○Bab 47"Tia, aku mohon maafkan aku. Aku janji bakal ninggalin suamimu. Tapi tolong bebaskan aku, bukankah selama ini kamu mengejarku dengan selalu mengancam nyawaku" ujarku. "Iya. Aku selalu menghantuimu dengan rasa takut, bahkan resep obat untuk membuat gila, serta aku yang menggurkan bayimu. Ada yang lebih penting lagi dari ini" ungkap Tia."Apa? Bisakah kita berbicara dengan baik seperti biasanya?" tukasku. " Kamu itu ular mana mungkin aku mau berbicara baik denganmu. Semakin dibaikin malah mematokku" ujar Tia. "Mega, jika Andrian tidak melakukan kesalah di masalalu apa kamu akan tetap merebut suamiku?" tanya Tia. "Tentu saja tidak. Aku sangat mencintainya" jawabku. "Sudah kuduga. Kamu sangat mencintainya. Kamu tahu cara dia mati" ungkap tia. "Jangan-jangan kamu ..." aku menggantungkan kalimat. Berfikir bahwa Tia. "Aku yang menyuruh bekas suruhanmu untuk menghajarnya kemudian membawanya padaku. Sebenarnya dia masih hidup dan menceritakan tentang kalian. Perdunganku di pen
○Bab 48Sepasang sepatu hitam mengkilat memijakkan kakinya di sini, serta beberapa pengawalnya. Siapa lagi? Ya, dia, Pak Burhan lelaki tua yang menjebakku di sini. "Bagaimana kabarmu wanita rendah?" sapa Pak Burhan. Kali ini aku tidak marah malah aku ngrasa benar menjadi perempuan rendah. "Apa kamu betah tinggal di sini?" tanyanya, aku juga melihat matanya tanpa ingin menjawab. Tetiba saja terlintas dibenakku tentang keluarga si kembar. "Ardi dan Andrian tidak salah. Kuharap Pak Burhan masih punya hati tidak menerlibatkan mereka dalam permainanmu" ucapku. Aku sungguh kasian jika melihat nasib mereka sepertiku, sebab terlepas ini semua mereka tidak bersalah. "Tentu saja saya punya hati tidak seperti kamu yang begitu tega dalam segala hal. Mereka telah hidup dengan damai tanpa ada kalian menjalani hari-hari seperti sebelumnya" perkataan Pak Burhan, biarpun menusuk namun membuatku merasa sangat lega. "Keluarkan dia" titah Pak Burhan pada bawahannya. Akhirnya aku bisa menghela naf
○Bab 49"Sedang apa kamu di sini?" tanya Andrian, nadanya mengisyaratkan ketidaksukaan. "A-ku, aku" aku bingung dengan keadaanku, naman sayanyanya kalimat ini tercekat dalam hati. "Belum puaskah? Uruasanku denganmu selesai!" tekannya. "Aku minta maaf" akhirnya kalimat ini tersampaikan. "Mudah bagi kami memaafkan. Silahkan pergi dari sini" ucapnya sambal menunjuk pintu terbuka. "Kakak, jangan usir tante mega. Lihat sekarang keadaanya?" Putri memohon. "Putri, dengarkan Kakak. Dia pernah membuat kita berantakan, dia menjadikan kita tawanan tidakkah kamu ingat perlakuan jahatnya?" ujar Adrian menjelaskan. Sebenarnya aku ingin pergi, namun aku tidak punya tempat lagi. "Tapi dia baik, tidak pernah sekali pun aku atau ibu di perlakukan buruk, Kak" ujar putri"Putri bagaimana pun dia tetap orang asing yang pernah menaruh kejahatan pada kita" tukas Andrian. "Tolong jangan berdebat karena aku. Aku akan pergi. Aku berjalan berbulan-bulan demi bisa menemui Kalian hanya berharap kalian me
PrologSetiap orang punya pilihan masing-masing dalam hidup. Apalagi dalam memilih pendamping hidup, berumah tangga. Seperti aku yang memilih menjadi madu sahabatku sendiri.Dulu kami berbagi segalanya dari makanan sampai baju, bahkan tempat tidur. Lalu, sekarang aku pun berbagi tidur dengan suamimu. "Aku baik bukan?"Kamu pernah bilang "Kita harus selalu bersama." Kini, perkataanmu jadi kenyataan. Aku menemani dalam duka dan sukamu.Kamu juga bilang bahwa aku harus selalu bahagia, agar tak ada yang merasa sedih diantara kita. Sekarang aku bahagia sejak masuk dalam rumahmu,Kehidupan pilu telah aku lepas selamanya sejak kamu datang membantuku dalam setiap proses. Lalu membawaku masuk ke dalam hidup yang harusnya hanya ada keluargamu, kini aku masuk di dalamnya.Saat ini aku bahagia jadi madumu, aku benar-benar diperlakukan seperti adik olehmu. Akan tetapi, kamu belum tau aku juga diperlakukan sebagai istri ole
Bab 1"Saya terima nikahnya Mega binti Bapak Subarjo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai""Bagaimana saksi"Sah... Riuh para saksi pernikahan kami. Kami menikah secara siri jadi hanya beberapa orang saja datang menghadiri acara sakral ini.Meski tidak megah, tidak ada pesta. Aku bahagia. Setidaknya kami sudah sah daripada terus jatuh dalam kubangan dosa.Sebenarnya Suamiku memiliki istri bernama Tia, dia adalah sahabatku. Sedangkan Aku baru saja bercerai. Tialah yang membantuku proses perceraian, tetapi tidak dengan proses pernikahan ini. Tia tidak tahu suaminya menikahiku.Malam yang dinanti pun telah tiba. Malam pertama sepasang pengantin yang romantis. Biarpun sering melakukan, malam ini terasa lebih indah."Sayang," Mas Indra, memandangku penuh nafsu. Tenggorokannya terlihat naik turun menelan saliva. Lelaki manapun tak tahan melihatku, berdiri dihadapannya memakai lingerie."Kamu memang ta
Bab 2 Aku bingung harus jawab apa. Kenapa bisa Tia, yang menjawab. Ke mana Mas Indra? Lebih baik aku matikan saja, anggap saja aku tak menelepon Mas Indra. Akhirnya aku pulang naik taxi. Sebelum masuk rumah, aku menghembuskan nafas. Kakiku terus berjalan, tapi hati dan pikiranku menolak. Ingin segera pindah. Beginikah rasanya serumah dengan madu! "Assalamua'laikum," Aku memgucapkan salam sembari mengetuk pintu. "Waalaikum salam," Terdengar sahutan Tia dari dalam. "Meg, kamu jalan kaki, harusnya telpon aku biar aku jemput," ucap Tia penuh khawatiran. "Enggak kok, Tia, aku naik taxi tadi. Baru pergi tu, taxinya," ucapku menunjuk jalan Aku mandi, kemudian merebahkan diri di kasur. Ingin ikut makan malam, tapi malas karena udah makan tadi di restoran. "Mega, ayo kita makan sama-sama," jeritan Tia terdengar. Aku tidak ingin beranjak menyaksikan mereka makan berdua tapi, Tia begitu baik membuatku t
Bab 3"Mas Indra!" suara Tia, terdengar makin kuat. Aku yakin pasti Tia, sedang mencari keseluruh ruangan. Aku langsung menyuruh Mas Indra lewat jendela. Kebetulan sekali kamarku jendelanya langsung kearah belakang. Mas Indra bisa langsung bersembuyi di dapur."Ada apa sih, Tia? Pagi-pagi udah kaya sempritan aja. Kenceng bener" cecarku sok asyik."Tumben udah bangun kamu, Meg. Biasanya masih molor." ledeknya, sepertinya Tia tak menaruh curiga. 'Selamet-Selamet'."Kamu lihat Mas Indra, enggak, Meg" tanya Tia."Lah, mana aku tau. Dia kan suamimu" ucapku sok cool."Yeh, orang aku cuma tanya. Kok, gitu sih" Tia nampak kesal."He-he-he. Aku enggak liat, Tia" ucapku cengengesan. Aku tidak ingin kelihatan gugup agar Tia tidak curiga."Hai, Dek" sapa Mas Indra, muncul membawa cangkir."Mas Indra, kamu habis ngapain" Tanya Tia,"Bikin susu buat kamu. Boleh,
Bab 4Aku hanya kekasih yang disimpan. dikeluarkan jika perlu, disembuyikan bila tak dibutuhkan. Lantas, sekarang aku cemburu menyaksikan dua insan saling bahagia, meski ku tahu Mas Indra melakukan itu agar Tia tak curiga. Aku tahu cincin berlian yang indah itu di peruntukan aku.Mereka berpelukan dalam bahagia. Tia terlihat begitu mencintai Mas Indra. Sedangkan tatapan Mas Indra terus mencuri pandang terhadapku."Kamu bener-bener romantis banget, Mas." ucap Tia. Terlihat begitu bahagia memandang terus cincin yang diberikan suaminya."Aku jadi iri deh, sama kalian" Aku berusaha tersenyum meski sebenarnya kesal."Aku yakin kamu bakal nemu pasangan seperti Mas Indra. Kamu yakin aja, ya" timpal Tia dia terlihat bahagia, aku iri padanya yang bisa bahagia sesimpel itu."Mega, kamu sendirian aja disini" Mas Indra bertanya seolah kita tak bertemu. Ada yang mengganjal melihat perlakuan Mas Indra. Ah, sepertinya aku telah dirudung asmara.