Share

Bab 127

Auteur: Zayba Almira
last update Dernière mise à jour: 2025-03-25 15:25:32

Hari demi hari, Clara mulai merasakan perubahan yang semakin nyata dalam hubungannya dengan Kieran.

Sesuatu yang dulu tampak begitu sederhana, kini terasa semakin rumit dan penuh dengan ketegangan yang tak terucapkan.

Walaupun di luar tampak biasa, di dalam dirinya, Clara merasa seperti berada di tepi jurang—sebuah tempat yang penuh dengan ketidakpastian.

Kieran, meskipun mencoba untuk bersikap profesional dan jarang menunjukkan kelemahan di depan Clara, tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ada.

Clara bisa melihatnya, dengan cara-cara kecil yang selama ini ia anggap biasa—seperti caranya menatap layar komputer tanpa benar-benar fokus, atau cara dia menggigit bibir bawahnya saat merasa tertekan.

Clara mengerti, meskipun dia tidak tahu persis apa yang sedang terjadi dalam hidup Kieran.

Dia tahu bahwa ada banyak hal yang sedang dihadapi oleh pria itu, tetapi dia tidak pernah bisa mengungkapkan semuanya.

Mungkin, me
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 128

    Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan campur aduk. Meski semalam ada langkah besar yang diambil oleh Kieran untuk membuka hatinya, ia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah. Ada begitu banyak hal yang harus mereka selesaikan, banyak ketakutan yang masih harus dihadapi, dan perasaan-perasaan yang masih perlu dibereskan. Namun, setidaknya ada satu hal yang Clara bisa yakini: Kieran mulai belajar untuk mempercayainya.Clara menatap bayangannya di cermin, mencoba merasakan setiap emosi yang ada dalam dirinya. Kadang-kadang, dia merasa seperti berada di ujung tebing—antara keinginan untuk melangkah maju, dan rasa takut akan jatuh. Tetapi, hari ini, Clara memutuskan untuk tidak membiarkan ketakutan itu menguasainya. Jika Kieran bisa mengungkapkan ketakutannya, maka ia juga bisa menghadapi ketakutannya sendiri. Sementara itu, Kieran, seperti biasa, sudah berada di kantornya lebih pagi daripada yang di

    Dernière mise à jour : 2025-03-25
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 129

    Hari itu, Clara merasa ada yang berbeda dengan suasana kantor. Ada ketegangan yang menggantung di udara, seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Dia tak bisa mengabaikan perasaan itu, meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Matanya sesekali melirik ke arah Kieran yang sedang berdiri di balik meja kerjanya, tampak lebih serius dari biasanya.“Clara,” suara Kieran terdengar memecah kesunyian. Clara menoleh, menatapnya dengan penuh perhatian. “Kita perlu berbicara.”Clara mengangguk pelan, merasakan jantungnya berdegup kencang. Ada sesuatu yang berbeda pada nada suaranya kali ini. Kieran bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan perasaannya, apalagi jika itu berkaitan dengan pekerjaan. Ada yang mendalam di balik permintaan tersebut.Dengan hati-hati, Clara berjalan mendekat ke meja Kieran. Begitu dia berdiri di hadapan pria itu, Kieran mengarahkan pandangannya ke Clara, matanya berkilat-

    Dernière mise à jour : 2025-03-25
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 130

    Clara menatap pemandangan dari jendela ruangannya yang menghadap ke kota. Hiruk pikuk kehidupan yang tak pernah berhenti seakan menjadi latar belakang bagi pergulatan hatinya. Di satu sisi, ia merasa lebih dekat dengan Kieran, CEO yang tampaknya tak bisa ia hindari. Di sisi lain, perasaan ragu dan takut semakin menggigitnya. Setelah beberapa hari penuh ketegangan di kantor, Clara merasa seolah ada kekosongan yang semakin dalam. Meski Kieran selalu ada untuk mendampinginya, memberikan dukungan, dan kadang-kadang memberikan perhatian lebih, Clara tak bisa menepis perasaan bingung yang datang silih berganti. Pekerjaan besar yang tengah mereka kerjakan—proyek kolaborasi dengan perusahaan luar negeri—menjadi titik puncak dari berbagai tantangan yang mereka hadapi. Setiap hari mereka terjebak dalam rapat panjang dan diskusi yang menguras pikiran. Namun, semakin dekat Clara dengan Kieran, semakin kuat pula perasaan yang sulit untuk dipahami.Suatu sore, setelah rapat yang berlangsung

    Dernière mise à jour : 2025-03-26
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 131

    Clara duduk di kursi kantornya, tangan memegang secangkir kopi yang sudah hampir dingin. Matanya menatap layar komputer, namun pikirannya jauh melayang. Semua yang terjadi beberapa hari terakhir terasa seperti badai yang datang tanpa peringatan. Pertemuan dengan Kieran sore itu masih terngiang di telinganya. Kalimat-kalimatnya yang lembut namun penuh makna mengguncang hatinya."Aku ingin melihatmu bahagia, entah itu dengan atau tanpa aku." Kata-kata itu seperti menancap dalam-dalam di jantungnya. Clara tahu bahwa Kieran tidak akan pernah mengungkapkan perasaannya jika ia tidak merasa bahwa hal itu penting. Tapi mengapa ia merasa begitu bingung? Apa yang seharusnya ia lakukan setelah ini?Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban yang tepat. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh di dalam hatinya, perasaan yang lebih dari sekadar profesionalisme. Tetapi di sisi lain, Clara tahu bahwa hubungan seperti itu bisa berisiko. Mereka bekerja di dunia yang sama, di

    Dernière mise à jour : 2025-03-26
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 132

    Hari itu terasa berbeda. Clara berjalan menyusuri koridor gedung kantor dengan langkah yang lebih ringan, meski hatinya masih dipenuhi dengan kegelisahan. Setelah pertemuannya dengan Kieran kemarin, ada sesuatu yang berubah. Sebuah keputusan telah dibuat, dan meski dia tahu jalan yang akan ditempuh tidak mudah, dia merasa ada kekuatan baru dalam dirinya. Sebuah keberanian untuk menghadapi perasaan yang selama ini dia pendam.Dia tahu, hubungan mereka—apakah itu hubungan pribadi atau profesional—akan diuji. Tetapi ada satu hal yang pasti. Clara tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Semua yang dia rasakan, semua yang ada dalam hatinya, kini terasa lebih nyata dan lebih terarah. Setiap langkahnya menuju ruang kerjanya terasa lebih berarti, meski masih banyak ketidakpastian yang menghantuinya.Sesampainya di ruang kerjanya, Clara menatap layar komputernya, memandangi daftar tugas yang belum selesai. Namun, pikirannya kembali melayang ke Kieran. Dia tidak bisa menahan perasaan y

    Dernière mise à jour : 2025-03-27
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 133

    [27/3, 17.35] ChatGPT: Tentu, Kang Luqman! Berikut kelanjutan cerita di Bab 131.---*Bab 131: Pilihan yang Tak Terucapkan*Pagi itu, Clara duduk di meja kerjanya, menatap tumpukan dokumen yang belum terselesaikan. Namun, pikirannya teralihkan. Kieran masih ada di benaknya. Percakapan mereka semalam meninggalkan kesan yang dalam. Ada kebingungan yang tak bisa dia hilangkan, perasaan yang semakin terjaga setelah semua yang mereka ungkapkan. Clara ingin yakin, ingin tahu apakah Kieran benar-benar serius dengan keputusannya untuk melangkah perlahan, atau jika itu hanya sekadar alasan untuk mundur dari sesuatu yang lebih besar.Hatinya terasa kacau. Meski dia sudah berusaha untuk tenang, rasa penasaran dan kekhawatiran terus mengganggu. Jika Kieran ragu, apakah itu artinya dia tidak cukup percaya pada hubungan mereka? Ataukah, seperti yang dikatakan Kieran, dia hanya ingin menghindari konsekuensi buruk dari langkah besar yang mereka ambil?Saat Clara tengah melamun, pintu ruangannya terbu

    Dernière mise à jour : 2025-03-27
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 134

    Hari itu, Clara merasa perasaan cemas menguasai dirinya. Pagi tadi, Kieran telah memanggilnya ke ruang kerjanya dengan ekspresi yang serius. Biasa, Kieran memang memiliki aura misterius yang tak mudah ditebak, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang Clara rasakan di antara mereka, seolah ada sesuatu yang harus diungkapkan, tapi entah kenapa, kata-kata itu sulit keluar dari bibir Kieran.Dia berdiri di luar pintu ruangan Kieran, menarik napas panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu dengan ragu. "Masuk," suara Kieran terdengar jelas, tanpa rasa khawatir.Clara membuka pintu dan melangkah masuk. Kieran sedang duduk di kursi kulit hitam besar di balik meja kerjanya yang penuh dengan dokumen dan laptop terbuka. Namun, kali ini, ekspresinya terlihat sedikit lebih tegang daripada biasanya."Kieran?" suara Clara terdengar sedikit ragu. "Ada yang bisa saya bantu?"Kieran mendongak, matanya bertransisi dari rasa cemas menjadi tegas, meskipun masih ada sesuatu yang tak t

    Dernière mise à jour : 2025-03-28
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 135

    Setelah pertemuan pagi itu, Clara merasa seolah ada sebuah perubahan yang tak bisa ia ungkapkan. Sesuatu yang mengganggu pikirannya sepanjang hari, membuatnya tak bisa fokus pada pekerjaan. Kieran sudah meminta agar dia terlibat lebih jauh, tetapi Clara merasakan tekanan yang semakin berat di pundaknya. Tugas mereka bukan sekedar proyek besar ini—ada hal yang jauh lebih besar yang sedang tersembunyi di balik itu.Sore hari, Clara kembali ke ruang kerjanya. Pikirannya masih terpaut pada pertemuan tadi pagi. Ia duduk di kursi, menyandarkan tubuhnya, dan menatap laptop di depannya. Namun, fokusnya tidak ada di layar. Sesekali matanya beralih ke jendela besar yang memperlihatkan langit senja yang mulai gelap, tanda malam akan datang.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka pelan. Clara mengangkat wajahnya dan melihat Kieran berdiri di ambang pintu, mengenakan jas hitam yang sudah sedikit kusut di bagian kolar. Wajahnya tak tampak lega, justru ada ekspresi yang lebih cemas.“Kieran?” Clara

    Dernière mise à jour : 2025-03-28

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status