar obat terlarang,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status