Share

CHAPTER 3

Author: caca
last update Last Updated: 2025-07-11 21:59:37

Retak di Balik Dinding Dingin

Keesokan harinya, Karin berdiri di depan cermin besar apartemennya. Bayangan yang terpampang masih sama: tatapan dingin, wajah kuat, dan sikap tak tergoyahkan. Namun jauh di balik refleksi itu, ada sesuatu yang mulai bergeser.

Bukan karena pertunangan.

Bukan karena keluarga.

Tapi karena Alex.

Ia ingin membencinya. Ia sudah bersumpah untuk membencinya. Tapi mengapa setiap kata, setiap tatapan, bahkan sentuhan sepele dari pria itu… meninggalkan jejak yang sulit dihapus? Jejak itu perlahan berubah menjadi tanda tanya besar:

Apakah ia benar-benar sekejam itu?

Atau ada sisi lain yang sengaja ia sembunyikan dari dunia?

Siang itu, Karin melangkah masuk ke ruang rapat utama Von Group. Sejak pertunangan diumumkan, ia sudah menjadi pusat perhatian bukan hanya sebagai pewaris Alverez Corp, tapi juga sebagai wanita yang “menjinakkan” Alexandre Von Reinhardt. Julukan yang ia benci melebihi apa pun.

Ruang rapat dipenuhi eksekutif dan pengacara. Namun hanya satu sosok yang menyita perhatiannya.

Alex.

Ia duduk di ujung meja, kemeja putihnya digulung hingga siku, tampak santai tapi tetap memancarkan aura kuasa. Saat Karin masuk, ia mengangkat wajah. Untuk pertama kalinya, pria itu tersenyum bukan senyum sinis, melainkan sesuatu yang nyaris tulus.

Karin gugup. Ia hanya membalas dengan anggukan dingin dan segera duduk.

Rapat berjalan formal, penuh strategi dan angka. Namun setiap beberapa menit, mata mereka bertemu. Tak ada kata, hanya tatapan. Seolah mereka berbicara dalam bahasa yang hanya mereka berdua pahami.

Selesai rapat, orang-orang beranjak keluar. Karin buru-buru merapikan dokumen, ingin segera pergi.

“Sebentar,” suara Alex menahannya.

Ia mendesah. “Kau tak pernah kehabisan cara untuk menggangguku, ya?”

“Bukan. Justru kali ini aku ingin membuatnya lebih mudah.”

Tatapannya menajam. “Malam ini, ikut denganku.”

Karin melipat tangan. “Untuk apa? Menunjukkan betapa kayanya kau? Lagi?”

Alex menggeleng, tenang. “Untuk menunjukkan bahwa mungkin… kau salah menilaiku.”

Malam itu, Alex tidak membawanya ke restoran mewah atau pesta kelas atas. Sebaliknya, mobil berhenti di sebuah bangunan sederhana di pinggiran kota. Sebuah rumah singgah.

Di dalam, puluhan anak yatim dan pengungsi kecil tengah belajar membaca dan bermain musik.

“Apa ini bagian dari pertunjukan?” tanya Karin, penuh curiga.

Alex tidak menjawab. Ia melepas jasnya, menggulung lengan kemeja, lalu membantu membagikan makanan. Senyum tulus merekah di wajahnya. Seorang anak kecil memeluk kakinya, dan Alex membalas pelukan itu.

Karin terpaku. Selama ini ia hanya mengenalnya sebagai pria berbalut kuasa, uang, dan arogansi. Tapi malam itu, yang berdiri di hadapannya adalah sisi lain yang nyaris tak pernah ia bayangkan.

“Tempat ini…?” bisiknya.

Alex menunduk sedikit. “Didirikan ibuku sebelum meninggal. Aku melanjutkannya. Karena tidak semua hal harus terlihat oleh dunia.”

Karin terdiam. Untuk pertama kalinya, ia melihat retakan kecil di balik dinding dingin Alex. Celah yang menyingkap sesuatu yang manusiawi.

“Kenapa kau tunjukkan ini padaku?” suaranya melemah.

Alex menatapnya lurus. “Karena jika kita akan menikah bahkan dengan segala keterpaksaan aku ingin kau tahu satu hal. Aku bukan hanya pria yang menghancurkan keluargamu.”

Ia mendekat, jarak di antara mereka kian menyempit. “Dan aku berjanji, aku tidak akan pernah menyakitimu. Bukan secara pribadi.”

Karin terdiam, nyaris kehilangan kata. Untuk pertama kalinya, ia melihat Alex bukan sebagai musuh… melainkan sebagai manusia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 13

    Nama Tanpa WarisanKeesokan paginya, Arvina diguyur hujan tipis. Jalanan basah, dan awan menggantung rendah, seperti mencerminkan beban yang baru saja mereka pilih untuk pikul.Alex duduk di meja makan apartemen, membaca laporan bisnis dari tablet—bukan laporan milik Von Group, tapi milik perusahaan kecil yang diam-diam ia mulai rintis sejak dua tahun lalu: Ares Collective. Sebuah startup teknologi strategis yang ia bangun tanpa sepengetahuan ayahnya, sebagai bentuk pemberontakan sunyi.Karin berjalan ke arahnya, mengenakan kemeja longgar milik Alex. Rambutnya masih basah setelah mandi, dan wajahnya tampak lebih tenang dari hari-hari sebelumnya.“Kau masih yakin soal ini?” tanyanya sambil menuang kopi untuk mereka berdua.Alex menutup tabletnya dan menatapnya lembut. “Aku tidak akan mundur sekarang. Kita sudah bicara soal ini berbulan-bulan. Sekarang saatnya menjalani.”Karin mengangguk, tapi hatinya masih terasa berat. Ia tahu, keluar dari nama besar Von bukan hanya tentang menolak w

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 12

    Kebenaran di Jantung ArvinaTiga hari yang tenang di Desa Aurale telah berakhir. Kini, mereka kembali—bukan ke rumah, tapi ke medan perang bernama Arvina.Langit kota itu seperti biasa: kelabu, seolah tahu badai tak selalu datang dalam bentuk hujan. Di kejauhan, siluet gedung-gedung pencakar langit berbaris di balik kabut tipis. Kilauan lampu kendaraan dan papan reklame digital menari di antara bayangan, menegaskan bahwa kota ini tak pernah benar-benar tidur.Arvina… tempat segalanya dimulai. Dan hari ini, tempat semuanya akan diuji.Karin menatap keluar jendela mobil hitam yang membawa mereka menuju markas Von Group di distrik keuangan Nordheim. Tangan Alex menggenggam tangannya diam-diam di pangkuan mereka—erat, seolah hanya itu yang bisa menenangkan gelombang di dada masing-masing.“Kamu yakin mau hadapi ini langsung?” tanya Karin pelan.Alex mengangguk tanpa menoleh. “Kalau aku terus menunda, aku akan kehilangan satu-satunya hal yang penting.”Gedung Von Group Tower menjulang ting

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 11

    Jeda yang Membawa DekatKeesokan paginya, vila kecil itu diselimuti kabut tipis. Suara burung dan angin bersahut pelan, menciptakan harmoni alam yang lembut. Tapi keheningan itu tak mampu menyaingi suara napas Alex dan Karin yang tidur berdampingan untuk pertama kalinya tanpa batasan kontrak, tanpa kebohongan yang menggantung di antara mereka.Karin membuka mata perlahan. Cahaya matahari menerobos tirai kayu, menyentuh wajah Alex yang tertidur di sebelahnya. Ada ketenangan yang baru ia lihat pagi ini—bukan karena semuanya telah sempurna, tapi karena mereka tak lagi saling berpura-pura.Ia menatap wajah itu lama. Wajah yang dulu ia sangka arogan, terlalu dingin, terlalu penuh perhitungan. Tapi pagi ini, semua topeng itu runtuh. Yang tersisa hanya Alex—pria yang membuatnya marah, menangis, ragu... tapi juga jatuh cinta.Tanpa sadar, jari-jarinya menyentuh alis Alex pelan. Alex menggeliat, lalu membuka mata, menatapnya dalam diam.“Kamu bangun lebih dulu,” gumamnya.Karin mengangguk pela

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 10

    Luka yang Membawa PulangTiga hari telah berlalu sejak Karin menemukan dokumen itu. Dokumen yang membuka tabir perjodohan mereka jauh sebelum ia diberi pilihan. Hatinya masih bergejolak. Setiap kali mengingat bahwa Alex ternyata sudah menyetujui semuanya sebelum ia ikut berjuang menolak, kemarahan dan rasa sakitnya bercampur menjadi satu.Ia tahu satu hal: ia tidak bisa tetap berada di apartemen itu. Tidak sekarang. Tidak sebelum ia menenangkan pikirannya sendiri.Maka pagi itu, Karin meninggalkan apartemen dengan tas kecil di bahunya. Ia tidak menjawab pesan, tidak mengangkat telepon, bahkan keluar dari grup internal proyek gabungan mereka. Tujuannya sederhana: mencari tempat yang sunyi, jauh dari dunia yang penuh pengawasan dan intrik bisnis, tempat di mana ia bisa menenangkan pikirannya tanpa terganggu oleh tatapan atau kata-kata Alex.Pilihan itu membawanya ke sebuah vila kecil milik keluarganya di pinggiran Desa Aurale. Tidak ada sinyal kuat, hanya suara angin yang menyapu pepoho

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 9

    Dia yang KembaliHari itu berjalan biasa, hingga sebuah nama dari masa lalu kembali menggema di lobi utama Von Group: Althea Renata.Model internasional, mantan kekasih Alex, wanita yang dulu nyaris menjadi calon istri resmi Von Reinhardt sebelum semua rencana berantakan tiga tahun lalu.Karin hanya tahu sedikit tentang Althea. Berita lama menyebut mereka sebagai pasangan “paling sempurna” di mata public tinggi semampai, cantik, cerdas, dan selevel dengan Alex dalam ambisi serta kekuasaan. Sekarang, dia muncul kembali. Tiba-tiba. Dengan gaun merah menyala dan senyum yang terlalu tenang, menembus setiap sudut kantor seolah menuntut perhatian.Saat Karin keluar dari lift lantai 28 untuk menghadiri rapat dewan, pandangannya langsung tertuju padanya. Althea berdiri di koridor, berbicara akrab dengan Alex, tertawa pelan, lengan mereka hampir bersentuhan dengan nyaman. Hatinya mencubit. Bukan karena cemburu, tapi karena ada sesuatu dalam cara Althea menyentuh Alex terlalu lama, terlalu fami

  • Dibalik Cincin Perjanjian   CHAPTER 8

    Jejak Lama di Balik CincinDua hari setelah siaran langsung Alex, keheningan yang biasanya menenangkan kota Arvina terasa berbeda bagi Karin. Publik, seperti biasanya, cepat lupa. Media beralih ke isu baru, dan sentimen terhadapnya pun perlahan berubah positif. Banyak yang menyebut keberanian Alex sebagai “pembelaan cinta sejati”, sementara Karin mulai dipandang sebagai wanita yang pantas berdiri di sisinya.Namun bagi Karin, badai sesungguhnya baru dimulai.Hari itu, ia diundang makan siang pribadi oleh ayahnya di rumah keluarga Alverez sebuah rumah klasik di kawasan tua Arvina, penuh marmer dan kenangan. Setiap sudut rumah itu menyimpan cerita lama, dan aroma kayu tua bercampur bunga segar membuat Karin merasa seperti kembali ke masa-masa ketika hidupnya masih sederhana, sebelum tekanan bisnis dan perjanjian keluarga menyelimuti segalanya.Di ruang makan, hanya ada mereka berdua. Ayahnya menyajikan hidangan hangat dengan gerakan yang terlihat santai, tapi matanya memancarkan ketegan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status