Home / Romansa / Di Ranjang Majikanku / 117. Salah Sangka

Share

117. Salah Sangka

Author: Keke Chris
last update Last Updated: 2025-12-12 19:44:18

Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan Bhaga seolah sedang menyorot ketegangan di dalamnya. Bhaga menyandarkan pinggulnya pada meja kerjanya sambil memperhatikan beberapa bukti foto yang baru saja dikirimkan Rudi.

Bhaga menghela napas, lalu menyimpan foto itu kembali ke dalam berkas.

Pintu ruangannya diketuk, lalu Selene melongokkan kepalanya masuk dengan aura cerahnya yang biasa.

“Bhaga, Tante Nurma manggil, ayo makan siang.”

"Sel, duduk dulu," ujar Bhaga, menunjuk kursi di seberang mejanya. Suaranya datar.

Selene terdiam, lalu masuk dan duduk perlahan, ekspresi riangnya berubah menjadi perhatian yang serius.

"Ada apa? Masalah dengan investor lagi?"

"Bukan," jawab Bhaga, menghela napas. "Aku dapat dari asistenku yang sudah menginvestigasi skandal itu."

Senyum Selene hampir menghilang, tapi dia berusaha tetap tenang, penuh perhatian.

"Oh? Ada perkembangan?"

"Rudi melacak fotografernya. Dan juga sudah melacak media yang pertama menyebarkan."

Selene mengerutkan kening, seola
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Ranjang Majikanku   120. Jebakan Satu Malam

    Kelopak mata Bhaga bergerak pelan. Kepalanya berdenyut hebat, mulutnya terasa kering dan pahit. Dia bergerak perlahan, berusaha meregangkan tubuhnya.Dia melenguh dan berdeham kecil sambil memijit pelipisnya pelan.Saat dia membuka mata, pandangan yang masih buram mulai fokus pada rambut hitam yang tergeletak di bantal di sebelahnya. Bhaga tersenyum kecil karena mengira itu adalah Binar.Namun, saat pandangannya mulai fokus, matanya langsung terbelalak saat melihat wajah itu. “Selene?!”Seketika itu juga, seluruh rasa kantuk dan mabuknya lenyap, digantikan oleh kepanikan. Dengan cepat Bhaga duduk di tepi tempat tidur, membuat kepalanya semakin pusing, tapi dia tak peduli. Selimut yang menutupi tubuhnya melorot, dan dia menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan apa pun. Kepalanya gegas melihat sekeliling dengan liar. Kemejanya tergeletak di lantai, begitu pula gaun berwarna peach milik Selene. Jantungnya berdegup kencang. Tidak. Tidak mungkin.Dengan gemetar, dia meraih kemejanya da

  • Di Ranjang Majikanku   119. Selera Pria Aneh

    Mobil Bhaga melaju kencang menerobos malam, membawa Bhaga dan Binar pergi dari kediaman Bhaga.Mereka kembali ke rumah mereka, yang Bhaga belikan untuk Binar.Bhaga tahu, terlalu sulit bagi Binar untuk menetap di rumah saat Nurma seenaknya berbuat. Dia harus membawa Binar ke tempat yang aman baginya.Begitu pagar dibukakan oleh penjaga rumah, cahaya lampu dari jendelanya terlihat samar-samar. Begitu kembali ke kamar mereka, Binar langsung menyusup ke kasur. Bhaga mengikuti dari belakang, menarik Binar ke dalam pelukannya.“Aku minta maaf.” Bhaga berbisik pelan. “Kata-kata mami tadi, itu tidak benar. Kau bukan simpanan.” Tapi Binar tidak merespons pelukan itu. Tubuhnya kaku. Perlahan dengan tenaga yang sepertinya menyedot seluruh sisa kekuatannya, dia mendorong Bhaga, melepaskan diri. “Aku paham,” jawab Binar lirih dengan senyum kecil, lalu kembali memunggungi Bhaga lagi.Bhaga terdiam. Binar jarang mendorongnya seperti itu. Ekspresi Binar tidak marah, tidak sedih, tapi kosong. Dia

  • Di Ranjang Majikanku   118. Tamu Terhormat

    Rumah keluarga Djati beraroma harum masakan mewah dan bunga segar. Nurma telah mengerahkan segala upaya.“Maryam, vas bunganya taruh di sini,” perintah Nurma, dituruti Maryam yang segera menaruh sebuah vas bunga mungil di tengah meja yang tertata rapi.“Bagus, bagus,” komentar Nurma. “Ayamnya sudah siap? Supnya? Sup harus dihidangkan lebih dulu, ya, ingat. Selain itu …”Maryam dan para pelayan lainnya mengangguk patuh, mendengarkan perkataannya. Setelah itu, Nurma melihat sekeliling dengan puas.Ruang makan dipoles berkilau, peralatan perak terhampar sempurna, dan dekorasi elegan dari buket bunga. Harapannya ini bukan sekadar makan malam biasa. Bhaga baru saja membuka pintu depan, kemejanya sedikit kusut dan tas kerja yang masih ada di genggaman. Wajah kelelahan itu langsung berubah menjadi keheranan saat dia mencium aroma harum dan melihat keramaian. Selene beserta kedua orang tuanya sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengobrol. Perhatian mereka teralihkan oleh Bhaga yang baru

  • Di Ranjang Majikanku   117. Salah Sangka

    Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan Bhaga seolah sedang menyorot ketegangan di dalamnya. Bhaga menyandarkan pinggulnya pada meja kerjanya sambil memperhatikan beberapa bukti foto yang baru saja dikirimkan Rudi.Bhaga menghela napas, lalu menyimpan foto itu kembali ke dalam berkas.Pintu ruangannya diketuk, lalu Selene melongokkan kepalanya masuk dengan aura cerahnya yang biasa.“Bhaga, Tante Nurma manggil, ayo makan siang.”"Sel, duduk dulu," ujar Bhaga, menunjuk kursi di seberang mejanya. Suaranya datar. Selene terdiam, lalu masuk dan duduk perlahan, ekspresi riangnya berubah menjadi perhatian yang serius. "Ada apa? Masalah dengan investor lagi?" "Bukan," jawab Bhaga, menghela napas. "Aku dapat dari asistenku yang sudah menginvestigasi skandal itu." Senyum Selene hampir menghilang, tapi dia berusaha tetap tenang, penuh perhatian."Oh? Ada perkembangan?" "Rudi melacak fotografernya. Dan juga sudah melacak media yang pertama menyebarkan." Selene mengerutkan kening, seola

  • Di Ranjang Majikanku   116. Suara Di Telepon

    "Ya, Bu," jawaban itu keluar otomatis.Mungkin karena sudah lama jadi pembantu. Mungkin juga karena Binar paham status Nurma di rumah itu yang jelas-jelas nyonya rumah. Dia tidak bisa menolak perintahnya.Binar memasuki dapur dengan langkah yang canggung. Di belakangnya, para pelayan yang tak menyukainya sudah sibuk berbisik.“Wanita penggoda pasti akan kena batunya, lihat sekarang dia kembali direndahkan Nyonya besar.”“Kemarin dia sok jadi nyonya, sekarang tangannya kembali memegang alat pel.”“Dasar wanita penghancur rumah tangga orang.”Mereka terkikik mencemooh, dan tak peduli kalau Binar mendengar. Dulunya, Binar adalah salah satu dari mereka. Sedangkan di taman, Selene kembali fokus pada Ardan, tetapi sebuah senyum tipis yang hampir tak terlihat menguar di bibirnya. Adegan tadi seperti konfirmasi yang sempurna. Binar tak diterima oleh orang tua Bhaga.Sejak konferensi pers, status Selene di mata Nurma melesat tinggi. Dia bukan lagi sekadar anak dari teman lama yang baik hati,

  • Di Ranjang Majikanku   115. Konferensi Pers

    Suasana di ballroom hotel mewah itu riuh ramai namun tetap rapi.Lampu sorot dan kamera wartawan tak henti berkedip-kedip mendokumentasikan sekitar, menyapu panggung kecil tempat sebuah meja panjang berbalut kain putih disiapkan. Di belakangnya, beberapa foto penggalan dari pemberitaan Bhaga tertempel sebagai back drop. Selene duduk di tengah, diapit oleh Bhaga di satu sisi dan seorang pria tampan berpenampilan necis bernama Adrian yang akan berperan sebagai pacar Selene di sisi lain. Penampilan Selene terlihat sederhana namun tetap elegan. Dia menggunakan blazer krem dipadukan dengan dress sutra polos, dan rambut disisir rapi ke belakang. Riasan wajahnya natural yang menyorot keteguhan di matanya.Sedangkan Bhaga, seperti biasa di hadapan orang lain, dia terlihat begitu tenang, dengan raut wajah yang tak terbaca. Adrian sendiri diperkenalkan sebagai pengusaha dari Singapura yang mendukung proyek amal mereka, tersenyum ramah ke arah kamera."Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status