Share

Bab 15

Author: Mufid Pandri
last update Last Updated: 2025-10-16 19:04:40

Rama melangkah menuju pos satpam di dekat gerbang pabrik. Tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan Nadira yang lemah. Napas Nadira terengah, rambutnya sedikit berantakan, wajahnya tampak pucat dan langkahnya masih tidak seimbang. Nadira masih terkejut dengan kejadian barusan.

Satpam bernama Darto yang berjaga langsung berdiri, ketika melihat Rama masuk bersama karyawan pabrik.

"Mas Rama? Ada apa ini?" tanyanya khawatir.

"Boleh kami duduk di sini sebentar?"

"Boleh, boleh." Darto menarik kursi plastik yang bersandar di dinding.

Nadira duduk perlahan. "Terima kasih, Pak."

Rama menoleh pada Darto. "Pak, bisa tolong ambilkan segelas air hangat?"

"Bisa, Mas. Saya buatkan sebentar." Darto bergegas ke ruangan belakang tempat dispenser berada.

Pos satpam itu tidak besar, hanya sekitar tiga kali empat meter. Di dalamnya ada meja kayu panjang, beberapa alat komunikasi dan televisi kecil yang menampilkan kamera CCTV area pabrik.

Rama duduk di samping Nadira. "Tenang... Sekarang kamu aman. Me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 54

    Semua karyawan yang ada di kantin terdiam seketika, mengetahui siapa yang datang. Pria yang tengah dibicarakan saat ini.Rama berjalan mendekati meja yang di duduki Nadira dan teman-temannya. "Ada apa ini, rame banget?" Nadira tertunduk dan menggeleng pelan, berusaha menutupi matanya yang mulai berkaca. "Tidak ada apa-apa, Kak.""Ada yang fitnah Dira, Pak Rama." ucap Sinta pelan dengan nada sedikit gugup. Pandangannya tertuju pada karyawan dari divisi lain yang duduk di belakang Nadira.Rama menatap para karyawan itu, ekspresinya tetap tenang tapi ada ketegasan di matanya. "Apa ada yang ingin kalian ketahui tentang saya dan Dira? Kalau ada, kalian bisa tanyakan pada saya langsung. Tidak perlu berspekulasi hingga akhirnya menyebarkan fitnah." Karyawan dari divisi lain itu tersentak, mulutnya terbuka tapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka.Rama mengangkat alis tinggi, seolah memberi isyarat pada mereka "cepat katakan."Karyawan tersebut langsung menunduk, tidak ber

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 53

    Sesuai perintah Vino, yang tidak menerima bantahan, Nadira akhirnya tidak pernah lagi memesan ojek online.Pada pagi hari, sopir keluarga mengantarnya ke kantor. Dan sore harinya, ketika para karyawan mulai memenuhi lobby, selalu ada sosok Rama.Rama turun dari mobil, melambai santai ke arah Nadira sambil menyandarkan punggung di samping mobil. Sikapnya tampak natural, ramah, tidak terlihat seperti sebuah tugas dari atasan.Namun bagi karyawan yang ada di lobby, melihatnya seperti sebuah bahan cerita baru. Bagaimana tidak... Nadira yang biasanya keluar sambil merapatkan jaket dan langsung memesan ojek, kini berjalan santai ke arah pria yang terkenal sebagai sekretaris CEO.Bisik-bisik pun bermunculan."Eh, itu anak divisi administrasi umumkan?" bisik salah satu karyawan dari divisi marketing."Iya deh, dia pulang bareng Sekretaris Rama?" "Iya, setiap hari loh, kemarin aku juga lihat mereka pulang bareng.""Mereka kelihatan dekat banget, ya?"Oh, jadi karena itu dia pindah ke kantor

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 52

    Langit sudah mulai menjingga, cahayanya terlihat tipis di ujung gedung. Para karyawan mulai keluar satu persatu melalui lobby utama gedung Putra Corporation.Vino keluar dari lift langsung menuju ke tempat mobilnya terparkir. Saat keluar dari parkiran, mobilnya tiba-tiba berhenti, begitu dia melihat sosok yang sangat dia kenali, berdiri sambil memeluk tas dan memakai jaket tipis."Dira..." gumamnya pelan.Nadira menunduk sebentar sambil mengecek ponselnya. Lalu beberapa menit kemudian , sebuah motor berhenti di depannya. Pengendara ojek online menurunkan standar motornya, dan memanggil nama Nadira."Nadira ?" tanyanya sopan.Nadira mengangguk dan tersenyum sopan, lalu mendekat ke tukang ojek.Melihat pemandsangan itu, tanpa sadar Vino menggenggam setirnya lebih kuat. Seketika dadanya mengeras, dia tidak suka pemandangan itu, sama sekali tidak suka.Cara tukang ojek itu menatap Nadira, saat memastikan penumpangnya benar. Cara Nadira tersenyum kecil pada tukang ojek. Motor itu perlahan

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 51

    Vino duduk di kursinya cukup lama, menatap layar komputer yang sudah menyala namun tidak satu pun file laporan yang dia baca.Seluruh fokusnya tertarik kekejadian saat di lobby tadi. Nadira yang tampak santai tertawa dengan pria lain, tanpa sedikit pun terlihat beban karena kejadian tadi malam. Seperti memperlihatkan kalau hatinya merasa tidak nyaman dengan perlakuannya, sifat dinginnya yang mengabaikannya semalaman. Nadira tetap terlihat santai...Dia memijat pelipisnya berkali-kali. Tubuhnya terasa panas oleh perasaan yang sebelumnya selalu dia tepis. Cemburu... perasaan itu sudah lama dia rasakan namun dia menepis kuat-kuat. Sejak acara tahunan perusahaan, saat dia melihat Nadira mengobrol hangat dengan pria yang sama saat di lobby tadi.Karena menyadari perasaan itulah akhirnya Vino memilih sering ke luar kota dengan alasan mengurusi beberapa pabrik. Padahal dia hanya ingin menghindar.Ironis, memang... Dia yang membuat kesepakatan pernikahan tanpa berharap cinta darinya, tapi si

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 50

    Matahari sudah menembus sela tirai ruang kerja, yang membuat Vino membuka matanya pelan, dia mengerjap beberapa kali. Menggeliat pelan, lehernya terasa kaku, bahunya pegal, dan punggungnya protes karena semalaman dia tidur di sofa kecil yang pernah dirancang untuk tidur. Vino duduk perlahan, mengusap wajahnya. Napasnya masih terasa berat, seperti beban semalam masih menempel utuh di bahunya. Dan rasa bersalah yang menekan dadanya.Dia meraih ponsel di atas meja kerja, menyalakannya, lalu melihat jam, 07.15 pagi.Dia membuka pintu ruang kerja dengan tarikan pelan, seolah takut melihat apa yang menunggunya di luar.Biasanya jam segini Nadira masih berada di kamar, bersiap-siap. Kadang berdiri di depan cermin sambil memoles tipis wajahnya dengan bedak atau mengikat rambutnya. Kadang duduk di sofa sambil merapikan dan menyiapkan tas untuk bekerja. Rutinitas pagi Nadira yang selama ini dia anggap biasa.Dan pagi ini setelah pintu terbuka, segala rutinitas yang dia lihat selama ini, tiba-

  • Dijual Ayah, Dipinang Takdir   Bab 49

    POV VinoBegitu pintu ruang kerja tertutup di belakangnya, Vino menyandarkan punggung ke permukaan dinding. Napasnya tersengal, seperti habis lari marathon. Padahal dia cuma berjalan cepat dari ranjang ke dalam ruang kerjanya.Tangannya terangkat, menekan wajah dengan kuat.Dingin...Gemetar...Dan dadanya terasa sesak, terlalu penuh untuk menampung perasaan ini."Kenapa tadi aku mengucapkan itu? Kenapa aku malah pergi meninggalkan dia?" Vino mengumpat dalam hati, pelan tapi penuh penyesalan.Dia melangkah ke meja kerjanya dengan langkah kacau. Kursi kerjanya di tarik asal, tubuhnya didudukkan dengan berat. Dia menyalakan laptop, cahaya dari layar laptop memantul di wajah Vino yang masih dipenuhi gelisah. Dia tidak benar-benar melihat isi layar, matanya terpaku, tapi pikirannya melayang pada Nadira.File yang terbuka adalah laporan proyek, namun huruf-hurufnya terlihat seperti blok hitam yang tidak bisa dia pahami. Jari-jarinya mengetik satu baris, lalu berhenti...Hapus... Mengetik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status