Di Balik Topeng Menantu Lemah

Di Balik Topeng Menantu Lemah

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Oleh:  Just_KOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
610Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Selama dua tahun pernikahannya dengan Marco, Gia selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga suaminya. Ia diperlakukan seperti pembantu dan tidak pernah dihargai sebagai anggota keluarga. Namun, Gia menyembunyikan kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa di balik topeng menantu lemah. Ketika Gia mengetahui bahwa Marco dan keluarganya hanya memanfaatkan kepandaiannya dalam mengurus rumah tangga, hatinya hancur. Puncak kekecewaannya terjadi saat ia menemukan bukti bahwa Marco berselingkuh. Merasa dikhianati, Gia memutuskan untuk membalas semua perlakuan buruk yang ia terima.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Gianna Ricci, atau yang biasa dipanggil Gia, menantu keluarga kaya raya Bianchi yang berdarah bangsawan, berdiri di dapur besar rumah Bianchi. Gia mengikat rambut pirangnya yang panjang ala kuncir kuda, memperlihatkan leher jenjang dan kulitnya yang pucat. Mata cokelatnya yang besar dan berbinar-binar, kini tampak lelah dan penuh pikiran. Sesekali ia menyeka keringat dari dahinya saat dia memasak untuk makan malam keluarga besar Bianchi. 

"Malam ini sebaikanya kau tidur di dapur! Besok adalah pesta ulang tahun Bella, aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun terutama bagian makanan! Jangan lupa, dia alergi kacang-kacangan, mengerti?!"

Gia mengangguk patuh ketika Sophia Rossi, ibu mertuanya, memberikan perintah dengan nada tegas. Dia tidak berani menatap mata Sophia terlalu lama, takut melihat ketidakpuasan yang mungkin terpancar di sana. Di sudut ruangan, Bella Milana, istri dari Leonardo Bianchi, adik dari suaminya Marco Bianchi, sedang berdiri, mengamati kejadian di dapur dengan senyum tipis di wajahnya. Meskipun baru tahun pertama Bella berada di rumah megah ini, kehadirannya sudah begitu dominan. Bella berasal dari keluarga Milana yang tak kalah kayanya dengan keluarga Bianchi.

Kontrasnya, perlakuan Sophia kepada Gia jauh berbeda. Gia, meskipun menyandang status menantu di keluarga terpandang ini, tak pernah merasakan kasih sayang ataupun penghormatan yang seharusnya dia terima. Semua ini hanya karena latar belakangnya yang berasal dari keluarga sederhana. Tiap hari, Gia lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur besar yang dingin, sibuk memotong sayuran, mengaduk sup, dan memastikan setiap hidangan tersaji sempurna.

Sambil memasak, pikirannya melayang pada hari-hari pertama dia tinggal di rumah ini. Bagaimana setiap gerak-geriknya diawasi, dan setiap kesalahan kecil dibesar-besarkan. Tidak hanya di dapur, Gia juga bertanggung jawab membersihkan seluruh rumah yang luas ini. Lantai marmer yang berkilauan, jendela-jendela besar yang harus selalu bebas dari debu, serta perabotan antik yang membutuhkan perawatan khusus.

Selain itu, setiap pagi dan sore, Gia akan memberi makan burung-burung peliharaan Victor Bianchi, ayah mertuanya, di aviary besar di taman belakang. Dengan telaten, dia akan membuka kandang, mengisi tempat makan mereka dengan biji-bijian dan buah segar, sambil mengamati burung-burung, sesekali ia mengajak mereka berbicara karena hanya kepada burung-burung itulah Gia merasa bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri.

Ketika akhirnya makan malam siap dihidangkan, Gia merasa tubuhnya lelah luar biasa. Dia menyeka keringat dari dahinya, berharap bisa beristirahat sejenak. Namun, dia tahu tugasnya belum selesai. Dia harus mengatur meja makan dengan sempurna, memastikan setiap piring, gelas, dan sendok garpu berada di tempatnya, di bantu Elissa dan Maria pelayan keluarga Bianchi yang baik terhadapnya. Gia mundur beberapa langkah, berdiri tidak jauh dari meja makan.

Satu per satu, anggota keluarga Bianchi mulai berdatangan dan duduk di kursi mereka. Victor Bianchi menduduki kursi kepala meja, diikuti oleh istrinya, Sophia Rossi. Bella Milana masuk ia mengenakan gaun malam yang terlihat elegan. Leonardo Bianchi, adik Marco, juga ikut bergabung, dengan penampilan yang selalu rapi.

Lalu, suaminya Marco Bianchi memasuki ruang makan. Marco adalah pria yang memikat dengan penampilan yang selalu menarik perhatian. Rambutnya yang pirang disisir rapi ke belakang, memberi kesan klimis dan terawat. Di bawah cahaya lembut ruangan, rambutnya tampak berkilauan, menambah pesona aristokratnya. Dia memiliki wajah yang tegas dengan garis rahang yang jelas, hidung mancung, dan mata biru yang tajam, hal inilah yang memikat Gia dua tahun yang lalu.

Marco yang dulu ia kenal adalah pria lembut dan penyayang, berbanding terbalik dengan sikapnya sekarang. Tepatnya, sudah hampir setahun Marco mulai bersikap buruk dan kasar. Semua tindakan Marco akan sesuai dengan moodnya, jika sedang bagus, ia akan memperlakukan Gia dengan baik, tapi jika moodnya sedang buruk, Marco tidak akan segan memukul dan mengumpat, apalagi jika berkaitan dengan bisnis yang dikelolanya mengalami masalah seperti kejadian semalam.

"Sialan! Beraninya Edward mensabotase proyek yang sedang kutangani!" seru Marco, ia membanting gelas anggur di tangannya hingga pecah berkeping-keping di lantai.

 "Aku tidak akan membiarkan ini begitu saja. Dia akan menyesal telah bermain-main denganku!" 

Gia hanya bisa berdiri di sudut ruangan, merasa ngeri dan cemas, berusaha menghindari pandangan suaminya yang sedang murka.

"Kemarilah Gia! Aku butuh sentuhan penenang!" desak Marco, suaranya penuh amarah, sementara dia membuka kancing kemejanya satu per satu dengan gerakan kasar. Setiap kancing yang terbuka mengekspos lebih banyak lagi otot tubuhnya. 

Deg! Deg!

Gia merasa jantungnya berdegup kencang, namun dia tidak berani menolak perintah suaminya. Dengan hati-hati, dia melangkah mendekat. Marco segera merengkuh tubuh Gia dengan kasar, mencium pipinya sekilas dengan bibir yang kasar.

"Cih! Sialan! Kenapa kau bau tidak enak! Dasar wanita jorok! Kau membuat nafsuku hilang seketika!" bentak Marco dengan nada tajam, membuat Gia merasa seperti seorang terdakwa di pengadilan yang sedang diserang habis-habisan.

Gia merunduk, tubuhnya bergetar karena ketakutan. 

"M..maaf! Aku baru saja memotong bawang bombay dan belum sempat membersihkan tubuhku, karena banyaknya pekerjaan di dapur dan..." ucap Gia terbata-bata, mencoba memberikan penjelasan.

"Maksudmu, kau menyalahkan keluargaku karena menyuruhmu melakukan hal itu! Jangan banyak alasan! Bilang saja kau hanya malas merawat dirimu sendiri! Lihatlah, rambut berminyak dan berantakan itu! Sungguh, kau sangat menjijikan Gia!" hina Marco, suaranya penuh dengan kebencian dan kekejaman, menyulut api kemarahan di dalam diri Gia.

Gia merasakan harga dirinya hancur berkeping-keping, tidak hanya oleh kata-kata kasar Marco, tetapi juga oleh perasaan terasing dan tidak dihargai di rumah ini.

Marco melirik ke arah Gia sekilas, ia mengangguk. Melihat reaksi Marco saat ini sepertinya moodnya sedang bagus.

"Marco, apa kau sudah menghubungi Helena?" tanya Sophia sambil memotong daging dengan pisau tajam lalu memasukkan potongan daging itu ke dalam mulutnya.

"Sudah, Ibu. Helena akan hadir besok," jawab Marco dengan nada tenang.

Sophia mengangguk, tampak puas dengan jawaban putranya. 

"Pastikan kau merayu Helena dengan benar. Besok, aku akan membuat Gia, si wanita tidak berguna itu seharian di dapur! Kau, bebas melakukan apapun," kata Sophia, sambil mengerlingkan matanya ke arah Marco.

Marco hanya terdiam, menatap Sophia sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Victor, ayahnya, yang duduk di ujung meja. Victor mengelus janggutnya yang mulai memutih.

"Keluarga Gall cukup berpengaruh, satu kesalahan saja bisa sangat fatal. Manfaatkan Helena dengan baik, dia juniormu di San Pietro bukan?" tanya Victor dengan suara beratnya.

Marco mengangguk, mengingat kembali masa-masa di San Pietro. 

"Benar, dia juniorku," jawab Marco sambil melirik ke arah Gia yang berdiri di sudut ruangan.

Usai makan malam, Gia sibuk mencuci piring di dapur, suara air yang mengalir dan piring-piring yang berbenturan memenuhi ruangan. Elissa mendekat, menyenggol bahu Gia dengan lembut. "Istirahatlah, biar aku yang lanjutkan. Tuan Marco sepertinya mau mengajakmu berbicara," bisiknya.

Gia mengangguk dan membilas tangannya sebelum berbalik. Dia terkejut mendapati Marco berdiri tidak jauh darinya, tengah menghisap cerutu dengan tenang. Asap tipis mengepul, mengisi udara dapur dengan aroma tembakau yang khas.

"Ada apa? Tidak biasanya kau menemuiku di dapur?" tanya Gia, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.

Marco hanya menatap Gia sambil memainkan cerutu di tangannya, menghisapnya dalam-dalam sebelum menghembuskan asap perlahan. 

"Malam ini, aku tidak tidur di kamar. Ibu menyuruhku tidur di dapur," kata Gia dengan nada lirih, seolah ingin berbagi cerita dengan Marco.

"Oh..." ujar Marco sambil menatap Gia dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia mengulurkan cerutunya ke arah Gia, membuat sudut mata Gia langsung mencari keberadaan asbak. Namun, tangan Marco dengan cekatan langsung meraih tangan Gia

"Akh!" Gia meringis kesakitan saat Marco dengan kejam menggunakant telapak tangannya untuk mematikan cerutu yang masih menyala. Rasa panas dan perih segera menjalar di telapak tangannya.

Marco tidak melepaskan tatapannya dari Gia, ia menekan tangan Gia dengan lebih kuat ke atas bara cerutu. 

"Kau tahu, Gia," kata Marco dengan suara rendah namun penuh ancaman, "di rumah ini, kau harus tahu tempatmu. Jangan bersikap seolah, aku ini adalah teman curhatmu! Kau...hanyalah pemuas hasratku!"

Gia menahan air mata yang hampir jatuh, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. Saat akhirnya Marco melepaskan genggamannya, Gia menarik tangannya dengan cepat, meniup kulit yang terbakar dengan napas terburu-buru.

Marco hanya mengangkat alis, seolah-olah apa yang baru saja terjadi adalah hal sepele. "Ingat itu!" 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status