Share

41

Dalam sekejap mata, pagi menyublim jadi siang yang mendung. Awan merapatkan diri, membentuk gelombang-gelombang sehalus kapas di langit. Cahaya putih menembus tirai jendela kamarnya. Membangunkan Svaha. Membangunkan Cantra.

Cantra bergerak pelan. Merenggangkan tubuh yang mungkin akan terasa ngilu. Menguapkan kantuk dengan rahang-rahang yang dirapatkan. Kemudian mendesah panjang. Ia putar pinggangnya sedikit ke kiri, kulitnya menegang—mengendur dalam waktu singkat. Svaha menangkupkan tangan pada jajaran tulang rusuk yang indah tersebut dan tubuh Cantra yang telanjang. Ia mencium bahu kekasihnya.

“Selamat pagi,” Cantra berbisik.

“Hm,” sapa Svaha.

“Aku lapar.”

“Aku juga.”

Lalu Cantra berbalik. Dipeganginya tangan Svaha, ia tak ingin Svaha melepaskannya. Ia menuntun jari-jari si lelaki turun menuju gumpalan di bawah tulang pinggangnya.

“Tubuhmu…” Svaha ingin memuji,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status