Suara decitan pintu terdengar saat Skylar memasuki kamar Starla. Matanya seketika mengamati sang istri dari ujung kaki hingga kepala. Ia tidak bisa menampik bahwa Starla benar-benar cantik malam ini. Ah, bukan malam ini saja. Skylar tidak munafik, Starla memang sangat-sangatlah cantik, dia benar-benar tumbuh menjadi wanita penggoda dengan segala pesonanya.Apalagi malam ini, wanita itu berdandan begitu memukau, tangan-tangan perias itu patut diacungi jempol karena telah merubah Starla sedemikian rupa. Ditambah dengan gaun hitam panjang melewati mata kaki, benar-benar melekat di tubuh rampingnya. Heels yang senada. Lalu neck yang terbuka hingga pundak, menampilkan leher jenjang putih mulusnya. Sederhana namun tetap terlihat mewah dan elegan. Dan juga bagian dada yang masih tertutup aman.Benda padat itu tak terlihat seinci pun, karena Skylar tidak ingin dan tidak akan pernah memiliki keinginan untuk memamerkan milik kesayangannya itu. Hanya dia satu-satunya pria yang mengetahui segi be
Skylar membawa Starla melewati pusaran gelombang dan semakin naik hingga guncangan pelepasan mereka berdua. Menyatukan mereka dalam satu titik kenikmatan.Skylar mengangkat tubuhnya dari Starla yang terengah-engah, dengan pikiran masih berkabut karena pelepasannya. Dengan lembut jemarinya membuka ikatan tangan Starla. Ikatan itu menimbulkan bekas kemerahan di sana. Dan Skylar mengecup kedua pergelangan tangan Starla."Kau milikku, ingat itu. Kalau kau mencoba melarikan diri lagi, aku akan menghukummu dengan hukuman yang lebih berat."Lalu Skylar bangkit mengenakan pakaiannya dan menatap Starla yang sedang memalingkan wajah darinya, tidak mau menatapnya."Aku harap kau tidak melupakan malam ini, setiap detiknya," gumamnya dingin lalu, melangkah pergi meninggalkan Starla terbaring lemas diam di ranjang.Setetes air mata mengalir kembali di sudut mata Starla. Skylar benar, Starla tidak akan pernah bisa melupakan malam ini di setiap detiknya.****"Mr. Skylar?"Gerakan Skylar yang akan me
Ketika Starla terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya."Tenang, kau sudah ada di daratan. Kau bisa bernapas secara normal." Suara Skylar membawa Starla kembali pada kesadarannya.Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Skylar sedang duduk di tepi ranjangnya. Starla beringsut menjauh sejauh mungkin dari Skylar dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Skylar."Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi? Di mana mulut cerewetmu itu menghilang?" Nada geli pun tersamar dalam suara Skylar.Kurang ajar, batin Starla dalam hati. Dia baru saja berjuang mempertaruhkan nyawa, dan lelaki ini malah duduk di sini dan menertawainya.Tetapi, apakah benar Skylar yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Skylar sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki ini malah berubah piki
Perspektif seorang Skylar untuk mengeluarkannya dari rumah ini, yaitu membawanya ke lantai dua atau tepatnya di pinggiran balkon yang di bawahnya terdapat kolam renang yang sangat jernih namun terlihat sangat dalam. Tanpa sadar Starla bergidik ngeri."Apa maksudmu, Skylar?!""Tentu saja mengeluarkanmu dari tempat ini seperti yang kau inginkan!" jawab Skylar dengan tenang."Lalu? Kenapa kau membawaku ke tempat ini?" tanya Starla masih belum mengerti dengan isi pikiran Skylar kali ini."Ayo, Starla! Lompat sekarang juga!" Perintah Skylar tanpa belas kasihan.Starla tercengang mendengar perintah pria gila di depannya itu. "Apa maksudmu, Sky?" teriak Starla sekali lagi tidak mengerti dengan perintah tidak masuk pria gila itu.Skylar maju mencengkeram lengan Starla, lebih mendorongnya mendekati balkon. "Sekarang, Star!"Starla menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau gila!"Skylar berdecak. "Kenapa? Kau tidak mau? Baiklah biar Jeane yang menggantikanmu."Skylar berbalik menarik Jeane yang tern
"Tuan Skylar akan datang sebentar lagi. Kau harus makan. Dia akan marah jika tahu perutmu sama sekali belum terisi sejak tadi."Mendengar hal itu, Starla berjengit ngeri dan membenarkan perkataan Jeane. ia tidak ingin mengambil risiko. Jadi, wanita itu memilih duduk di tepi ranjang dan menandaskan setengah dari makanan tersebut, lalu membasuh diri setelahnya."Aku akan pulang. Beristirahatlah dengan baik, Mrs. Wolves."Semenjak Skylar menikah dengan dirinya, pria itu memang sengaja menyuruh para pekerja untuk kembali beristirahat ke rumah mereka masing-masing tepat jam lima sore, lalu kembali bekerja di pagi hari sebelum ia berangkat kerja. Skylar tentu tidak bodoh untuk membiarkan Starla sendirian di kediamannya. Bisa saja wanita itu akan melarikan diri dari sana.Tetapi jika menjelang malam tiba, para pekerja akan kembali ke kediaman mereka masing-masing yang telah disiapkan dan tidak jauh dari mansion besar ini. Karena setiap sore harinya Skylar kembali, oleh sebab itu mereka harus
Perasaan tidak nyaman menghantui Skylar seharian ini, pikirannya terus berkelana ke kejadian tadi pagi. Skylar tahu betul bahwa kalimat yang dilontarkan pagi tadi memang sudah sangat keterlaluan. Jujur saja, pria itu merutuki dirinya sendiri saat ini. Tetapi demi Tuhan, perempuan itu selalu berhasil memancing emosinya. Hanya karena sifat keras kepala yang dimiliki wanita itu, sudah membuat Skylar terlihat layaknya sosok pembunuh berdarah dingin. Tetapi bukankah itu benar?Suara ketukan pintu seketika membuyarkan lamunannya dan melihat Andreas memasuki ruangannya."Sebentar lagi pertemuan akan dimulai, Sir," ujar Andreas kemudian.Sial! Skylar bahkan hampir lupa bahwa hari ini memang ada jadwal pertemuan.Pria itu mengangguk. "Ya, aku akan menyusulmu."Skylar membuang napas berat. Matanya kembali terpejam. Membiarkan sosok Starla kembali menghantui benaknya. Wajah kesakitan itu, suara jeritan dan tangisannya, lalu air mata yang menetes dari mata teduhnya, sungguh mengganggu pikiran Sky