Share

Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan
Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan
Author: Ria Abdullah

dijatah

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2022-05-04 17:37:38

Apa yang cukup dengan air yang hanya satu ember, di saat kau harus memasak, mencuci, punya bayi dan ingin mandi.

*

Mungkin impian untuk menikah dan membangun keluarga bahagia jauh dari harapan bak jauhnya gunung Tambora dan pulau Moyo. Aku yang tadinya datang ke dalam keluarga ini dengan penuh asa serta sukacita sebagai menantu baru yang akan dibahagiakan dan coba berbakti pada semua orang, harus pupus harapan.

Tadinya mereka baik, tapi setelah beberapa purnama bergulir, sifat asli mereka terlihat sempurna.

Bagaimana tidak, aku diboyong tinggal ke sebuah lingkungan yang terdiri dari beberapa rumah, di mana rumah orang tua dikelilingi oleh rumah anak anak mereka. Semua anak mantu berada dalam pantauan orang tua Kak Aidil suamiku.

Semua kegiatan, pekerjaan kebun, tugas kebersihan rumah, pembagian hasil, terlebih jumlah uang ditentukan oleh mertua, ibu mertua.

Tadinya aku ikut ikut saja, seperti menantu lain yang hanya manut diatur sedemikian rupa. Tapi setelah lama kelamaan, hari hari berganti, aku hamil dan melahirkan, diri ini makin merasa sesak hati.

Bayangkan, kebutuhan sehari hari semakin bertambah sementara harga barang meningkat. Aku harus lebih banyak makan dan mendapat asupan gizi, juga punya keperluan pribadi, anakku butuh pakaian, popok, dan beberapa peralatan bayi, tapi apalah dayaku, aku tak punya uang sama sekali.

Dan yang lebih menyesakkan hati, tiap tiap menantu harus berhemat dan mencukupi sepuluh hingga dua puluh ribu sehari, ditambah seember sedang air yang harus tak harus, cukup untuk satu hari.

Gila tidak?

Mungkin gila bagi orang lain, tapi, bagi ibu mertua dia punya filosofi tertentu dalam mendisiplinkan anak dan membangun keluarga. Entah ilmu dari mana, yang pasti setiap menantu harus pandai mengendalikan diri, mengendalikan kebutuhan, pandai mengatur belanja dengan selembar uang ungu dan mencukupi, (mohon maaf) seember air laknat yang selalu membuat diri ini menangis tersedu-sedu tiap hati.

Betapa tidak, bayiku masih merah, artinya dia masih sering buang air, tentu cucian menumpuk, jangankan untuk beli popok, beli lauk pun tak punya uang. Tapi aku tak bisa mengatakan bahwa mertuaku adalah orang miskin. Dia punya kebun yang luas, sawah serta lahan jagung yang sekalinya panen bisa ratusan juta.

Orang-orang merasa aku beruntung bisa menjadi menantu Juragan Herudin dan istrinya Hatimah, mereka mengira hidupku berada dalam surga. Karena di mata warga, kedua pasangan suami-istri itu adalah pasangan yang dihormati, terkenal mampu dan dermawan terlebih pada sumbangan masjid dan kegiatan swadaya masyarakat. Sayangnya, untuk keluarga sendiri, kami para anak terlebih menantu hanya bisa gigit jari.

Entah kepelitan macam apa itu, yang pasti, setiap kali masuk ke kamar mandi dan melihat ember ukuran sedang yang airnya tinggal sedikit aku hanya bisa kesal, sesak dada tapi hanya bisa menahan sensasi gondoknya di tenggorokan.

Cucianku menumpuk menimbulkan bau, baju bayiku hanya bisa kucuci sebagian karena sisa airnya akan kupakai cuci piring dan memasak. Hidupku seakan berada di penjara yang menyakitkan. Jangankan untuk bermimpi melaundry pakaian, untuk beli sabun pun ibu mertua yang menjatah.

Seminggu sekali akan ada jatah lima kilo beras, serenteng sabun cuci dan uang seratus ribu.

Aku tidak habis pikir padahal suamiku bekerja siang malam di kebun orang tuanya, sekalinya panen kelapa dan sayuran hasilnya bisa jutaan.

Mengapa ibu mertua pelit sekali terhadapku menantunya.

Oh ya, bukankah wanita nifas harus lebih banyak mandi untuk menghilangkan sakit dan menyegarkan badan? Sangat jauh mimpi untuk bisa puas membersihkan badan, kecuali seperti bebek yang tercebur ke kali. Mandi hanya tiga sampai lima gayung, jangankan sakit kepala bisa hilang, merasa segar pun tidak.

Kadang di puncak kekesalan dan bosan, aku hanya menjerit, merasa diri mulai terkena depresi pasca melahirkan, mulai merasa tersakiti dan dikungkung aturan konyol ibu mertua.

"Padahal air sumur melimpah, kalau pun mati lampu, tandon sudah terisi penuh. Mengapa Ibu mertua mengendalikan keran air yang mengarah ke kamar mandi menantunya?"

Aku menangis dengan rasa terdzolimi yang bertumpuk-tumpuk.

Akhirnya, karena sudah merasa tidak tahan aku pergi menemui ibu mertua di rumah induk, dia yang terlihat sedang makan buah nampak mengernyitkan sebelah alis ketika aku mendatanginya.

"Ibu bolehkah saya minta air sedikit lebih banyak, karena harus cuci baju bayi yang terkena kotoran dan gumoh, saya juga harus mandi karena meriang, saya juga ingin bersihkan kamar mandi yang sudah kotor."

"Bukankah pagi tadi sudah ku jatah kau airmu?"

"Iya, tapi setelah Kak Aidil mandi airnya tinggal sedikit."

"Solusinya gampang, pergilah ke sumur buka penutup sumur lalu menimbalah sampai kau puas," ucapnya sambil menggigit buah delima.

"Andai saya tidak sakit, mungkin saya tidak akan meminta bantuan seperti ini Ibu."

"Kamu tahu tidak kita belum panen token listrik sangat mahal, segala sesuatu aku yang menanggungnya dan aku pusing!" bentak mertuaku dengan matanya yang melotot bengis.

"Kalau begitu kenapa tidak izinkan kami patungan, masing-masing anak mendapatkan jatah lalu kami akan mengcover sendiri kebutuhan, Ibu?" Dengan menahan ketakutan Aku mengucapkan hal itu.

"Entah seperti apa aturan keluargamu, tetapi aturan yang berlaku di tempat ini adalah aturanku. Anak dan menantuku yang sudah hidup lebih lama darimu di tempat ini, tidak pernah protes. Mengapa kau yang baru datang kemarin sore lantas ingin mengatur-aturku?!"

Aku yang sudah kehabisan kata-kata tidak bisa berbicara lagi, selain hanya bisa menghapus air mata, lalu membalikkan badan untuk kembali ke rumah.

"Tuhan, andai buah dadaku tidak sakit karena bengkak, andai tubuhku tidak panas dingin oleh meriang dan jahitanku sakit, andai Aku tidak sedang punya bayi yang masih selalu menangis dan ingin ditimang, andai tubuhku tidak sering gemetar karena kekurangan energi dan gizi ... andai aku kuat dan sehat, niscaya aku kuras sumur itu sampai tidak bersisa setitik pun air!

Beri aku kecerdikan ya Allah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   debat ibu

    "Baru sebentar Nek," Jawa Erlin."Dua jam Aku mau memanggil untuk meminta air minum, kenapa kau malah duduk santai di sini?" Dua jam apanya, Erlin bahkan belum duduk selama sepuluh menit. Aneh sekali wanita tua yang semakin hari semakin temperamen ini."Ibu Dia baru saja datang dan sekedar mengobrol denganku sebentar...""Aku juga sudah bilang padanya untuk tidak meninggalkan rumah jauh-jauh dan sulit kujangkau. Aku membutuhkan dia sepanjang waktu."Aduh penting untukku untuk menegaskan batasan tentang ibu yang semakin hari semakin seperti penjajah saja."Ibu dia juga manusia, dia butuh berinteraksi mendapatkan dukungan dari keluarganya dan sedikit pencerahan Apa salahnya jika dia mengobrol dengan salah satu anggota keluarga dan meninggalkan Ibu sebentar saja. Alih alih marah gara gara telat ambilkan air, Kenapa Ibu tidak ambil air sendiri saja lalu semuanya tuntas?'"Tuntas katamu?""Ya.""Ya ampun ...." Ibu mertua hanya menggeleng sambil membuang nafasnya kasar, dia tertawa sih ini

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   keluhan

    "udahlah jangan terlalu dipikirkan perkara ibu yang minta anak laki-laki darimu beliau tidak tahu seberapa keras kita berusaha hanya saja Tuhan belum mengizinkan, jadi jangan terlalu, dibawa santai saja," jawab Kak Aidil sambil tersenyum."Aku sedikit prihatin dan khawatir tentang keponakan baru kita.""Dia pasti bisa mengatasinya wanita itu punya daya dan keluarga yang mendukungnya jadi kamu tidak perlu khawatir. Ibu pasti juga akan berpikir dua kali untuk menyakiti anak itu.""Yang terjadi hari ini tidak akan kau percayai, Kak, Ibu melempar piring dan menghujat masakan Erlin.""Sungguhkah itu terjadi Apakah ibu melakukannya kepada menantu baru yang keluarganya sangat terpandang dan dihormati?""Aku sudah bilang bahwa Ibu tidak pandang bulu.""Astaghfirullah, biar aku yang bicara nanti.""Sejak kapan ibu akan mendengar kata-katamu, Kak?" Aku tergelap sambil menggelengkan kepala sementara Ia hanya menghela nafas sambil mendecak kecil. Aku tahu bahwa dia sangat dimanjakan ibu tapi jika

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   suamiku lesu

    "Ah, aku mendengar Ibu, aku paham setiap makna kalimat yang ibu lontarkan.""Bicarakan hal itu kepada Erlin dan lain kali jangan membuat dia membantahku karena kau Aku tidak tahan Aku tidak akan segan-segan untuk menamparnya. Juga aku tidak mau mendengar dia memprotes apapun.""Iya Bu."Ah, hidup di antara lingkungan rumah Nyai hatima seperti hidup dalam penjara, banyak aturan dan tidak bisa bebas sekehendak hati. Sebenarnya aku juga penasaran, kami ini dianggapnya pembantu atau menantu. Kenapa terkadang perlakuan ibu begitu kasar dan sulit diterima oleh akal sehat, sulit diterima oleh hati nurani yang sudah terbiasa mendapatkan perlakuan lembut, tiba-tiba mendapatkan kekasaran Itu menyakitkan sekali."Pergilah!" Ucapnya sambil mengibaskan tangan di udara."Baiklah, Bu, Erlin sedang memasak makanan lain, sudah kutitipkan pesan padanya jika sudah selesai dia harus segera mengantarnya pada ibu.""Cepat sedikit, aku lapar!""Baik Ibu sabarlah sedikit!""Dari dulu hanya kau saja yang se

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   malah aku korbannya

    Usai menyapu bekas pecahan piring, kutemui keponakanku Erlin di dapur, ia tengah memotong daging dengan air mata yang masih membasahi kelopak matanya. Gadis itu terisak dengan kesedihan yang tak mampu ia sembunyikan.Aku paham, dia belumlah kuat mental sepertiku, dia masih baru di lingkungan ini dan mungkin latar belakang keluarganya yang lemah lembut membuat dia merasa sangat kaget ketika diperlakukan dengan keras. Ah, ibu mertua memang sangat tidak bijaksana."Sabar ya, semua akan membaik.""Tapi, kok Nenek bisa segitunya ....""Ah, sayang, nanti Nenek dengar, sebaiknya kau lanjutkan memasak, lihat tutorialnya di YouTube dan kau pasti bisa. Sementara bibi akan kembali ke rumah untuk menyiapkan makan siang.""Bi ... Aku butuh kehadiranmu untuk tetap di sini karena belakangan ini aku merasakan ketegangannya belum pernah ku alami sebelumnya." Wanita muda itu menahan lenganku dengan tatapan membalas dan aku bisa melihat jelas bahwa dia ketakutan dengan ibu mertua."Dengar Nak, sebenarny

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   mulai tahu

    Akhir bulan Syawal pun tiba, ferdi yang sudah tak sabar lagi untuk segera meminang kekasihnya akhirnya diluluskan keinginannya oleh ibu mertua untuk menikah lebih cepat, menikah sebelum musim penghujan dan sebelum orang orang akan repot dengan urusan pekerjaan dan kebun mereka.Seminggu setelah pernikahan, Ferdi memboyong sang istri Erlin untuk pindah ke lingkungan kami. Ke rumah induk tentunya, bersama dengan ibu mertua. Sebenarnya aku sudah ngeri membayangkan apa yang akan terjadi namun, aku mencoba berpikir positif dengan segala logika dan harapan terbaik, semoga ibu mertua bersikap baik pada cucu menantu.Hari-hari bergulir, kebiasaan dan adat rumah ini mulai terlihat, mantu mulai kaget dan heran akan pembagian kaku air yang harus dijatah setiap harinya. Setiap pagi, setiap kali aku mengantarkan jatah makanan dari gudang gadis itu akan mengernyit dan tidak paham tentang apa yang terjadi. dia selalu memasang wajah tak nyaman dengan sekeranjang makanan yang kini jadi tugasku untuk

  • Dijatah Seember Air Seusai Melahirkan   rumah induk

    Aku kembali dari rumah induk dengan perasaan hati yang sudah tidak menentu. Aku khawatir kejadian yang pernah kualami akan terulang pada gadis lain yang baru bergabung ke rumah ini.Namun Gadis itu adalah wanita kaya dan juga anak orang baik-baik, ibu mertua akan berpikir dua kali untuk menyakiti dan mengerjainya, jadi kurasa kekhawatiranku sama sekali tidak beralasan. "Tapi, bagaimana jika itu terjadi. Dia akan dijatah dengan makanan yang harus belajar ia cukupkan dan seember air setiap harinya? Apakah dia bisa?" Konon menjatah anak menantu dengan seember air adalah kebiasaan dari para tetua keluarga ibu mertua yang ingin membimbing menantu mereka untuk hidup disiplin dan pandai menjaga harta serta mengelola hidup.Aku tak mau mencampuri atau berkomentar miring tentang kebiasaan itu, semuanya adalah hak orang tua untuk melakukannya, tapi, pada posisi tertentu, misalnya, di saat melahirkan atau sakit rasanya seember air itu sangat tidak cukup. Sanggupkah nanti, calon istri Ferdi yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status