Share

CHAPTER 7

Author: caca
last update Huling Na-update: 2025-07-11 22:07:15

Ketika Dunia Melihatmu Buruk

Pagi itu terasa berbeda.

Karin baru saja menyelesaikan sarapan ketika ponselnya terus-menerus bergetar. Notifikasi media sosial, email kantor, dan pesan pribadi meledak tak henti. Sebelum sempat membalas satu pun, Lina, asistennya, menelpon dengan nada panik.

“Mbak Karin, jangan buka T*****r sekarang. Situasinya… buruk.”

Jantung Karin berdegup kencang. Ia membuka browser. Trending topic #KarinAlverez langsung muncul di posisi pertama.

Matanya tertuju pada sebuah video berdurasi pendek yang sudah disaksikan lebih dari dua juta kali.

“Putri Alverez Clubbing di Bar Ilegal? Simak Videonya!”

Karin memutar video itu. Rekaman beberapa tahun lalu menampilkan dirinya yang masih berusia 21, menari dengan teman-temannya, mengenakan dress merah menyala, botol alkohol di tangan.

Tidak ada yang ilegal. Namun bagi publik konservatif, cukup untuk membuatnya terlihat… liar.

Lebih parah lagi, potongan suara terdengar:

“Kau pikir aku akan nikah sama cowok bisnis sialan kayak Alex Von? Jangan mimpi.”

Karin membeku. Suara itu miliknya sendiri, masa lalu yang penuh kebencian. Matanya panas bukan karena malu, tapi karena seseorang jelas ingin menghancurkannya sekarang, ketika ia mulai membuka hati dan percaya hidup bisa lebih dari sekadar permainan.

Telepon kembali berdering. Kali ini dari Alex.

“Di mana kamu?” tanyanya.

“Di apartemen,” jawab Karin, mencoba terdengar tenang.

“Tunggu aku. Jangan buka berita lagi.”

Satu jam kemudian, Alex tiba. Wajahnya serius, tapi matanya bukan marah. Khawatir.

Karin berdiri tegak di ruang tamu, menahan diri.

“Video itu…” bisiknya.

Alex mengangguk. “Aku tahu.”

“Kau akan membatalkan pertunangan ini?”

Alex mendekat. “Apa menurutmu aku akan menyerah hanya karena beberapa detik video dari masa lalumu?”

Karin menahan jawaban. Bayangan masa lalu terlalu kuat.

“Aku terdengar sangat menyebalkan di video itu. Dan… aku memang membencimu saat itu,” ucapnya.

Alex menghela napas, lalu mengangkat dagu Karin dengan lembut.

“Aku pun pernah ingin menghancurkan hidupmu. Jadi, kita impas.”

Karin tertawa kecil, pahit tapi lega.

“Tapi Alex… media tidak akan diam. Dewan direksi mungkin akan menuntut kau memilih: aku, atau reputasimu.”

Alex menatapnya dalam, kemudian membuka ponselnya dan memulai siaran langsung di akun resminya.

Karin menegang. “Apa yang…”

“Ssst,” ujar Alex, menenangkan.

Dalam hitungan detik, ribuan orang menonton. Alex menatap langsung ke kamera. Wajahnya tegas.

“Saya Alexandre Von Reinhardt. Video lama tunangan saya sedang beredar. Saya ingin katakan satu hal: dia adalah wanita yang kuat, cerdas, dan luar biasa. Apa yang kalian lihat hanyalah masa lalunya, yang tidak mengurangi nilainya sedikit pun di mataku.”

“Jika kalian menilai seseorang karena menari atau mabuk saat muda, bersiaplah melihat masa lalu kalian sendiri.”

“Saya tetap memilih Karin. Tidak hanya sebagai tunangan bisnis, tapi sebagai pasangan hidup.”

Siaran langsung berakhir.

Karin menatapnya tertegun. “Kau tidak harus melakukan itu…”

“Tapi aku ingin,” jawab Alex.

“Kau yakin Dewan akan…”

“Mereka bisa pergi ke neraka,” sela Alex, setengah bercanda, setengah serius.

Karin tersenyum lega, namun matanya tetap waspada. “Terima kasih… karena berdiri untukku. Bukan hanya di balik panggung… tapi di depan dunia.”

Alex mengangkat alis. “Bukankah itu tugas calon suami?”

Karin tersenyum. “Atau… pria yang benar-benar jatuh cinta.”

Malam itu, Karin merasakan sesuatu yang berbeda. Cinta tidak lagi menakutkan. Ia bisa jadi tempat berlindung, bahkan di tengah badai paling besar.

Namun ponsel Karin bergetar lagi. Pesan masuk dari nomor tak dikenal:

"Ini baru permulaan. Semua yang kalian lakukan… akan diawasi."

Karin menatap Alex. Matanya melebar. Tidak ada kata yang bisa menjawab ancaman itu.

Di balik rasa lega dan cinta yang baru tumbuh, ancaman dari masa depan mulai terasa… lebih nyata daripada yang pernah mereka bayangkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 13

    Nama Tanpa WarisanKeesokan paginya, Arvina diguyur hujan tipis. Jalanan basah, dan awan menggantung rendah, seperti mencerminkan beban yang baru saja mereka pilih untuk pikul.Alex duduk di meja makan apartemen, membaca laporan bisnis dari tablet—bukan laporan milik Von Group, tapi milik perusahaan kecil yang diam-diam ia mulai rintis sejak dua tahun lalu: Ares Collective. Sebuah startup teknologi strategis yang ia bangun tanpa sepengetahuan ayahnya, sebagai bentuk pemberontakan sunyi.Karin berjalan ke arahnya, mengenakan kemeja longgar milik Alex. Rambutnya masih basah setelah mandi, dan wajahnya tampak lebih tenang dari hari-hari sebelumnya.“Kau masih yakin soal ini?” tanyanya sambil menuang kopi untuk mereka berdua.Alex menutup tabletnya dan menatapnya lembut. “Aku tidak akan mundur sekarang. Kita sudah bicara soal ini berbulan-bulan. Sekarang saatnya menjalani.”Karin mengangguk, tapi hatinya masih terasa berat. Ia tahu, keluar dari nama besar Von bukan hanya tentang menolak w

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 12

    Kebenaran di Jantung ArvinaTiga hari yang tenang di Desa Aurale telah berakhir. Kini, mereka kembali—bukan ke rumah, tapi ke medan perang bernama Arvina.Langit kota itu seperti biasa: kelabu, seolah tahu badai tak selalu datang dalam bentuk hujan. Di kejauhan, siluet gedung-gedung pencakar langit berbaris di balik kabut tipis. Kilauan lampu kendaraan dan papan reklame digital menari di antara bayangan, menegaskan bahwa kota ini tak pernah benar-benar tidur.Arvina… tempat segalanya dimulai. Dan hari ini, tempat semuanya akan diuji.Karin menatap keluar jendela mobil hitam yang membawa mereka menuju markas Von Group di distrik keuangan Nordheim. Tangan Alex menggenggam tangannya diam-diam di pangkuan mereka—erat, seolah hanya itu yang bisa menenangkan gelombang di dada masing-masing.“Kamu yakin mau hadapi ini langsung?” tanya Karin pelan.Alex mengangguk tanpa menoleh. “Kalau aku terus menunda, aku akan kehilangan satu-satunya hal yang penting.”Gedung Von Group Tower menjulang ting

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 11

    Jeda yang Membawa DekatKeesokan paginya, vila kecil itu diselimuti kabut tipis. Suara burung dan angin bersahut pelan, menciptakan harmoni alam yang lembut. Tapi keheningan itu tak mampu menyaingi suara napas Alex dan Karin yang tidur berdampingan untuk pertama kalinya tanpa batasan kontrak, tanpa kebohongan yang menggantung di antara mereka.Karin membuka mata perlahan. Cahaya matahari menerobos tirai kayu, menyentuh wajah Alex yang tertidur di sebelahnya. Ada ketenangan yang baru ia lihat pagi ini—bukan karena semuanya telah sempurna, tapi karena mereka tak lagi saling berpura-pura.Ia menatap wajah itu lama. Wajah yang dulu ia sangka arogan, terlalu dingin, terlalu penuh perhitungan. Tapi pagi ini, semua topeng itu runtuh. Yang tersisa hanya Alex—pria yang membuatnya marah, menangis, ragu... tapi juga jatuh cinta.Tanpa sadar, jari-jarinya menyentuh alis Alex pelan. Alex menggeliat, lalu membuka mata, menatapnya dalam diam.“Kamu bangun lebih dulu,” gumamnya.Karin mengangguk pela

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 10

    Luka yang Membawa PulangTiga hari telah berlalu sejak Karin menemukan dokumen itu. Dokumen yang membuka tabir perjodohan mereka jauh sebelum ia diberi pilihan. Hatinya masih bergejolak. Setiap kali mengingat bahwa Alex ternyata sudah menyetujui semuanya sebelum ia ikut berjuang menolak, kemarahan dan rasa sakitnya bercampur menjadi satu.Ia tahu satu hal: ia tidak bisa tetap berada di apartemen itu. Tidak sekarang. Tidak sebelum ia menenangkan pikirannya sendiri.Maka pagi itu, Karin meninggalkan apartemen dengan tas kecil di bahunya. Ia tidak menjawab pesan, tidak mengangkat telepon, bahkan keluar dari grup internal proyek gabungan mereka. Tujuannya sederhana: mencari tempat yang sunyi, jauh dari dunia yang penuh pengawasan dan intrik bisnis, tempat di mana ia bisa menenangkan pikirannya tanpa terganggu oleh tatapan atau kata-kata Alex.Pilihan itu membawanya ke sebuah vila kecil milik keluarganya di pinggiran Desa Aurale. Tidak ada sinyal kuat, hanya suara angin yang menyapu pepoho

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 9

    Dia yang KembaliHari itu berjalan biasa, hingga sebuah nama dari masa lalu kembali menggema di lobi utama Von Group: Althea Renata.Model internasional, mantan kekasih Alex, wanita yang dulu nyaris menjadi calon istri resmi Von Reinhardt sebelum semua rencana berantakan tiga tahun lalu.Karin hanya tahu sedikit tentang Althea. Berita lama menyebut mereka sebagai pasangan “paling sempurna” di mata public tinggi semampai, cantik, cerdas, dan selevel dengan Alex dalam ambisi serta kekuasaan. Sekarang, dia muncul kembali. Tiba-tiba. Dengan gaun merah menyala dan senyum yang terlalu tenang, menembus setiap sudut kantor seolah menuntut perhatian.Saat Karin keluar dari lift lantai 28 untuk menghadiri rapat dewan, pandangannya langsung tertuju padanya. Althea berdiri di koridor, berbicara akrab dengan Alex, tertawa pelan, lengan mereka hampir bersentuhan dengan nyaman. Hatinya mencubit. Bukan karena cemburu, tapi karena ada sesuatu dalam cara Althea menyentuh Alex terlalu lama, terlalu fami

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 8

    Jejak Lama di Balik CincinDua hari setelah siaran langsung Alex, keheningan yang biasanya menenangkan kota Arvina terasa berbeda bagi Karin. Publik, seperti biasanya, cepat lupa. Media beralih ke isu baru, dan sentimen terhadapnya pun perlahan berubah positif. Banyak yang menyebut keberanian Alex sebagai “pembelaan cinta sejati”, sementara Karin mulai dipandang sebagai wanita yang pantas berdiri di sisinya.Namun bagi Karin, badai sesungguhnya baru dimulai.Hari itu, ia diundang makan siang pribadi oleh ayahnya di rumah keluarga Alverez sebuah rumah klasik di kawasan tua Arvina, penuh marmer dan kenangan. Setiap sudut rumah itu menyimpan cerita lama, dan aroma kayu tua bercampur bunga segar membuat Karin merasa seperti kembali ke masa-masa ketika hidupnya masih sederhana, sebelum tekanan bisnis dan perjanjian keluarga menyelimuti segalanya.Di ruang makan, hanya ada mereka berdua. Ayahnya menyajikan hidangan hangat dengan gerakan yang terlihat santai, tapi matanya memancarkan ketegan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status