Share

Part 4

"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah. 

"Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya. 

Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.

karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun. 

Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi. 

"Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya. 

"Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah. 

"Bukan apa-apa kok mas" jawab dengan bohong. 

"Jangan bohong Han" kata Raihan dia langsung mengambil sesuatu dari tangan istrinya dan dia kaget melihat tes pack yang dipegang Hanifah

"Negatif" lanjutnya. 

"Maaf mas aku belum bisa hamil" maaf Hanifah dengan menundukkan kepalanya. 

"Udah Gak usah pikirin itu aku cuma mau kita bersama-sama Han kita bisa kok adopsi anak" kata Raihan sambil memeluk istrinya dan mengusap kepalanya. 

"Mas aku cuma mau anak dari kamu mas aku gak mau adopsi" kata Hanifah. 

"Mau gimana lagi han kita belum bisa sayang mungkin kita belum dikasih anak oleh Allah" ucap Raihan. 

"Apa mas mau turuti permintaanku" tanya Hanifah dengan ragu. 

"Kamu mau apa sayang pasti aku akan turuti" Raihan mengusap pipi istrinya. 

"Aku ingin kamu menikah dnegan adikku mas" kata Hanifah. 

"Apa? kamu gila Han Jangan aneh-aneh sampai kapan pun aku gak akan nuruti permintaan mu yang gila itu" marah Raihan dengan memalingkan wajahnya ke istrinya "Mas aku mohon ini demi kita mas" bujuk Hanifah dengan memeluk lengannya, tapi Raihan malah menghempaskannya dan meninggalkan istrinya itu Raihan pergi dari rumah dia heran dengan istrinya kenapa sampai bicara begitu sih. 

"Bapak mau kemana" tanya Naila yang melihat Raihan keluar dari kamarnya dan melewati Naila tidak ada sahutan dari Raihan dia langsung pergi dari rumahnya. 

"Ada apa dengan mereka" batin Naila kemudian dia langsung ke kamar kakaknya untuk mengecek ada apa sebenarnya dia melihat kakaknya menangis di lantai dengan terduduk. 

"Kakak kenapa" tanya Naila. 

"Hiks...hiks..." Hanifah memekikk adiknya itu sembari menangis. 

"Kakak kenapa cerita sama aku" kata Naila sembari mengusap punggung kakaknya, kemudian melepaskan pelukannya dan Hanifah pun memberi tes pack itu ke Naila. 

"Negatif? Mungkin kakak belum dikaruniai anak kakak yang sabar yah pasti Allah berikan anak untuk kalian" nasihat Naila. 

"Nai apa kakak boleh minta sesuatu dari kamu" kata Hanifah dengan menggenggam kedua tangan Naila. 

"Kakak mau apa pasti aku berikan" tanya Naila. 

"Kakak minta kamu menikah dengan suami kakak" jawab Hanifah. 

"Kakak gila? Mana mungkin suami kakak mau menikahi adik iparnya sendiri kak jangan aneh-aneh deh" kata Naila. 

"Nai kakak mohon sama kamu nai bantu kakak" ucap Hanifah dengan memohon. 

"Ok tapi ini demi kakak" ujar Naila. 

"Makasih nai" balas Hanifah dengan memeluk adiknya. 

Raihan pergi ke rumah bundanya dia langsung masuk ke rumah bundanya orang tuanya heran kenapa anaknya pergi dari rumah. 

"Han kamu kenapa pergi dari rumah" tanya ayahnya. 

"Hani yah dia minta aku buat nikah dengan adiknya" jawab Raihan. 

"Memangnya kenapa Hani menyuruh kamu menikah lagi" kata bunda. 

"Karena Hani belum bisa kasih aku anak Bun" ucap Raihan. 

"Han bunda sama ayah sudah tua kami juga ingin menggendong bayi dari kamu Han" ujar bundanya. 

"Tapi Bun Raihan gak bisa menikahi adiknya dia itu adik iparku bun" balas Raihan. 

"Apa salahnya sah-sah aja kok ayah ingin kalian menikah Naila itu cantik kok baik lagi" kata ayahnya. 

"Kenapa kalian malah menyetujui permintaan Hanifah sih" ucap Raihan. 

"Karna kami juga ingin menggendong anak Han sah-sah aja kalian menikah kalian bukan adik kakak kandung kan" bela ayahnya. 

"Bunda mohon Sama kamu tolong nikah lagi yah" mohon bundanya Raihan pun pasrah dia mengikuti permintaan mereka. 

"Ok aku bakal nikah lagi dengan Naila" jawab Raihan dengan pasrah. 

"Cepat kamu pulang ke rumah kasihan istri kamu seharusnya kamu jangan lari dalam masalah" nasihat ayah kemudian Raihan pergi ke rumahnya dia masuk ke rumahnya sudah ada Naila yang sedang memenangi kakaknya. 

"Aku menyetujui permintaan kamu untuk nikah lagi" kata Raihan. 

"Yang benar mas makasih mas" dia berhenti dari tangisannya dan memeluk suaminya itu. 

"Nai apa kamu mau menikah dengan ku" ujar Raihan duduk di sofa depan Naila. 

"Yah demi kakakku Hanifah" balas Naila dengan tersenyum tipis Raihan pun membalasnya dengan tersenyum. 

"Kak bagaimana dengan orang tua kita kak" tanya Naila dnegan bingung. 

"Tadi kakak sudah bicara sama mereka kok kata mereka seterah kalian saja" jawab Hanifah dengan senyum. 

"Semoga kakak bahagia jika aku menikah dengan kak Raihan" kata Naila. 

"Kakak akan bahagia kok" dengan memeluk adiknya itu dengan erat. 

"Nanti besok kita fitting baju pengantin yah kakak bakal persiapin pernikahan kalian" kata Hanifah. 

"Mas seterah Naila saja" Raihan aja nurut dengan permintaan istrinya dia ingin membahagiakan istrinya itu. 

"Kenapa saya merasa bahagia ingin menikah lagi dengan Naila apa ada perasaan suka dengan Naila apa lagi dia tersenyum bikin saya tersenyum astagfirullah maaf kan hambamu ini ya Rabb" istigfar Raihan. 

"Kenapa sih Raihan melihat gw segitunya sih gw gak boleh suka sama dia ingat ini demi kakak lu nai" gumam Naila. 

Malam ini Naila tinggal dirumah orang tuanya karena orang tuanya tadi malam dia datang menjemput Naila di rumah calon suaminya karena besok malam Naila akan dilamar oleh Raihan di rumah orang tuanya. 

"Akhirnya aku senang deh tinggal bareng Abi dan umi lagi" dengan bahagianya Naila bisa berkumpul dengan keluarganya lagi. 

"Nai nanti kamu pakai hijab besok malam kamu harus berubah penampilannya nai jangan pakai pakaian ketat lagi kamu gak kasihan sama Abi kamu harus menanggung dosa kamu nai" nasihat umi dengan mengusap kepal Naila yang terbaring di pangkuan uminya sambil menonton tv. 

"Naila belum bisa umi karena akhlak aku belum bisa berubah umi" kata Naila. 

"Nai masalah akhlak nanti juga bisa kok berubah dengan perlahan-lahan Kao kita gak berubah dan menunggu hidayah kapan hidayah itu datang nai masa kita harus tunggu sih Kao misanya kita mati disaat hidayah itu belum datang gimana kita mau bawa bekal di akhirat nanti, yang penting kamu berubah dulu dengan pakaian sopan nanti juga perlahan-lahan kamu berubah nai" nasihat umi yang paling dirindukan oleh Naila dia rindu dengan suasana ini. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status