Bab 5

Awan berada tepat di sampingku. Kota di bawah semakin lama semakin kecil.

Aku mengenakan penutup mata dan memejamkan mata. Dalam mimpi, Rolex tetap muncul. Namun kali ini, wujudnya menjadi kabur, suaranya terasa jauh. Aku seperti berada di luar kejadian, menonton sebuah film.

Menonton pertemuan seorang remaja lelaki dan perempuan yang masih polos.

Tahun kedua kuliah, fakultasku dan fakultas Rolex mengadakan sebuah lomba debat. Topik debatnya adalah pasangan yang sudah bersama sepuluh tahun mengalami perselingkuhan emosional sebelum menikah, perlu putus atau tidak?

Fakultasku mendapat posisi kontra, tidak perlu putus. Pada akhirnya, kami menang.

Aku berdiri di atas panggung, menyampaikan pernyataan penutup dengan penuh semangat, "Hidup selalu punya keraguan, sedikit kehilangan fokus sesaat nggak seharusnya dijatuhi hukuman mati!"

"Berapa kali seseorang punya sepuluh tahun dalam hidupnya? Hubungan sepuluh tahun nggak pantas dilepaskan begitu saja!"

Saat aku turun dari panggung, Rolex men