Share

02. Sebuah Penawaran

Author: Dyowanti
last update Last Updated: 2023-12-19 22:02:19

"Bumi Cakrawala Suherman."

Karina kini duduk di single bed seraya memandangi kartu nama yang dia dapatkan dari pria asing tadi siang.

Awalnya, Karina tidak mengetahui siapa pria asing yang secara tiba-tiba mengajaknya untuk menikah itu.

Namun, setelah diberikan sebuah kartu nama dan ada logo perusahaan yang tertera di sana akhirnya Karina tahu bahwa Bumi adalah cucu satu-satunya pendiri production house dan agensi pertama di Indonesia, Jimmy Suherman dari The One Group.

Karina tentu saja terkejut bisa bertemu secara langsung dengan orang yang baru satu bulan dinobatkan sebagai 'CEO' di The One Group.

Pasalnya orang yang digadang-gadang menduduki kursi tertinggi itu sangat sulit dicari di berbagai media massa, seperti sedang menyembunyikan diri?

Tidak lama dia menurunkan kartu nama itu, lalu menghela napas panjang. Pikirannya melalang buana ke kejadian saat dia di kafe bersama Bumi.

"Kamu mungkin bertanya-tanya dengan ucapan saya di halte bus tadi," ucap Bumi kala itu saat keduanya duduk di salah satu kursi kafe.

Karina mengangguk pelan. "Ya, jujur aja saya kaget waktu Anda tiba-tiba ngajak saya nikah. Padahal kita gak pernah ketemu sebelumnya."

Bumi mengangguk mengerti, lalu menggeser sebuah kartu nama di atas meja pada Karina, dan diterima oleh perempuan itu.

Tanpa sadar Karina melotot. "The One Group?" gumamnya.

"Seperti yang tertera di kartu nama itu, saya wajah baru CEO The One Group," ungkap Bumi tegas.

"Saya ingin melakukan penawaran dengan kamu," tambahnya ketika Karina hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Mata Karina berkedip beberapa kali, lalu bertanya dengan kening yang berkerut, "Penawaran? Penawaran apa, ya, maksudnya?"

Bumi berdeham sekali lagi, "Begini, mungkin ini akan terdengar konyol di telinga kamu. Tapi, saya benar-benar butuh bantuan kamu."

"Kakek saya, Jimmy Suherman, menginginkan saya untuk menikah sebelum jatah hidup beliau di dunia habis. Maka dari itu, saya ingin mengajak kamu untuk bekerja sama dalam pernikahan kontrak selama satu tahun," paparnya.

Karina tidak langsung menjawab, tetapi ia memilih untuk meneliti wajah Bumi. "Anda mabuk, ya? Kenapa malah ngajak saya? Kenapa gak pacar Anda aja yang Anda ajak nikah?"

"Udah, ah, jangan ngawur. Mending saya pergi aja dari sini. Saya sibuk," imbuhnya seraya berdiri dari kursi.

"Saya tidak memiliki seorang pacar," cegah Bumi sebelum Karina melangkahkan kaki.

"Oh. Ya udah, Anda nyari yang lain aja, saya gak minat."

"Saya akan membantu kamu dalam mencapai impian kamu sebagai aktris terkenal." Bumi kembali mencegah kepergian Karina, dan itu membuahkan hasil karena perempuan itu kini berbalik menatapnya.

"Kamu sudah tahu, 'kan, kalau saya memegang jabatan sebagai CEO di The One Group? Mudah bagi saya untuk mengangkat karir kamu di bidang seni peran dalam waktu sekejap," tawarnya lebih jelas.

Karina kembali meneliti penampilan Bumi dari ujung rambut hingga ujung sepatu pantofel pria itu.

Dia bertanya-tanya bagaimana Bumi bisa tahu kalau dirinya sedang meraih mimpi sebagai aktris terkenal?

"Saya tahu apa yang kamu pikirkan tentang saya, tapi maaf saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, karena saya ada pertemuan dengan seorang klien. Jadi, untuk menghemat waktu kamu boleh memikirkan tawaran saya sebelumnya."

"Saya akan menagih jawaban kamu satu minggu dari sekarang. Saya, permisi," ucap Bumi lalu pergi.

Karina mendengkus kala kembali mengingat bagaimana cara pria itu pergi dari hadapannya ketika di kafe.

"Dasar manusia sombong. Dikira cuma dia doang yang sibuk? Gue juga kali," gerutunya.

Dia pun merebahkan tubuhnya di ranjang dan berusaha tidur.

"Saya akan membantu kamu dalam mencapai impian kamu sebagai aktris terkenal."

Sayangnya, ucapan Bumi mendadak terngiang di kepala Karina.

Penawaran tersebut terdengar menggiurkan. Namun, bukankah dirinya sama saja seperti orang-orang di luar sana yang memanfaatkan sebuah koneksi jika dia mengambil penawaran itu?

Karina menggaruk kepala. "Tau ah, pusing. Yang jelas gue gak akan nerima penawaran itu," lirih lalu tertidur.

*****

Sayangnya, Karina merasa ada dedemit yang mengikuti dirinya.

Sudah seminggu sejak gagalnya dia mendapat peran di film, lagi-lagi Karina harus gagal mendapatkan peran untuk sinetron yang akan tayang tiga bulan lagi.

Alasannya sama, ada artis pendatang baru yang memakai kata 'relasi' dari artis senior!

Menahan emosi, Karina menuju kost-an sahabatnya.

"Nyebelin!" omelnya begitu tiba.

"Yeiy kenapa, sih? Dateng-dateng langsung nyelonong ke kamar, terus tiduran di kasur eikeu. Terus sekarang ngomel-ngomel gak jelas lagi," tegur seorang pria bergaya kemayu yang tengah memegang kapas dengan jari kelingking diangkat.

"Gue kesel banget, Titi! Masa tadi gue udah effort banget buat mendalami karakter biar dipilih sama juri, eh tahu-tahu salah satu staf di sana ngomong ke gue gini, "Maaf, Mbak, untuk peran yang ini ternyata sudah di-booking". Ngomong gitu coba, Ti! Kan gue kesel. Buang-buang waktu tahu, gak?!"

Tiko Slamet yang sering dipanggil 'Titi' karena gayanya yang kemayu menghela napas. "Koneksi lagi?"

Karina mengangguk lesu. "Iya. Capek tahu, gak? Setiap ada kesempatan bagus di depan mata gue, eh malah ditikung sama orang yang katanya punya koneksi itu. Pokoknya sebel! Sebel! Sebel! Kapan karir gue naik, Titi?" pungkasnya, menahan isakan.

"Kalau kaya gini terus, gue kasian sama Mama yang udah percaya penuh ke gue. Gue ngerasa jadi anak gagal, karena gak bisa bahagiain Mama."

Melihat itu, Tiko buru-buru menghampiri Karina yang terisak. "Hush! Jangan ngomong gitu, Rina. Bukannya gak bisa, tapi belum. Nanti juga lo bakalan bikin Mama Rahma bahagia," imbuhnya menenangkan sahabatnya itu.

"Lagian gue malah mikir kalau Mama Rahma udah bahagia, karena dengan adanya lo di dunia Mama Rahma udah bahagia," imbuhnya yakin.

"Tapi--"

"Udah ah, jangan banyak tapi-tapian. Gue yakin karir lo bakalan sukses ke depannya, begitu pun dengan karir gue."

Karina menatap Tiko masih dengan sisa-sisa air mata dan mata merah, lalu merentangkan kedua tangan. "Titi! Gue beruntung banget bisa sahabatan sama lo," tukasnya seraya memeluk tubuh pria kemayu itu.

Tiko pun membalas pelukan Karina, "Gue juga beruntung banget bisa ketemu sama lo yang udah terima gue apa adanya, tanpa banyak nyinyir," sahutnya.

Karina kadang aneh dengan Tiko, di saat sedang serius pria kemayu itu akan mengeluarkan sisi pria yang hangat, dan saling mengerti.

Namun, di saat tidak terlalu serius akan kembali menjadi kemayu.

"Oh iya, yeiy udah baca berita hari ini belum?"

Nah kan, Tiko akan merubah vokal dan gayanya menjadi kemayu lagi. Walaupun begitu, Karina tetap merasa bersyukur bisa bertemu dengan seorang Tiko Slamet.

Diperhatikannya Tiko yang menggapai ponsel di atas nakas samping ranjang.

Setelahnya, membuka media sosial, dan menggulir beberapa laman berita online hingga menghentikan pada berita yang dimaksud. "Ini, coba yeiy baca."

Karina lantas menerima ponsel Tiko, lalu membaca judul berita yang tertera di sana.

[DIDUGA SEBAGAI WAJAH BARU THE ONE GROUP PRIA INI TERLIHAT SEDANG BERSAMA DENGAN SEORANG PEREMPUAN DI KAFE LIGHT OUT!]

Deg!

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   25. Canggung

    Karina duduk termenung di kursi meja makan. Namun, mulutnya tetap bergerak untuk mengunyah nasi goreng yang disiapkan oleh Rahma sebagai sarapan. "Jadi, dia udah bangun duluan?" gumamnya ketika mengingat ucapan Bumi ketika di kamar beberapa menit lalu. "Argh!" Karina mengusap rambutnya frustasi membayangkan dia yang nyaman tidur berada dalam pelukan Bumi. Sungguh, dia sangat malu. Bahkan saat Bumi mengatakan dia yang memeluk pria itu duluan, Karina segera bangkit dari duduknya lalu pergi dengan cepat meninggalkan Bumi seorang diri di kamar, mengabaikan rasa sakit di punggung. "Kutu sama ketombe kamu nanti jatuh ke nasi goreng." Karina sontak menghentikan gerakan tangannya pada rambut, lalu menegakan tubuh, dan membiarkan rambutnya berantakan ketika mendengar suara Bumi. Perempuan itu menatap horor pada Bumi yang kini telah duduk di hadapannya seraya meneguk teh hangat. "Kenapa lihatin saya kaya gitu? Kaya ketemu hantu saja kamu." Bumi berucap kembali dan membuat Karina

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   24. Minggu Pagi

    Karina semakin melesakkan kepalanya pada sesuatu yang membuatnya nyaman. Dan dia pun mengeratkan pelukan pada sesuatu yang dianggap sebagai guling. "Mama emang jagoan kalau milih guling. Gulingnya nyaman banget," gumamnya. Karina mengigau dalam tidurnya. Dia tidak tahu saja bahwa sesuatu yang dipeluk dengan nyaman itu adalah tubuh Bumi. Tidak berbeda jauh dengan Karina, Bumi pun mengeratkan pelukan pada tubuh Karina yang dia anggap guling. Dua orang itu masih terlena akan nyamannya tidur dan pelukan, serta belum ada niatan membuka mata untuk menyambut pagi hari yang cerah. Hingga kenyamanan itu harus terusik dengan seruan Rahma di luar kamar tidur Karina. "Rina, bangun! Udah siang. Rina!" "Lima menit lagi, Ma," balas Karina. Namun, tentu saja Rahma tidak mendengar balasan dari Karina karena putrinya itu membalasnya dengan suara lirih. "Rina, bangun!" seru Rahma lagi. Sedangkan di dalam kamar, Karina semakin melesakkan kepala pada dada bidang Bumi. Merasakan ada sesuatu yan

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   23. Dalam Pelukan

    Bumi dan Karina setuju untuk menginap di rumah Rahma karena keadaan di luar tidak memungkinkan mereka pulang. Maka, mau tak mau kedua orang yang selalu bertingkah seperti orang asing itu harus berada dalam satu ruangan. Setelah selesai membantu sang ibu untuk mencuci piring, kini Karina sudah berdiri di depan pintu kamar tidurnya. Dia merasa canggung hanya untuk masuk ke kamarnya sendiri. "Dia udah tidur belum, ya?" gumamnya. Lalu, Karina melihat jam yang digantung di dinding. "Masih jam 8. Pasti dia belum tidur," lanjutnya. Tidak ingin terlibat dalam suasana canggung saat bertemu Bumi di kamar, Karina lebih memilih kembali ke dapur, dan membuat coklat hangat untuk menemaninya nonton televisi di ruang tengah. Karina duduk di sofa yang berhadapan dengan televisi, lalu mencari saluran tayangan yang dia inginkan. Akhirnya Karina menjatuhkan pilihan tayangan pada salah satu saluran televisi yang menayangkan film fantasi, di mana film tersebut menceritakan tentang empat saudara ya

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   22. Sayur Sop

    "Nah, ayo Nak Bumi, di makan." Rahma telah selesai menyajikan semua menu makan malam, dan duduk di kursi meja makan bersama anak serta menantunya. "Kamu harus cobain sayur sop buatan Rina. Mama yakin kamu pasti langsung suka," tambahnya. Bumi mengangguk, dan tersenyum. "Iya, Ma, pasti saya cobain. Soalnya ini kali pertama saya makan masakannya Karina." "Loh, kamu emang gak pernah masakin makanan buat suami kamu di rumah, Rin?" tanya Rahma menatap Karina penuh tuntutan. Karina yang tengah mengambil nasi untuk diletakkan di piring harus terhenti sejenak. "Di rumah ada ART yang khusus buat masak, Ma," jawabnya. "Jadi, Rina gak--Rahma mencubit pinggang Karina yang berada di sampingnya, hingga membuat ucapan sang putri tidak selesai dan meringis. "Kamu ini, sesekali masakin makanan buat suami kamu apa susahnya?" "Aduh, Ma! Sakit ih.""Jangan kebiasaan pake jasa ART, Rina." Rahma kembali memberikan wejangan. Karina mengerucutkan bibirnya. "Tapi Rina lagi sibuk-sibuknya, Ma, jadi g

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   21. Dada Bidang

    Bumi menghela napas panjang, membuat dirinya lebih rileks. Sedangkan di balik dinding, kembali terdengar suara wajan yang beradu dengan spatula, menandakan Karina dan Rahma kembali memasak. Setelah dirasa lebih tenang, Bumi mengembuskan napas. Lalu, berjalan kembali ke depan pintu. Dia harus bertingkah layaknya orang yang baru sampai. "Assalamualaikum!" seru Bumi di depan pintu. Lalu, terdengar langkah seseorang dari arah dapur. "Wa'alaikumsalam," sahut Rahma yang menyambut kedatangan Bumi. Bumi menghampiri Rahma, lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. "Tadi gimana di sana, Nak?" Rahma menanyakan tentang para korban kecelakaan. "Semuanya sudah diperiksa. Kata dokter enggak ada luka serius, cuma lecet-lecet sama shock saja. Keluarga korban juga sudah datang ke rumah sakit," jawab Bumi. Rahma mengangguk. "Syukur alhamdulillah, enggak ada yang serius. Tadi waktu denger suara motor jatuh Mama panik banget, takut kenapa-kenapa sama mereka," ungkapnya. "Sekarang mere

  • Dikontrak Jadi Istri Tuan Presdir   20. Sebuah keinginan.

    Bumi berjalan di koridor rumah sakit dengan Pak RT dan dua warga. Mereka akan pulang setelah menunggu beberapa menit hingga keluarga korban sampai di rumah sakit. "Kamu ini menantunya Bu Rahma, ya?" tanya Pak RT setelah semuanya masuk dan duduk di mobil Bumi. Bumi menoleh ke arah Pak RT yang duduk di kursi penumpang bagian depan, seraya memasang sabuk pengaman. "Iya, Pak, saya menantunya Bu Rahma." Pak RT dan dua warga yang duduk di kursi belakang mengangguk. "Kamu cocok sama anaknya Bu Rahma, si Karina itu," celetuk salah satu warga di kursi belakang. "Iya, kamu sama Karina cocok. Soalnya sama-sama ganteng sama cantik," sambar satu warga lainnya. "Bener itu! Soalnya banyak yang bilang, katanya kalau laki-lakinya ganteng terus perempuannya cantik itu bakalan cocok." Pak RT ikut menimpali, dan membuat dua penumpang di belakang tertawa. Bumi terkekeh kecil dengan semua ucapan para penumpang mobilnya. Lalu, menggelengkan kepala, tidak terlalu percaya akan hal-hal tersebut. "Naman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status