"Mau enggak jadi pacar saya, Pak Rainer?" Diputuskan secara mendadak oleh sang kekasih, Kalania mempunyai rencana balas dendam. Tak menggunakan santet, dia berniat memacari Rainer—saudara kembar dari mantan brengseknya itu. Belum mengenal Rainer, Kalania memberanikan diri menemui pria itu untuk menawarkan kesepakatan pacaran kontrak. Rainer mau? Jawabannya adalah tidak. Namun, karena beberapa alasan, pria itu akhirnya menerima ajakan Kalania. Memanas-manasi sang mantan bahkan membuatnya cemburu, itulah yang Kalania lakukan bersama Rainer. Namun, sandiwara keduanya justru terlalu serius sehingga benih cinta diantara Kalania dan Rainer pun muncul. Di waktu yang sama, rencana Kalania juga berhasil karena mantan kekasihnya menyesal bahkan meminta untuk kembali menjalin hubungan. Kalania dilema? Tentu saja! Masih menyimpan sedikit cinta untuk sang mantan kekasih, tapi juga mulai mencintai Rainer, Kalania tak tahu harus apa sampai akhirnya dua pria di hidupnya itu memberi dia pilihan. Kembali pada mantan atau menjalin cinta baru dengan Rainer, manakah yang akan dipilih seorang Kalania?
Lihat lebih banyak***
"Rajendra!" Berhasil keluar dari keramaian kemudian masuk ke backstage setelah mengenalkan diri, seruan tersebut lantas keluar dari bibir Kalania ketika pada jarak beberapa meter, sosok yang dia cari tengah berjalan ke sebuah tenda. Rajendra. Bukan orang lain, yang Kalania panggil adalah dia dan bukan berstatus teman, Rajendra adalah kekasihnya yang sudah Kalania pacari selama dua bulan terakhir. Berawal dari Kalania yang sering menonton bahkan mengikuti band yang dianggotai Rajendra juga ketiga temannya, gadis itu tiba-tiba saja mendapat keberuntungan untuk naik ke atas panggung setelah salah satu anggota memilihnya sebagai penonton paling aktif, dan karena posisi Rajendra adalah vokalis, Kalania tentunya banyak berinteraksi dengan pria itu di atas panggung. Itu saja? Tentu saja tidak, karena setelah dipanggil naik ke atas panggung, Kalania dihampiri lagi oleh Rajendra untuk kemudian diajak berkenalan bahkan dimintai nomor telepon. Bak kejatuhan durian runtuh, Kalania yang menyukai Rajendra tentu saja menerima dengan senang hati ajakan berkenalan bahkan tanpa banyak ba bi bu, dia juga memberikan ponsel sampai akhirnya seminggu pasca mereka dekat, Rajendra menyatakan cinta padanya dan tentu saja Kalania pun menerima dengan senang hati sehingga dia dan vokalis Ravaleaz band tersebut pun resmi berpacaran. Tak ada yang aneh, hubungan keduanya berlangsung seperti pasangan lain dan tentu saja sebagai pacar yang baik, Kalania selalu mengusahakan diri untuk datang setiap kali Rajendra manggung termasuk hari ini. "Kamu keren banget sore ini," ucap Kalania sesampainya dia di dekat Rajendra. Tak bersama teman-temannya yang lain, pria itu kini berdiri seorang diri. "Aku suka." "Suka lagunya?" tanya Rajendra. "Suka semuanya," kata Kalania sambil terus tersenyum. "Apalagi lagu yang nyeritain tentang jatuh cinta. Lagu baru ya? Aku belum lihat di akun youtube band kamu." "Iya dan itu aku yang ciptain." "Serius?" tanya Kalania—semakin antusias, karena dia pikir lagu tersebut ditujukan Rajendra untuknya. "Iya serius, tapi bukan buat kamu." Deg. Seperti dipukul ulu hati, itulah yang dirasakan Kalania setelahnya. Memandang Rajendra dengan perasaan yang heran, dia lantas bertanya, "Terus buat siapa kalau bukan buat aku? Itu lagu tentang jatuh cinta, kan?" "Iya dan lagunya bukan buat kamu, tapi buat orang lain yang sekarang lagi aku suka." "Rajendra." "Kita putus ya," ajak Rajendra tanpa aba-aba dan jelas hal tersebut membuat Kalania kaget. "Kita kan udah dua bulan pacaran dan aku bosen terus pengen ganti. Jadi hari ini udahan oke? Kamu bukan lagi pacar aku begitu pun sebaliknya. Enggak usah datang ke backstage mulai hari ini dan semuanya berakhir. Hubungan kita bulan aja karena aku punya gebetan baru." "Ra-Rajendra kamu bercanda, kan?" tanya Kalania dengan raut wajah kaget yang tak hilang dari wajah cantiknya. Tak punya salah apa pun dan tak memiliki masalah apa-apa sebelumnya dengan Rajendra, rasa kaget ketika diputuskan secara mendadak seperti sekarang tentu saja menghampiri Kalania karena rasanya tak etis jika hubungan dia dan vokalis band tersebut berakhir begitu saja. Rajendra Playboy. Julukan itu sudah Kalania ketahui sebelum mengenal pria tersebut bahkan berpacaran dengannya, tapi tetap saja diputuskan secara mendadak tanpa melakukan kesalahan, dia tak bisa terima sehingga bagaimanapun caranya Kalania harus mendapat penjelasan dari pria itu. "Bercanda? Enggaklah," kata Rajendra. "Lagian lo kan tahu gue gimana? Gue playboy dan gue enggak bisa sama satu cewek aja. Jadi terima aja gue putusin lo. Bosen soalnya dan-" Plak! Dengan emosi yang tiba-tiba saja naik ke ubun-ubun, tamparan tersebut lantas dilayangkan Kalania di pipi Rajendra dan bohong jika pria itu tak kaget karena jelas Rajendra kaget dengan tamparan gadis di depannya. "Lo nampar gue?" tanya Rajendra—kembali menggunakan panggilan lo-gue pada Kalania. "Apa? Enggak suka?" tanya Kalania. "Itu pantas buat cowok brengsek macam kamu tahu enggak? Aku tahu kamu playboy, tapi putusin cewek minimal kamu harus bikin masalah dulu, Rajendra! Kamu pikir diputusin tanpa alasan itu enak? Enggak! Aku enggak suka tahu enggak diginiin!" "Ya terus gue harus apa?" tanya Rajendra. "Gue naksir cewek lain dan gue bosen sama lo. Masa harus dipertahanin?" Mengeraskan rahang, itulah yang dilakukan Kalania setelahnya hingga tak berselang lama yang dia lakukan adalah; kembali menampar Rajendra dan jelas hal tersebut membuat pria itu merintih. "Aw! "Mampus!" ujar Kalania. Tak lagi memiliki mood untuk meminta penjelasan, emosi menggunung yang kini hadir membuat dia tanpa ragu melakukan semua itu karena diperlakukan dengan sangat tak baik, tentu saja dia marah. "Itu pantas buat kamu yang brengsek, Rajendra! Aku doain kamu impoten habis ini terus aku doain juga kamu botak!" "Jangan sembarangan ngomong ya lo!" "Bodo amat!" ujar Kalania. "Kalau kamu emang mau putus sama aku, ayo kita putus! Tapi jangan harap aku diem aja diginiin karena aku pasti balas dendam! Aku akan bikin kamu menyesal karena giniin aku dan ak-" "Balas dendam apa emangnya yang bisa lo lakuin hah?" tanya Rajendra yang justru meremehkan Kalania. "Banyak!" ujar Kalania. "Aku bisa balas dendam lewat banyak cara dan aku jamin kami bakalan nyesal karena udah giniin aku. Lihat aja!" "Oke, gue tunggu," kata Rajendra. "Kabarin gue kalau balas dendamnya udah siap oke? Sekarang sana pergi dan enggak usah temuin gue lagi. Kalau perlu, enggak usah nonton gue karena gue pengen penonton baru yang lebih cantik. Sana." "Sampah!" Tak melakukan apa pun untuk mempertahankan hubungannya dengan Rajendra, yang dilakukan Kalania justru mengumpat sebelum akhirnya pergi meninggalkan pria itu dengan perasaan yang dongkol. Kembali ke mobil, Kalania lekas melajukan kendaraannya itu dengan kecepatan tinggi dan bukan ke rumah, tujuan dia pulang sore ini adalah apartemen karena memang selama beberapa tahun terakhir Kalania hidup mandiri di sebuah apartemen. "Rajendra brengsek!" umpat Kalania ketika akhirnya sampai di unit apartemen. "Awas aja aku enggak akan tinggal diam diginiin. Aku pasti balas dendam." Tak ada tangis layaknya seorang gadis yang barusaja putus cinta, Kalania justru terus dilanda emosi dan tak hanya merutuk, yang dilakukannya setelah masuk ke dalam kamar adalah; menghubungi sebuah nomor. Bukan orang lain, yang Kalania hubungi adalah nomor sang sahabat, Tami dan bukan tanpa tujuan, alasan dia menghubungi Tami adalah untuk mencurahkan kekesalan, sakit hati sekaligus meminta solusi balas dendam pada Rajendrs karena ucapannya tadi tentu saja bukan main-main. "Halo, Kal. Ada apa?" "Tami, gue putus sama Rajendra," rengek Kalania tanpa basa-basi. "Tadi gue nemuin Rajendra di backstage kaya biasa dan lo tahu? Dia putusin gue secara mendadak. Katanya dia bosan sama gue dan-" "Kan!" seru Tami dengan segera. Tak setuju dengan hubungan Kalania dengan Rajendra, sejak awal gadis tersebut memang sudah punya feeling tak baik karena status vokalis band tersebut yang tak lain seorang playboy sangat terkenal di mana-mana. "Gue bilang juga apa, Kalania. Rajendra itu playboy dan dia enggak punya niat serius sama lo! Dia cuman mau mainin lo dan di-" "Iya gue minta maaf, Tami. Sorry," ucap Kalania—memotong ucapan sang sahabat dengan segera. "Gue harusnya dengerin omongan lo buat enggak pacaran sama Rajendra dan gue juga harusnya pinteran dikit." "Baguslah kalau sadar diri." "Tapi meskipun nyesal, gue enggak mau tinggal diam dan gue mau balas dendam," kata Kalania. "Gue tadi udah ngomong ke Rajendra buat balas dendam sama dia dan katanya dia nunggu pembalasan dendam itu." "Terus?" "Gue bingung mau balas dendam pake cara apa," kata Kalania polos. "Gue blank dan gue pengen minta bantuan lo buat cari ide. Kira-kira ada saran enggak?" "Serius mau balas dendam nih?" "Seriuslah!" ujar Kalania. "Gue harus buktiin ke Rajendra kalau gue bukan cewek lemah yang bakalan pasrah digituin sama dia. Gue harus bikin dia nyesal dan kapok bahkan kalau bisa, gue pengen bikin dia nangis darah." "Pacarin Kakaknya kalau gitu." "Hah?" Mendengar ucapan Tami, raut wajah Kalania tentu saja mendadak cengo. "Kakak? Emang Rajendra punya Kakak? Setahu gue kembaran deh dia punyanya." "Ya itu sama aja," kata Tami. "Setahu gue Rajendra itu punya dua saudara kembar dan karena dia anak tengah alias lahir kedua, dia punya Kakak dan adik. Kakaknya cowok, adiknya cewek." "Terus?" "Ya lo pacarin sana kakaknya," kata Tami. "Kalau pengen bikin Rajendra nangis darah. Itu cara yang paling efektif karena lihat mantan pacaran sama saudara sendiri tuh nyes."***"Ya ketika para mantan lo menghilang setelah lo putusin secara mendadak, Kala malah jadian sama Rainer dan itu tuh kaya revenge, Njir!" ujar Keano. "Mana sifat dan sikapnya berubah jadi lebih baik setelah sama Rainer. Manusiawi sih kalau lo gagal move on karena pasti enggak gampang juga buat nahan rasa setiap ketemu sama dia.""Dan masih sangat bisa kalau lo mau ambil lagi Kala dari Rainer mumpung hubungan mereka belum terlalu jauh," ucap Rega yang tentu saja mendapat teguran dari Zion."Ngajarin yang sesat lo," celetuk Zion. "Terjadi perang saudara di keluarga Om Raiden, lo mau tanggung jawab emangnya? Kena lo nanti sama pisau bedah Omnya Rainer sama Rajendra. Siapa sih namanya? Dokter Regal ya?""Regan, bego," kata Keano—mengoreksi. "Kue mari kali ah, Regal.""Ya mangap, salah sehuruf doang," kata Rega dengan segera."Mangap-mangap pala lo mangap."Terkekeh, itulah respon Rajendra untuk ucapan yang dilontarkan Keano hingga setelahnya keempat orang pria tersebut mengalihkan atens
***"Tadi lo lihatin apa? Kok kaya diem sebentar terus lihatin sesuatu di kerumunan penonton?"Tengah duduk sambil menyedot air putih dari botol, Rajendra seketika menoleh setelah pertanyaan tersebut dilontarkan Rega—sang gitaris band tempatnya bernaung, yang kini duduk tak jauh darinya.Barusaja menyelesaikan dua lagu sebagai pembuka acara, Rajendra dan teman-temannya memang turun sementara dari panggung dan tak berkeliaran ke mana saja, mereka tentunya pergi ke backstage untuk beristirahat karena nanti masih ada tiga lagu yang harus Rajendra bawakan di acara universitas tempat dia berkuliah.Ditonton Rainer, Rajendra awalnya cukup bersemangat menampilkan penampilan terbaik seperti biasa, hingga pemandangan di tengah kerumunan penonton cukup menarik perhatiannya—membuat rasa panas di dalam hati entah kenapa mendadak datang.Kalania dan Rainer.Itulah yang menarik atensi Rajendra di tengah aksi panggungnya beberapa waktu lalu. Membawakan lagu yang bisa dibilang asik untuk dipakai berj
***Tak macam-macam apalagi membahayakan, ide yang didapatkan Kalania adalah; sesuatu hal yang aman dan bukan mengempesi ban mobil atau yang lainmya, Kalania kini justru berjalan ke depan mobil untuk kemudian naik ke atas kap dam duduk di sana.Rainer? Pria itu kini nampak fokus dengan ponselnya hingga ketika mengangkat pandangan, dia hampir saja terperanjat."Astaga!" seru Rainer spontan, sementara Kalania sendiri kini tersenyum sambil memandangnya dengan raut wajah tanpa dosa—membuat dia tentu saja lekas menyembulkan kepala dari kaca yang masih terbuka lebar. "Kamu ngapain duduk di kap mobil saya, Kalania? Turun!""Lah katanya tadi kamu bilang bebas," ucap Kalania—berpura-pura polos untuk menutupi rasa bahagiamya setelah berhasil membuat seorang Rainer jantungan. "Kamu ngomong ke aku katanya mau di kap mobil juga silakan kalau berani dan aku berani, jadi aku duduk di sini. Apanya yang salah?""Ya Tuhan, salah apa saya sampai harus bertemu spesies perempuan macam Kalania?" tanya Rain
***"Duh udah cantik belum sih gue? Mendadak gugup nih mau malam mingguan sama Rainer."Berdiri sambil mengamati penampilannya dari atas kepala hingga ujung kaki, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada dirinya sendiri yang kini dilanda rasa bingung.Bukan tanpa alasan, bingungnya Kalania datang setelah perasaan tak cocok terhadap outfit yang dia kenakan tiba-tiba saja menghampiri. Padahal, bukan acara ecek-ecek, yang akan Kalania hadiri malam minggu ini adalah acara yang bisa dibilang penting.Konser Rajendra bersama anggota bandnya.Bukan acara makan malam bersama Lukman juga Sellina, yang akan Kalania datangi malam ini justru konser sang mantan karena meskipun sempat mendapat ajakan untuk makan malam bersama kedua orang tuanya, pilihan Kalania tetap jatuh pada konser Rajendra sehingga selain menerima, Sellina juga Lukman tentunya tak bisa melakukan apa-apa lagi.Namun, karena malam minggu ini Kalania tak bisa, hari minggu besok dia harus mau datang ke rumah sang papa un
***Sementara Rajendra sibuk mengomel, maka jauh di apartemen sana Kalania justru puas tertawa setelah berhasil menggoda mantan kekasihnya tersebut, dan yaps! Dia pikir rencananya untuk berpura-pura berpacaran dengan Rainer bukan suatu hal yang buruk, karena meskipun sedikit, Kalania perlahan bisa membalaskan dendamnya pada sang mantan."Kena lo, panas kan?" tanya Kalania. "Meskipun selalu bilang enggak, sedikit besarnya gue yakin lo panas lihat gue sama Rainer, Rajendra dan itu bikin gue makin semangat buat manasin lo biar lo sadar kalau gue enggak kaya mantan lo sebelumnya yang lemah tak berdaya."Memudarkan senyuman, perlahan Kalania melakukan hal tersebut hingga ketika ucapan Rajendra tadi melintas di benak, dia kembali buka suara."Sellina istri Papa bukan mantannya Rainer, gue lega," kata Kalania. "Enggak lucu juga kalau gue dekat sama mantan mama tiri gue."Lega, itulah yang dirasakan Kalania hingga selang sepuluh menit pasca memutuskan sambungan telepon dengan Rajendra, sebuah
***[Jangan telepon gue, Rajendra! Gue enggak mau ngomong sama lo. Gue cuman mau tanya sesuatu.]Duduk di sofa kamar, Rajendra tersenyum tipis setelah membaca pesan yang dikirim Kalania beberapa detik lalu. Sampai hampir lima belas menit ke belakang, Rajendra memang tiba-tiba saja mendapat pesan dari sang mantan persis ketika dirinya masuk ke kamar.Tak diam, tapi tak membalas pula pesan dari Kalania, yang dilakukan Rajendra selanjutnya adalah; menghubungi langsung nomor sang mantan. Namun, alih-alih dijawab, panggilannya justru ditolak lalu setelahnya, Rajendra mendapat pesan dari Kalania yang berisi sebuah ungkapan kesal.Rajendra kesal? Sialnya tidak, karena mendapat omelan dari Kalania, yang muncul di benaknya justru rasa gemas. Bukan tanpa alasan, perasaan tersebut muncul setelah dia cukup menyadari perubahan pada diri sang mantan yang terlihat lebih berani dibanding ketika berpacaran dengannya, karena alih-alih sewot seperti sekarang, Kalania selalu bersikap manis ketika berkomu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen