Home / Romansa / Derita Suami Mandul / Hasil Tes Kesuburan

Share

Derita Suami Mandul
Derita Suami Mandul
Author: Nabila Gemoy

Hasil Tes Kesuburan

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2022-04-27 05:57:57

Jaka dan Fatimah telah menikah 5 tahun, namun belum juga memiliki keturunan. Keluarga Fatimah dan keluarga Jaka sangat mengharapkan keturunan dari mereka.

Saat Aminah bertemu Bu Susi, dia membuat Aminah merasa emosi.

"Aminah, anak kamu mandul ya? Masa sudah lima tahun Jaka dan Fatimah belum punya anak." Mendengar hal itu dari Bu Susi, Aminah merasa tidak terima.

"Jangan asal bicara, Fatimah tidak mandul. aku yakin yang mandul itu suaminya." Aminah terbawa emosi karena ejekan para tetangga.

Bukan hanya Bu Susi yang mengatakan hal itu, tetapi Bu Umi juga mengatakan hal yang sama. Selain tetangga, Adik Aminah juga memojokkan Fatimah mandul.

"Aminah, kamu yakin salah satu diantara Fatimah dan Jaka tidak ada yang mandul? Lihat menantuku saja sudah melahirkan, masa Fatimah belum ada tanda apa-apa," kata Anita.

**

Jaka dan Fatimah tinggal di rumah keluarga Fatimah, karena Fatimah merupakan anak bungsu. Karena keinginan mempunyai keturunan, mereka melakukan tes kesuburan.

"Fatimah, aku yakin bukan kamu yang mandul. pasti suami kamu itu yang mandul. Kelurga kita tidak ada keturunan mandul," kata Aminah malam itu. "Segera lakukan tes agar ketahuan siapa yang mandul. Aku tidak mau jika kamu terus yang di salahkan," tambah Aminah.

"Baik, Bu," jawab Fatimah.

"Ibu tidak tahan dengan gunjingan para tetangga dan saudara. Mereka memojokkan kamu, kalau sudah terbukti siapa yang mandul, kan jelas nggak asal bicara tanpa bukti," ucap Aminah kesal.

Fatimah akhirnya mengajak Jaka untuk periksa, dia juga merasa terganggu dengan ucapan para tetangga.

"Mas, besok kita periksa, ya. Aku ingin tahu apa aku subur atau tidak," kata Fatimah.

"Iya, Dek. Mas ikut saja apa yang terbaik buat kita," ucap Jaka.

Jaka juga kasihan mendengar Fatimah terus digunjingkan tetangga.

**

Hari ini Jaka dan Fatimah duduk di bangku antrian sebuah rumah sakit. Mereka sedang menunggu pemeriksaan.

Setelah menunggu beberapa lama, nama mereka akhirnya dipanggil. Mereka masuk ke ruangan Dokter. Di sana mereka melakukan pemeriksaan setelah itu mereka menunggu hasilnya. Ada rasa takut pada diri mereka, jika salah satu dari mereka mandul maka akan menjadi petaka di rumah tangga mereka.

"Ini Pak, Bu, hasilnya," kata Dokter menyodorkan surat hasil tes.

Jaka menerimanya lalu dibuka dan dibaca bersama Fatimah.

Deg

Bagai disambar petir, dalam hasil tes tersebut Jaka dinyatakan mandul. Seketika Jaka tertunduk lesu, dia tidak menyangka dirinya mandul.

"Sabar Mas, Dokter pasti punya solusinya," kata Fatimah.

"Sperma Pak Jaka sangat lemah Bu, jadi tidak memungkinkan untuk membuah sel telur," kata Dokter.

"Apa tidak ada pengobatan untuk masalah ini, Dok?" tanya Fatimah.

"Ada, namun hasilnya belum tentu berhasil," jawab Dokter.

Setelah itu mereka pulang, sedari tadi Jaka terdiam. Dia harus mengatakan apa pada keluarga Fatimah, mereka sangat mendambakan cucu dari Jaka dan Fatimah.

"Dek, bagaimana kalau keluarga kamu masih menuntut kita untuk punya anak?" tanya Jaka sedih.

"Biarkan saja Mas, Fatimah tetap terima Mas apa adanya. Apapun keadaan Mas Jaka sekarang," jawab Fatimah.

Ada rasa senang bercampur sedih dihati Jaka, meskipun dia mandul Fatimah tetap menerima dia.

"Bagaimana hasilnya? Coba Ibu lihat!" serbu Ibu Fatimah yang bernama Aminah ketika melihat Jaka dan Fatimah sudah masuk ke dalam rumah.

Dengan tangan gemetar Fatimah memberikan hasil tes kesuburan mereka. Mata Aminah serasa mau copot saat melihat hasil tes mereka.

"Apa? Jaka mandul?" tanya Aminah tidak percaya. "Lihat ini hasilnya Jaka mandul!" perintah Aminah pada Rani dan Santo suaminya.

"Iya Jaka mandul," kata Rani kakak kandung Fatimah. "Kalau Jaka mandul, sampai kapanpun Fatimah tidak akan hamil, Bu," kata Rani.

"Tidak, Fatimah harus punya anak. Kalau Jaka tidak bisa memberi keturunan, kalian cerai saja!" seru Santo.

Fatimah bersimpuh di kaki Santo yang masih duduk di tempatnya.

"Pak, jangan suruh kami bercerai. Sampai kapanpun kami tidak akan bercerai walau sampai mati," kata Fatimah.

"Iya Pak, saya juga tidak akan menceraikan Fatimah," kata Jaka ikut bersimpuh di kaki Santo.

Nafas Santo memburu, dia sedang menahan rasa marahnya. Harapan dia memiliki cucu dari Fatimah telah pupus.

"Kita beritahu saja orang tua kamu Jaka, biar mereka tahu kamu itu mandul," kata Aminah kesana dengan membanting surat tadi ke meja.

"Jangan, Bu! Ibu ku sudah sakit-sakitan. Kalau beliau tahu fakta ini pasti dia bisa tambah parah," ucap Jaka memohon pada Aminah.

"Tapi kami tetap meminta keturunan dari Fatimah, aku tidak mau jika kalian adopsi anak," bantah Santo.

Mereka bertiga meninggalkan Fatimah dan Jaka di ruang tamu, mereka sangat marah karena Jaka dan Fatimah sepakat tidak mau bercerai.

"Bagaimana ini, Rani? Kalau seperti ini terus Bapak tidak mau," kata Santo saat mereka bertiga berada di meja makan.

"Carikan saja Fatimah suami baru," kata Rani.

"Kamu gila? mana Fatimah mau?" tanya Aminah. "Lagian kalau mereka tidak bercerai mana bisa Fatimah menikah lagi?" tanya Aminah kesal dengan usul Rani.

"Carikan pria yang mau menghamili Fatimah, Bu, maksudku. Hanya itu solusinya," jawab Rani. "Kalau Fatimah tidak mau kita paksa saja, kita ancam saja Jaka kalau tidak mengizinkan rencana kita. Kita ancam untuk memberitahu keluarga dia tentang kemandulan dia," kata Rani.

Santo dan Aminah menggut-manggut tanda mengerti.

"Tapi siapa yang mau menikah siri dengan Fatimah?'' tanya Santo.

"Kita pikirkan saja nanti, Rani mau pulang dulu. Mas Hasan akan pulang siang ini," jawab Rani lalu berjalan menuju pintu keluar dapur.

Fatimah dan Jaka duduk termenung diatas ranjang, mereka takut jika keluarga Fatimah akan memisahkan mereka.

"Dek, Mas takut kalau mereka memisahkan kita," kata Jaka.

"Jangan takut Mas, kita coba saja saran Dokter tadi," ucap Fatimah. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, Mas. Sekalipun itu keluarga aku sendiri yang melakukannya," kata Fatimah memeluk Jaka.

**

Rani sudah sampai di rumah, dia melihat suaminya sudah sampai rumah. Melihat istrinya baru pulang, Hasan nampak hanya diam saja.

"Mas, kamu tahu nggak aku tadi dari rumah ibu. Jaka dan Fatimah baru saja pulang tes kesuburan, ternyata Jaka mandul, Mas," cerocos Rani.

"Bukannya bapak sama ibu ingin cucu dari mereka? Lalu bagaimana?" tanya Hasan antusias.

"Aku kasih solusi aja supaya Fatimah cari pria yang mau menghamilinya supaya dapat keturunan. Ibu sama bapak sudah setuju, kami harap Jaka dan Fatimah juga setuju. Kamu punya nggak Mas, teman yang mau ?" tanya Rani.

"Nanti coba aku tanya teman-temanku di kantor. Siapa tahu ada yang mau, apalagi yang masih bujang tentu mau. Semua kan tidak terlalu terikat," kata Hasan lalu mengajak Rani makan siang.

Putra mereka telah siap di meja makan, Rani segera menyiapkan piring dan sendok.

**

Malam ini mereka berkumpul di ruang tengah, Rani dan Hasan datang. Namun tidak dengan Ahmad putra mereka. Ahmad sedang bermain game bersama temannya jadi tidak ikut.

"Gimana Bu, sudah bilang sama mereka?" tanya Rani pelan takut Fatimah dengar.

"Sebentar lagi, mereka juga baru duduk," jawab Aminah.

"Fatimah, Jaka kami sudah menemukan solusinya," kata Santo. "Kalian yakin tidak akan bercerai, bukan?" tanya Santo pada Fatimah dan Jaka.

"Iya Pak, kami tidak akan bercerai. Apapun keadaan Mas Jaka, aku akan tetap menjadi istrinya," jawab Fatimah.

"Jaka, kamu harus setuju dengan solusi kami. Jika kamu tidak setuju, maka kami akan beritahu keluarga kamu dan pulangkan kamu," kata Santo.

Jaka berkaca-kaca, dia tidak mau orang tuanya tahu. Dia tidak sanggup melihat ibunya semakin sakit. Apalagi jika sampai ibunya tiada, maka Jaka tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Insyaallah saya setuju Pak, jika itu solusi terbaik," jawab Jaka. Fatimah menoleh kearah Jaka, dia seakan tidak setuju dengan jawaban Jaka.

"Baiklah, Jaka sudah setuju. Fatimah hamillah dengan pria lain!" perintah Santo.

Jaka dan Fatimah terkejut mendengar ucapan Santo. Mereka tidak menyangka jika solusi yang mereka punya adalah menghadirkan orang ketiga di rumah tangga mereka.

"Tapi Pak, aku masih istri sah Mas Jaka," bantah Fatimah.

"Jaka, kamu setuju, kan?" tanya Santo.

Jaka mendongakkan kepalanya, melihat kearah Fatimah. Dia berharap Fatimah memberi solusi padanya. Namun, Fatimah sendiri hanya diam karena di takut untuk menghianati Jaka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Derita Suami Mandul   Ending

    Jaka dan Yunita tidak hanya mengundang Fatimah dan Angga. Mereka juga mengundang keluarga Adam, keluarga Hasan juga. Dam tentu Santo dan Aminah tidak ketinggalan. Meskipun Jaka hanya mantan menantu tetapi dia tetap menghargai Santo dan Aminah. Pagi sekali Fatimah sudah menyiapkan baju untuk ketiga anaknya. Dia sudah mandi sejak awal. Baru dia memandikan ketiga anaknya. "Ya ampun repot sekali," kata Fatimah. Padahal dia sudah di bantu Mbok Inah dan baby sitter Shaka. Mbok Inah tertawa melihat Fatimah gugup. Dia bahkan sempat kebalik saat memakaikan kaos dalam untuk Shaka. "Jangan gugup, Bu. Nggak akan ketinggalan kereta," goda Mbok Inah. "Bari gantiin baju mereka aja sudah ribet apalagi nanti di sana. Mana Mas Angga nggak mau ajak kalian," kata Fatimah. "Ya nanti kan ada Bu Aminah biar dibantu beliau, Bu," kata Baby Sitter Shaka. "Kalau Shaka pasti main sama Jonathan pasti anteng," lanjutnya. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kal

  • Derita Suami Mandul   Angga Dan Fatimah Bersatu

    Fatimah terus saja berpikir keputusan apa yang akan dia ambil. Dia tidak mungkin meneruskan gugatannya. ''Ibu tahu kamu sangat menyayangi Shaka dan Clarisa. Apa lagi aku lihat Clarisa dekat sekali dengan kamu dan Naura. Jika kamu memutuskan untuk kembali pada Angga Ibu silahkan," kata Aminah. "Ibu akan coba bicara dengan Angga agar dia berubah," kata Aminah. "Sepertinya aku memang harus kembali pada Mas Angga, Bu. Kalau aku meninggalkan dia itu tandanya aku egois," ucap Fatimah. "Semoga Mas Angga mau merubah sikapnya," kata Fatimah. Hari ini adalah tujuh harinya Luna. Itu tandanya Fatimah harus memberi jawaban pada Angga. "Bagaimana Fatimah? Aku menunggu keputusan kamu. Aku harap kamu mau kembali bersamaku. Kita rawat anak kita sama-sama," kata Angga. "Setelah saya pikirkan, saya rasa saya harus tetap bersama kamu, Mas. Anak-anak butuh aku," kata Fatimah. "Angga, aku mau kamu jangan sampai sakiti Fatimah lagi. Kalau sampai kamu sakiti Fatimah lagi, aku

  • Derita Suami Mandul   Luna Kecelakaan

    Setelah mendapat telfon dari Angga, Luna panik. Dia tidak menyangka pria suruhannya itu ditangkap Angga. Dan kini dia ketahuan sebagai dalang dari masalah perselingkuhan Fatimah. "Aku harus kabur, aku nggak mau ditangkap polisi," ucap Luna panik. Luna membereskan bajunya ke dalam koper. Dia tidak membawa ikut serta Clarisa karena bagi dia akan merepotkan. "Bagaimana kalau sampai aku tertangkap?" tanya Luna. Dia menyeret kopernya keluar kamar. "Bu, kamu mau kemana?" tanya Mbok Inah saat melihat Luna membawa koper. "Aku mau pergi, kamu jaga Clarisa. Aku nggak mungkin bawa dia," jawab Luna panik. Dia segera membawa mobilnya pergi dari rumah Angga. Dia terburu-buru sekali. Di tengah jalan dia mendengar ada sirine mobil polisi dia semakin parno. Dia tancap gas sekencang mungkin agar tidak bertemu polisi. Luna bahkan beberapa kali menerobos lampu merah di jalan yang sedikit sepi. Dia tidak peduli dengan keselamatan dia lagi. Dari arah yang berlaw

  • Derita Suami Mandul   Pernikahan Diujung Tanduk

    "Mas, maksud kamu apa?" tanya Fatimah. "Kamu kemarin hanya nolongin aku untuk antar aku ke rumah Kak Rani. Kenapa malam ngaku-ngaku kita ada hubungan?" tanya Fatimah. "Loh memang kita ada hubungan, kan?" tanya Pria itu. "Kamu jangan ngarang," bantah Fatimah. "Nah udah ketahuan dia selingkuh. Kenapa masih kamu pertahankan dia, Mas," sahut Luna. "Sudah ayo kita pergi!" ajak Angga pada Luna. Angga meninggalkan Fatimah dan keluarganya. Dia tidak mau terus berdebat. Bahkan Angga malah mengajak Luna langsung pulang. Acara mereka jalan-jalan gagal total. Fatimah dan keluarganya juga pulang. Mereka tidak menyangka pria itu berbohong di depan Angga. "Siapa sih pria tadi? Dia kok malah berbohong?" tanya Rani. "Sudah kalian tenang saja, saya sudah suruh orang selidiki dia. Aku yakin ada orang lain dibelakang dia," jawab Adam. "Maksud Mas Adam dia disuruh orang?" tanya Rani. ''Betul sekali," jawab Adam. "Pasti ulah Luna," sahut Fatimah.

  • Derita Suami Mandul   Sandiwara Luna

    Fatimah sudah berada di rumah Rani. Beruntung tadi dia bertemu pria baik yang mau mengantar dia sampai di rumah Rani. Awalnya Fatimah menolak karena tidak kenal orang tersebut. Tetapi lama-lama dia mau karena Naura terus saja rewel. "Terima kasih, Mas. Maaf saya tidak bisa balas dengan apapun," kata Fatimah. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya senang melihat Mbak sudah sampai tujuan dengan selamat. Lagian suami Mbak tega sekali membiarkan istrinya pergi sendiri membawa anak kecil," kata pria itu. "Saya permisi, Mbak!" ucap pria itu lalu pergi. Fatimah masuk ke rumah Rani. Dia beristirahat di kamar tamu yang sudah di sediakan pembantu Rani. "Kalau butuh sesuatu bisa panggil saya, Mbak," ucap pembantu Rani. "Iya, Mbak," jawab Fatimah. Dia menidurkan Naura yang sudah terlelap di atas ranjang. Dia merasa kasihan karena membawa Naura panas-panasan. Malamnya Rani datang, dia sedih melihat keadaan Fatimah saat ini. Namun, sebagai kakak dia akan mensupport apapun k

  • Derita Suami Mandul   Meminta Cerai

    Angga melotot dia tidak menyangka Fatimah akan berani menggugat cerai Angga. Angga tidak mau jika Fatimah meninggalkan dia. "Jangan asal bicara. Pikirkan dulu ucapan kamu!" pinta Angga. "Aku tidak akan menceraikan kamu, dan kamu tidak akan bisa menceraikan aku," kata Angga. "Kenapa kamu takut? Bukanya kamu sudah ada Luna?" tanya Fatimah. "Aku tidak mau ya tidak mau," jawab Angga. "Kamu egois, Mas," kata Fatimah. Dokter masuk, seketika mereka diam. "Pak Angga, Bu Fatimah sudah boleh pulang sore ini," kata Dokter. "Baik, Dok. Terimakasih," kata Angga. Fatimah tidak mau melihat ke arah Angga. Dokter memeriksa keadaan Fatimah. "Bu Fatimah banyak istirahat ya. Jangan sampai salah makan lagi," kata Dokter. "Baik, Dok," ucap Fatimah. Dokter keluar dari ruangan Fatimah. Angga juga kembali ke kantor tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Fatimah.** Sorenya Angga menjemput Fatimah dan juga Mbok Inah. Mereka saling diam bahk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status