Share

Bab 4

Author: Amanah Cinta
last update Last Updated: 2021-10-01 11:32:03

Bab 4

Aku hanya kekasih yang disimpan. dikeluarkan jika perlu, disembuyikan bila tak dibutuhkan. Lantas, sekarang aku cemburu menyaksikan dua insan saling bahagia, meski ku tahu Mas Indra melakukan itu agar Tia tak curiga. Aku tahu cincin berlian yang indah itu di peruntukan aku.

Mereka berpelukan dalam bahagia. Tia terlihat begitu mencintai Mas Indra. Sedangkan tatapan Mas Indra terus mencuri pandang terhadapku.

"Kamu bener-bener romantis banget, Mas." ucap Tia. Terlihat begitu bahagia memandang terus cincin yang diberikan suaminya.

"Aku jadi iri deh, sama kalian" Aku berusaha tersenyum meski sebenarnya kesal.

"Aku yakin kamu bakal nemu pasangan seperti Mas Indra. Kamu yakin aja, ya" timpal Tia dia terlihat bahagia, aku iri padanya yang bisa bahagia sesimpel itu. 

"Mega, kamu sendirian aja disini" Mas Indra bertanya seolah kita tak bertemu. Ada yang mengganjal melihat perlakuan Mas Indra. Ah, sepertinya aku telah dirudung asmara.

"Mas, masak sendirian. Mana ada orang datang sendirian, tapi pesennya dua porsi" cecar Tia dengan nada ditekan.

"Aku mau lihat pacar Mega" rengek Tia

"Enggak ada pacar kok, aku juga mau pulang" Aku ingin segera berpamitan. Melihat mereka berdua membuat aku sedikit merasa panas.

"Jangan..." Mas Indra menghentikanku, Tia menatap suaminya 

"Maksud aku. Kita makan malam bersama, jarang-jarang lho, sekarang kita ketemu" Mas Indra memeberikan alasan. "Aku yang traktir" lanjutnya lagi.

"Tapi,  aku udah dari tadi disini. Aku juga udah makan" tolakku halus.

"Mega, masak kamu mau tinggalin kita sih," ucap Tia memelas, akupun terpaksa menuruti menyaksikan kemesraan mereka. 

"Baiklah aku akan makan semuanya" ucapku dalam hati, sebenarnya malam ini aku ingin melahap semuanya, termasuk mereka 

Tia terus berceloteh bahagia menayakan aku dengan siapa, akupun berbohong memberi alasan. Kubilang saja aku bertemu teman kemudian ia malah meninggalkanku sendirian ketika bertemu yang lain, Mas Indra terlihat tersindir. Begitu pun Mas Indra mengatakan hal romantis untuk Tia yang membuat dadaku semakin terbakar. Aku menyibakan rambutku, dapat sedikit mengurangi hawa panas dibadanku.

Makan malam yang harusnya indah malah kacau. Aku yang memimpikan malam romantis, malah meringis. Duh, nasib!

-------------------

Akhirnya aku kembali ke kontrakan ku. Tanpa Mas Indra, aku kesal dengannya. Bagaimana dia seromatis itu? Tapi, mengingat kembali aku yang bersalah. Ya, aku bersalah jatuh cinta dengannya.

Aku ingin tidur tapi, mata enggan terpejam. Kepalaku terus memikirkan kejadian barusan. Antara lega atau cemburu. Lega Karena Tia tak tahu, cemburu karena Mas Indra mementingkan Tia.

Aku membolak-balik dikasur sendirian, saat seperti ini aku merindukan Mas Indra, tetapi ia sekarang Mas Indra bersamaTia....

Sejak kejadian itu, aku sama sekali tak semangat berkerja. Mas Indra tak memberi kabar sekalipun. Aku ingin menghubunginya, tapi Aku tak punya keberanian. Mas Indra juga tak menemuiku di tempat biasa. Setiap sore aku menunggunya. Tapi, Mas Indra tak ku temui keberadaanya.

Sampai suatu malam, aku sangat gembira. Sebuah notifikasi whatsaap berbunyi. Ketika ku buka pesan dari Mas Indra.

Ting... 

[Kenapa, tak pernah ke Apartment?]

[Buat apa, kesana] balasku

[Kamu marah?] 

Masih ditanya lagi, ya, jelas aku marah, sebenarnya aku tak begitu marah. Tapi, aku ingin dimanja.

[Hm ] kubalas saja singkat, aku ingin tau responnya.

[Cepatlah ke Apartement. Aku disini] pesan Mas Indra membuat aku bersemangat, ingin ku jawab. 'Enggak mau' tapi hati ini terlalu senang. Aku tak mau mengnyia-nyiakan kesempatan. 

[Jangan lama-lama. Aku merindukanmu] pesannya lagi, akupun segera memesan taxi onlen. Aku pergi tanpa dandan pasti akan lama, sedangkan kekasih sudah menungguku.

Aku melangkah ke Apartemen. Betapa terkejutnya aku, Mas Indra tak ada disini. Aku jadi bimbang. Seketika segelintir pikiran. Apakah tadi Tia? Apakah selama ini Mas Indra menghubungiku karena Tia sudah tau?  Tapi, Tia juga tak menghubungiku.

Ku panggil namanya tapi, tak ada sahutan. Ah, jangan-jangan Mas Indra membohongiku. Aku mendengus kesal. Huh....

[Kamu sudah, di Apartement] pesan lagi dari Mas Indra. Apa aku telphon saja ya? ujarku

Tut... Tut... Tut....

 "Hai, Sayang" suara Mas Indra disebrang sana.

"Kamu dimana?" tanyaku lesu.

"Kamu,  udah di Apartemen?" ditanya malah balik tanya. Aku menjadi tembah kecewa.

"Iya, Aku di Apartemen" jawabku tanpa semangat.

"Udah cek dikamar belum" 

"Belum"

"ke kamar, Sayang" kemudian Mas Indra mengakhiri percakapan sepihak. Menyebalkan sekali.

Akupun ke kamar. Mengikuti apa yang disuruh Mas Indra. Sebuah kejutan besar yang kutemukan didalam sana. Membuatku begitu bahagia, rasa bahagia ini melebihi aku bertemu Mas Indra.

Kamar ini dihias begitu indah. Banyak bunga mawar merah bertaburan seperti kamar pengantin. Gaun yang sexy tergelatak disana. Yang paling senang adalah sebuah kalung berlian tertulis sebuah kertas. 

[ Sayang,  Maafkan aku. Aku mencintaimu jangan marah lagi, ya. Pakailah gaun itu kemudian tutup mata dalam lima menit suamimu ini akan datang.] Hanya sebuah tulisan saja, membuat aku bahagia. Apakah semua wanita seperti ini? Mudah luluh hanya dengan kata maaf.

Aku memakai gaun sexy ini, tak lupa aku memoles wajahku. Aku memandangi diri dicermin aku terlihat begitu anggun. Lalu aku menutup mata. Tak berselang lama langkah kaki terdengar mendekat. Suara bisikan terasa nyata ditelingaku. 

"Aku merindukanmu. Bukalah matamu"

 

Aku membuka mata, Mas Indra tersenyum melihat ku dicermin. Aku tersipu malu. Aku tak kuat menahan rindu. Aku membalikan badan lalu memeluk Mas Indra dengan cinta.

"Kamu kemana aja, Mas" 

"Aku disini, tak kemana-mana" 

"Bohong! Aku menunggumu setiap sore. Aku menantikan pesanmu setiap saat"

"Serindu itukah dirimu" tanyanya. Aku tak menjawabnya.

"Maafkan aku, aku sibuk dikantor. Aku juga takut kamu masih marah setelah kejadian malam itu" Mas Indra memberikan penjelasan. 

"Pasti sibuk dengan Tia" ucapku kelepasan.

"Sayang, kita lagi berdua. Jangan bahas siapapun." 

"Maaf Mas, tapi kenapa kamu tak menghubungiku. Ini terlalu lama, aku hampir tak kuat merindukanmu"

"Maafkan aku, lain kali akan Mas usahakan menghubungimu"

Aku dan Mas Indra bertemu dengan rindu yang menggebu lalu, aktivitas sebagai suami Istripun terjadi. Aku dan Mas Indra layaknya orang yang dimabuk cinta. di Apartemen ini kami bebas melakukan apapun yang kami mau. Hasrat yang telah lama terpendam akhirnya tertunaikan berkali-kali.

kami berhenti sejenak. Setelah melakukan hubungan halal. Kami juga butuh untuk istirahat. Mas Indra memelukku terus, seolah tak membolehkanku pergi sedikitpun. Serindu itukah kamu, Mas? 

"Sayang, Mas libur tiga hari"

"Libur"

"Iya, kita jalan yuk. Mas pengen ngajak kamu liburan" 

"Aku kan,  enggak libur Mas"

 

"Kamu bisa cuti"

"Tapi nanti... "

"Enggak ada tapi-tapian. Biar aku urus semuanya masalah pekerjaan kamu" belum sempat kalimatku selesai, Mas Indra sudah memotong ucapanku.

"Mau liburan kemana emang Mas." tanyaku.

"Kemana ya, mau kamu dimana?" Mas Indra malah balik bertanya. Dasar lelaki tidak bisa menentukan pilihan.

"Terserah Mas ajalah"

"Ke Bali, gimnana?"

"Boleh, tapi kita libur cuma tiga hari" 

"Jadilah kita sehari disana" ujar Mas Indra 

Setelah kesepakatan liburan, Mas Indra ingin menciumku lagi, hasratnya pasti sudah tak tahan lagi. Saat kami akan melakukannya lagi, suara bel pintu mengganggu kami. Aku memandang Mas Indra. Apakah dia mengundang seseorang? Lagi-lagi pikiranku tertuju pada Tia.

Tingtong....

Buru-buru aku memakai baju, begitupun Mas Indra. Mas Indra buru-buru membuka pintu sedangkan aku masih merapikan pakaianku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Makanya jgn nusuk sahabat ndiri dr blkg ndak bs tenang terus kan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 49

    ○Bab 49"Sedang apa kamu di sini?" tanya Andrian, nadanya mengisyaratkan ketidaksukaan. "A-ku, aku" aku bingung dengan keadaanku, naman sayanyanya kalimat ini tercekat dalam hati. "Belum puaskah? Uruasanku denganmu selesai!" tekannya. "Aku minta maaf" akhirnya kalimat ini tersampaikan. "Mudah bagi kami memaafkan. Silahkan pergi dari sini" ucapnya sambal menunjuk pintu terbuka. "Kakak, jangan usir tante mega. Lihat sekarang keadaanya?" Putri memohon. "Putri, dengarkan Kakak. Dia pernah membuat kita berantakan, dia menjadikan kita tawanan tidakkah kamu ingat perlakuan jahatnya?" ujar Adrian menjelaskan. Sebenarnya aku ingin pergi, namun aku tidak punya tempat lagi. "Tapi dia baik, tidak pernah sekali pun aku atau ibu di perlakukan buruk, Kak" ujar putri"Putri bagaimana pun dia tetap orang asing yang pernah menaruh kejahatan pada kita" tukas Andrian. "Tolong jangan berdebat karena aku. Aku akan pergi. Aku berjalan berbulan-bulan demi bisa menemui Kalian hanya berharap kalian me

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 48

    ○Bab 48Sepasang sepatu hitam mengkilat memijakkan kakinya di sini, serta beberapa pengawalnya. Siapa lagi? Ya, dia, Pak Burhan lelaki tua yang menjebakku di sini. "Bagaimana kabarmu wanita rendah?" sapa Pak Burhan. Kali ini aku tidak marah malah aku ngrasa benar menjadi perempuan rendah. "Apa kamu betah tinggal di sini?" tanyanya, aku juga melihat matanya tanpa ingin menjawab. Tetiba saja terlintas dibenakku tentang keluarga si kembar. "Ardi dan Andrian tidak salah. Kuharap Pak Burhan masih punya hati tidak menerlibatkan mereka dalam permainanmu" ucapku. Aku sungguh kasian jika melihat nasib mereka sepertiku, sebab terlepas ini semua mereka tidak bersalah. "Tentu saja saya punya hati tidak seperti kamu yang begitu tega dalam segala hal. Mereka telah hidup dengan damai tanpa ada kalian menjalani hari-hari seperti sebelumnya" perkataan Pak Burhan, biarpun menusuk namun membuatku merasa sangat lega. "Keluarkan dia" titah Pak Burhan pada bawahannya. Akhirnya aku bisa menghela naf

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 47

    ○Bab 47"Tia, aku mohon maafkan aku. Aku janji bakal ninggalin suamimu. Tapi tolong bebaskan aku, bukankah selama ini kamu mengejarku dengan selalu mengancam nyawaku" ujarku. "Iya. Aku selalu menghantuimu dengan rasa takut, bahkan resep obat untuk membuat gila, serta aku yang menggurkan bayimu. Ada yang lebih penting lagi dari ini" ungkap Tia."Apa? Bisakah kita berbicara dengan baik seperti biasanya?" tukasku. " Kamu itu ular mana mungkin aku mau berbicara baik denganmu. Semakin dibaikin malah mematokku" ujar Tia. "Mega, jika Andrian tidak melakukan kesalah di masalalu apa kamu akan tetap merebut suamiku?" tanya Tia. "Tentu saja tidak. Aku sangat mencintainya" jawabku. "Sudah kuduga. Kamu sangat mencintainya. Kamu tahu cara dia mati" ungkap tia. "Jangan-jangan kamu ..." aku menggantungkan kalimat. Berfikir bahwa Tia. "Aku yang menyuruh bekas suruhanmu untuk menghajarnya kemudian membawanya padaku. Sebenarnya dia masih hidup dan menceritakan tentang kalian. Perdunganku di pen

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 46

    ○Bab 46"Ya, kamu meninggalkan putriku saat dia mengandung anakmu. Dasar lelaki biadab!" maki Pak Burhan. "Siapa sebenarnya putri, Bapak?" "Laras dia putri saya" air mata lelaki iti luruh begitu saja. "Laras. Jadi dia... Sekarang dimana dia, Pak. Saya ingin bertemu kenapa tidak dia katakan kalau sedang hamil" ucap Mas Indra. "Dia bunuh diri setelah melahirkan anakmu" lelaki tua itu tak membendung lagi tangisnya bercampur emosi."Apa... " Raut wajah Mas Indra penuh penyesalan. Entah ada apa dibalik cerita ini. Sedangkan aku masih mencari tahu siapa selama ini yang ingin membunuhku. Belum sempat terbesit. Seorang wanita berpaikan dokter datang menghampiri lelaki tua itu. Dia adalah sahabatku, sekaligus istri sah Mas Indra. "Tia... Kamu" ucapku tak mengerti. "Iya aku, Meg. Aku tahu semuanya apa yang telah kamu sembunyikan dariku. Sungguh kamu sahabat paling jahat, tega merebut Mas Indra" ucapan tia menyambar hatiku, tia yabg manis dan lembut kini datar mukanya tak bermimik.

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 45

    Bab 45"Kamu gak papa, Sayang," ucapku sambil mengelus bahu Andrian, lebih tepatnya aku meremasnya sebagai tanda jangan kaget."Ng ... Gak papa, kok" ucapnya sambil tersenyum ramah.Mereka saling berjabat tangan seolah tidak saling kenal."Ya, udah aku kembali ke kamar" Mas Indra berpamitan, sambil berjalan menjauh."Ya, kita juga belum selesai beberes" ucap Andrian berjalan masuk ke kamar sok sibuk. "Eh, besok kalian harus bangun pagi, ya. Kita kliling puncak" ucap Tia, berlalu pergi menyusul suaminya. Aku menutup pintu, dadaku yang tadinya berdegup kencang ada kelegaan, aku mendeprok depan pintu. "Gila kamu!" maki Andrian menghampiriku."Apaan sih?" Aku risih, suara Andrian mengejutkanku."Jadi ini alasan kamu, nyuruh aku buat jadi suami kamu" lantang Andrian sambil menggelengkan kepala. Aku tak mampu mengelak pasrah atas ucapan A

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab44

    Bab 44.Perlengkapan dengan segala tetek bengeknya sudah disiapkan."Kita satu mobil atau gimana?" tanya Andrian sambil menenteng tas besar."Gak lah, kita ketemu di pos""Memangnya alamatnya mana sih?""Nih," aku menyodorkan handphone dengan mode gps."Jadi nanti kita ngikutin alamat ini. Udah berangkat belum mereka?" tanya Andrian."Sudah. Kita agak belakangan aja. Santai" Aku membuka bagasi mobil, sedangkan Andrian membawa koper.Aku dan Andrian, memasuki mobil aku menyuruh Andrian menyetir seseuai arah gps, sambil memberikan beberapa peraturan."Kamu nanti harus bisa acting. Tidak boleh ada mukamu yang mencurigakan. Kita harus terlihat seolah kita itu pasangan" ucapku disela-sela kesibukan Andrian."Soal acting gampang! Cuma kamu udah bilang belum sama suami aslimu?" balas Andrian."Dia tahu" ucapku acuh."Oh, iya. Yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status