Beranda / Lainnya / Di Balik Nama dan Luka / Luka Tak Lagi Sembunyi

Share

Luka Tak Lagi Sembunyi

Penulis: Mr.IA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 14:30:50

Gedung tinggi di pusat Jenewa berdiri angkuh. Bendera dari berbagai negara berkibar di depan aula besar tempat Konferensi Hak Asasi Manusia Dunia berlangsung. Di dalamnya, ratusan pasang mata menanti satu nama naik ke podium: Nayla Azzahra.

Gadis yang dulunya tenggelam dalam dunia malam, kini berdiri anggun mengenakan blus putih dan rok panjang hitam, rambut disanggul rapi, sorot matanya tajam. Di belakangnya terpampang layar bertuliskan:

“Breaking the Chains Within: A Survivor’s Voice for a Boundless Future.”

Tepuk tangan menyambutnya.

Nayla menatap hadirin. Suaranya tenang, nyaris tanpa getar.

“Ada satu luka yang sering dilupakan oleh dunia: luka yang tidak terlihat. Luka karena diam. Karena takut bicara. Karena hidup terlalu lama dalam sistem yang membungkam.”

Ia berhenti sejenak, menarik napas.

“Saya di sini… bukan karena saya kuat. Tapi karena saya pernah sangat lemah, hingga hanya kejujuran yang bisa menyelamatkan saya.”

Ruangan hening. Kalimat-kalimatnya masuk seperti anak pana
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Balik Nama dan Luka   Luka yang Tidak Sia-Sia

    Bandara internasional Soekarno-Hatta terasa lebih sunyi dari biasanya pagi itu. Bukan karena jumlah penumpang yang sedikit, tapi karena hati Nayla yang kembali diselimuti keraguan. Ia menggenggam paspornya erat-erat sambil memandang boarding pass ke negara yang dulu hanya ia kenal dari cerita: Kamboja.Pemerintah Kamboja—melalui kedutaan besarnya di Jakarta—resmi mengundangnya untuk menjadi konsultan dalam pembentukan pusat pemulihan trauma bagi penyintas perdagangan manusia. Sebuah lembaga yang ingin belajar dari pengalaman Nayla, dari langkah-langkah kecil yang telah ia lakukan di Rumah Wulan & Alif.⸻Di dalam pesawat, Nayla membuka dokumen presentasinya. Sederhana. Tapi padat. Bukan tentang statistik atau tren global. Tapi tentang manusia. Tentang satu nama, satu kisah, satu luka—yang jika diberi ruang, bisa menjadi awal dari penyembuhan besar.Saat pramugari mengumumkan persiapan mendarat, tangan Nayla sedikit berkeringat. Tapi bukan karena gugup bicara di depan orang banyak.Tap

  • Di Balik Nama dan Luka   Di Balik Nama dan Luka

    Berikut lanjutan novel Di Balik Nama dan Luka — Di Balik Nama dan Luka. Inilah bab refleksi, di mana perjalanan Nayla akhirnya menemukan bentuknya dalam karya yang tak lagi hanya bicara tentang dirinya—tetapi tentang semua perempuan yang pernah tak punya pilihan.⸻Matahari pagi menyusup lembut lewat jendela ruang kerja kecil Nayla. Di mejanya tergeletak lembaran-lembaran naskah dengan judul besar di atasnya:Di Balik Nama dan Luka — Kisah Seorang yang Bertahan, Bukan Sekadar Hidup.Tinta hitam memenuhi halaman-halaman yang telah ia ketik sendiri selama dua bulan terakhir. Cerita demi cerita ia tuangkan—dari masa kecil, malam-malam gelap, luka yang membatu, hingga cahaya kecil bernama keberanian.Buku ini bukan untuk meraih simpati, melainkan sebagai penyambung suara mereka yang tak sempat bicara.⸻Di sela-sela penulisan, Nayla membuka sebuah kotak tua yang disimpan almarhum Wulan—ibunya. Kotak itu pernah dititipkan saat Nayla berusia dua belas tahun, tapi ia tak pernah cukup berani

  • Di Balik Nama dan Luka   Anak dari Luka

    Berikut lanjutan novel Di Balik Nama dan Luka — Anak dari Luka. Bab ini adalah momen transisi besar bagi Nayla. Setelah memahami seluruh sisi luka, ia kini harus memilih: tetap hidup dalam bayang-bayang luka itu, atau menjadikan dirinya alat untuk memecah rantai yang melingkari ribuan jiwa lain seperti dirinya.⸻Langit di atas Den Haag berwarna kelabu. Gedung International Criminal Court berdiri kokoh seperti benteng keadilan, tapi Nayla tahu betul—tidak semua kebenaran sanggup disambut oleh sistem, apalagi jika kebenaran itu membawa darah keluarga sendiri.Di tangannya, Nayla menggenggam koper kecil berisi dokumen rahasia yang ditinggalkan Farah. Rekaman suara. Peta jaringan. Foto. Transaksi. Bahkan surat perjanjian tertulis tangan antara Kirana dan beberapa tokoh penting dunia gelap.Semua ada di sini.Termasuk satu dokumen terakhir: surat wasiat Farah, yang menyatakan bahwa semua pengakuan dan bukti boleh digunakan atas nama Nayla.⸻Di ruang penyambutan, Nayla ditemui oleh dua pe

  • Di Balik Nama dan Luka   Perempuan yang Hilang

    Berikut lanjutan novel Di Balik Nama dan Luka - Perempuan yang Hilang. Dalam bab ini, benang kusut masa lalu terurai sedikit demi sedikit. Nayla harus menghadapi kenyataan bahwa pengkhianatan terbesar mungkin tidak berasal dari musuh… melainkan dari darah dagingnya sendiri.⸻Langit Jakarta mendung. Hujan turun pelan-pelan, seperti sengaja mengikuti langkah Nayla yang semakin berat menyusuri gang tua menuju sebuah rumah sederhana yang menurut data terbaru—ditempati oleh seseorang bernama Farah Nuraini.Dari luar, rumah itu tampak seperti rumah biasa. Pagar besi, pot bunga layu, dan suara televisi samar dari dalam. Tapi Nayla tahu, di balik ketenangan itu, tersembunyi sejarah yang tak pernah diceritakan ibunya.Ia mengetuk.Tak lama kemudian, seorang perempuan membuka pintu. Wajahnya—cermin dari almarhumah ibunya. Sama. Identik.Perempuan itu terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kecil.“Akhirnya kamu datang juga,” katanya.“Jadi benar… Tante Farah?”“Farah Mahesa, jika itu nama yang

  • Di Balik Nama dan Luka   Luka Tak Lagi Sembunyi

    Gedung tinggi di pusat Jenewa berdiri angkuh. Bendera dari berbagai negara berkibar di depan aula besar tempat Konferensi Hak Asasi Manusia Dunia berlangsung. Di dalamnya, ratusan pasang mata menanti satu nama naik ke podium: Nayla Azzahra.Gadis yang dulunya tenggelam dalam dunia malam, kini berdiri anggun mengenakan blus putih dan rok panjang hitam, rambut disanggul rapi, sorot matanya tajam. Di belakangnya terpampang layar bertuliskan:“Breaking the Chains Within: A Survivor’s Voice for a Boundless Future.”Tepuk tangan menyambutnya.Nayla menatap hadirin. Suaranya tenang, nyaris tanpa getar.“Ada satu luka yang sering dilupakan oleh dunia: luka yang tidak terlihat. Luka karena diam. Karena takut bicara. Karena hidup terlalu lama dalam sistem yang membungkam.”Ia berhenti sejenak, menarik napas.“Saya di sini… bukan karena saya kuat. Tapi karena saya pernah sangat lemah, hingga hanya kejujuran yang bisa menyelamatkan saya.”Ruangan hening. Kalimat-kalimatnya masuk seperti anak pana

  • Di Balik Nama dan Luka   Di Balik Luka, Ada Nama

    Berikut lanjutan novel Di Balik Nama dan Luka — Di Balik Luka, Ada Nama. Dalam bab ini, Nayla mulai memahami bahwa perjuangannya tak hanya soal menyembuhkan luka, tetapi juga menyambung kembali nama yang pernah hilang—nama yang mengakar dari cinta, meski tumbuh di atas penderitaan.⸻Udara musim gugur di Serbia menggigit. Daun-daun kuning dan merah berguguran seperti masa lalu yang lelah menggantung. Nayla duduk di taman panti jompo, memegangi tangan ayahnya—tangan yang dulu tak sempat ia genggam saat belajar berjalan, saat belajar bicara, saat ketakutan di kamar panti.Pak Alif menatapnya dengan sorot mata tenang. Suaranya serak, nyaris tak terdengar. Tapi tiap kalimatnya seperti menembus dada Nayla tanpa ampun.“Ayah bukan orang baik, Nayla,” katanya lirih. “Ayah ikut membiarkan sistem itu tumbuh. Awalnya, ayah hanya pencatat data. Tapi lambat laun… semua menjadi biasa. Sampai Wulan datang dan membuka mataku.”Nayla menunduk. Sakit? Ya. Tapi anehnya, bukan amarah yang tumbuh.Mungki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status