Share

Derita Suami Mandul
Derita Suami Mandul
Penulis: Nabila Gemoy

Hasil Tes Kesuburan

Jaka dan Fatimah telah menikah 5 tahun, namun belum juga memiliki keturunan. Keluarga Fatimah dan keluarga Jaka sangat mengharapkan keturunan dari mereka.

Saat Aminah bertemu Bu Susi, dia membuat Aminah merasa emosi.

"Aminah, anak kamu mandul ya? Masa sudah lima tahun Jaka dan Fatimah belum punya anak." Mendengar hal itu dari Bu Susi, Aminah merasa tidak terima.

"Jangan asal bicara, Fatimah tidak mandul. aku yakin yang mandul itu suaminya." Aminah terbawa emosi karena ejekan para tetangga.

Bukan hanya Bu Susi yang mengatakan hal itu, tetapi Bu Umi juga mengatakan hal yang sama. Selain tetangga, Adik Aminah juga memojokkan Fatimah mandul.

"Aminah, kamu yakin salah satu diantara Fatimah dan Jaka tidak ada yang mandul? Lihat menantuku saja sudah melahirkan, masa Fatimah belum ada tanda apa-apa," kata Anita.

**

Jaka dan Fatimah tinggal di rumah keluarga Fatimah, karena Fatimah merupakan anak bungsu. Karena keinginan mempunyai keturunan, mereka melakukan tes kesuburan.

"Fatimah, aku yakin bukan kamu yang mandul. pasti suami kamu itu yang mandul. Kelurga kita tidak ada keturunan mandul," kata Aminah malam itu. "Segera lakukan tes agar ketahuan siapa yang mandul. Aku tidak mau jika kamu terus yang di salahkan," tambah Aminah.

"Baik, Bu," jawab Fatimah.

"Ibu tidak tahan dengan gunjingan para tetangga dan saudara. Mereka memojokkan kamu, kalau sudah terbukti siapa yang mandul, kan jelas nggak asal bicara tanpa bukti," ucap Aminah kesal.

Fatimah akhirnya mengajak Jaka untuk periksa, dia juga merasa terganggu dengan ucapan para tetangga.

"Mas, besok kita periksa, ya. Aku ingin tahu apa aku subur atau tidak," kata Fatimah.

"Iya, Dek. Mas ikut saja apa yang terbaik buat kita," ucap Jaka.

Jaka juga kasihan mendengar Fatimah terus digunjingkan tetangga.

**

Hari ini Jaka dan Fatimah duduk di bangku antrian sebuah rumah sakit. Mereka sedang menunggu pemeriksaan.

Setelah menunggu beberapa lama, nama mereka akhirnya dipanggil. Mereka masuk ke ruangan Dokter. Di sana mereka melakukan pemeriksaan setelah itu mereka menunggu hasilnya. Ada rasa takut pada diri mereka, jika salah satu dari mereka mandul maka akan menjadi petaka di rumah tangga mereka.

"Ini Pak, Bu, hasilnya," kata Dokter menyodorkan surat hasil tes.

Jaka menerimanya lalu dibuka dan dibaca bersama Fatimah.

Deg

Bagai disambar petir, dalam hasil tes tersebut Jaka dinyatakan mandul. Seketika Jaka tertunduk lesu, dia tidak menyangka dirinya mandul.

"Sabar Mas, Dokter pasti punya solusinya," kata Fatimah.

"Sperma Pak Jaka sangat lemah Bu, jadi tidak memungkinkan untuk membuah sel telur," kata Dokter.

"Apa tidak ada pengobatan untuk masalah ini, Dok?" tanya Fatimah.

"Ada, namun hasilnya belum tentu berhasil," jawab Dokter.

Setelah itu mereka pulang, sedari tadi Jaka terdiam. Dia harus mengatakan apa pada keluarga Fatimah, mereka sangat mendambakan cucu dari Jaka dan Fatimah.

"Dek, bagaimana kalau keluarga kamu masih menuntut kita untuk punya anak?" tanya Jaka sedih.

"Biarkan saja Mas, Fatimah tetap terima Mas apa adanya. Apapun keadaan Mas Jaka sekarang," jawab Fatimah.

Ada rasa senang bercampur sedih dihati Jaka, meskipun dia mandul Fatimah tetap menerima dia.

"Bagaimana hasilnya? Coba Ibu lihat!" serbu Ibu Fatimah yang bernama Aminah ketika melihat Jaka dan Fatimah sudah masuk ke dalam rumah.

Dengan tangan gemetar Fatimah memberikan hasil tes kesuburan mereka. Mata Aminah serasa mau copot saat melihat hasil tes mereka.

"Apa? Jaka mandul?" tanya Aminah tidak percaya. "Lihat ini hasilnya Jaka mandul!" perintah Aminah pada Rani dan Santo suaminya.

"Iya Jaka mandul," kata Rani kakak kandung Fatimah. "Kalau Jaka mandul, sampai kapanpun Fatimah tidak akan hamil, Bu," kata Rani.

"Tidak, Fatimah harus punya anak. Kalau Jaka tidak bisa memberi keturunan, kalian cerai saja!" seru Santo.

Fatimah bersimpuh di kaki Santo yang masih duduk di tempatnya.

"Pak, jangan suruh kami bercerai. Sampai kapanpun kami tidak akan bercerai walau sampai mati," kata Fatimah.

"Iya Pak, saya juga tidak akan menceraikan Fatimah," kata Jaka ikut bersimpuh di kaki Santo.

Nafas Santo memburu, dia sedang menahan rasa marahnya. Harapan dia memiliki cucu dari Fatimah telah pupus.

"Kita beritahu saja orang tua kamu Jaka, biar mereka tahu kamu itu mandul," kata Aminah kesana dengan membanting surat tadi ke meja.

"Jangan, Bu! Ibu ku sudah sakit-sakitan. Kalau beliau tahu fakta ini pasti dia bisa tambah parah," ucap Jaka memohon pada Aminah.

"Tapi kami tetap meminta keturunan dari Fatimah, aku tidak mau jika kalian adopsi anak," bantah Santo.

Mereka bertiga meninggalkan Fatimah dan Jaka di ruang tamu, mereka sangat marah karena Jaka dan Fatimah sepakat tidak mau bercerai.

"Bagaimana ini, Rani? Kalau seperti ini terus Bapak tidak mau," kata Santo saat mereka bertiga berada di meja makan.

"Carikan saja Fatimah suami baru," kata Rani.

"Kamu gila? mana Fatimah mau?" tanya Aminah. "Lagian kalau mereka tidak bercerai mana bisa Fatimah menikah lagi?" tanya Aminah kesal dengan usul Rani.

"Carikan pria yang mau menghamili Fatimah, Bu, maksudku. Hanya itu solusinya," jawab Rani. "Kalau Fatimah tidak mau kita paksa saja, kita ancam saja Jaka kalau tidak mengizinkan rencana kita. Kita ancam untuk memberitahu keluarga dia tentang kemandulan dia," kata Rani.

Santo dan Aminah menggut-manggut tanda mengerti.

"Tapi siapa yang mau menikah siri dengan Fatimah?'' tanya Santo.

"Kita pikirkan saja nanti, Rani mau pulang dulu. Mas Hasan akan pulang siang ini," jawab Rani lalu berjalan menuju pintu keluar dapur.

Fatimah dan Jaka duduk termenung diatas ranjang, mereka takut jika keluarga Fatimah akan memisahkan mereka.

"Dek, Mas takut kalau mereka memisahkan kita," kata Jaka.

"Jangan takut Mas, kita coba saja saran Dokter tadi," ucap Fatimah. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, Mas. Sekalipun itu keluarga aku sendiri yang melakukannya," kata Fatimah memeluk Jaka.

**

Rani sudah sampai di rumah, dia melihat suaminya sudah sampai rumah. Melihat istrinya baru pulang, Hasan nampak hanya diam saja.

"Mas, kamu tahu nggak aku tadi dari rumah ibu. Jaka dan Fatimah baru saja pulang tes kesuburan, ternyata Jaka mandul, Mas," cerocos Rani.

"Bukannya bapak sama ibu ingin cucu dari mereka? Lalu bagaimana?" tanya Hasan antusias.

"Aku kasih solusi aja supaya Fatimah cari pria yang mau menghamilinya supaya dapat keturunan. Ibu sama bapak sudah setuju, kami harap Jaka dan Fatimah juga setuju. Kamu punya nggak Mas, teman yang mau ?" tanya Rani.

"Nanti coba aku tanya teman-temanku di kantor. Siapa tahu ada yang mau, apalagi yang masih bujang tentu mau. Semua kan tidak terlalu terikat," kata Hasan lalu mengajak Rani makan siang.

Putra mereka telah siap di meja makan, Rani segera menyiapkan piring dan sendok.

**

Malam ini mereka berkumpul di ruang tengah, Rani dan Hasan datang. Namun tidak dengan Ahmad putra mereka. Ahmad sedang bermain game bersama temannya jadi tidak ikut.

"Gimana Bu, sudah bilang sama mereka?" tanya Rani pelan takut Fatimah dengar.

"Sebentar lagi, mereka juga baru duduk," jawab Aminah.

"Fatimah, Jaka kami sudah menemukan solusinya," kata Santo. "Kalian yakin tidak akan bercerai, bukan?" tanya Santo pada Fatimah dan Jaka.

"Iya Pak, kami tidak akan bercerai. Apapun keadaan Mas Jaka, aku akan tetap menjadi istrinya," jawab Fatimah.

"Jaka, kamu harus setuju dengan solusi kami. Jika kamu tidak setuju, maka kami akan beritahu keluarga kamu dan pulangkan kamu," kata Santo.

Jaka berkaca-kaca, dia tidak mau orang tuanya tahu. Dia tidak sanggup melihat ibunya semakin sakit. Apalagi jika sampai ibunya tiada, maka Jaka tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Insyaallah saya setuju Pak, jika itu solusi terbaik," jawab Jaka. Fatimah menoleh kearah Jaka, dia seakan tidak setuju dengan jawaban Jaka.

"Baiklah, Jaka sudah setuju. Fatimah hamillah dengan pria lain!" perintah Santo.

Jaka dan Fatimah terkejut mendengar ucapan Santo. Mereka tidak menyangka jika solusi yang mereka punya adalah menghadirkan orang ketiga di rumah tangga mereka.

"Tapi Pak, aku masih istri sah Mas Jaka," bantah Fatimah.

"Jaka, kamu setuju, kan?" tanya Santo.

Jaka mendongakkan kepalanya, melihat kearah Fatimah. Dia berharap Fatimah memberi solusi padanya. Namun, Fatimah sendiri hanya diam karena di takut untuk menghianati Jaka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status