"Menikahlah denganku." Karina pikir mungkin Bumi Cakrawala Suherman tengah tengah patah hati, hingga secara impulsif melamar wanita random yang ditemui. Namun, ketika mendengar penawaran yang menggiurkan dari CEO kaya itu membuat pertahanan Karina hampir goyah. Lantas, apa keputusan Karina? Mengapa juga dirinya yang dipilih dari sekian banyak wanita?
View More"Mm ... anu ... peran Mbak Karina yang sebelumnya dikasih sama produser terpaksa harus digantiin."
Karina Lavina yang sedari tadi menunduk membaca script film di ruang make up, sontak mengerutkan kening.Dia tidak paham akan ucapan perempuan yang diketahuinya merupakan salah satu staf produksi film terbarunya."Maksudnya gimana, ya, Mbak?""Peran sebagai Sita di film 'Ada Apa Denganmu?' yang sebelumnya dikasih ke Mbak Karina, terpaksa harus diganti sama talent yang lain. Ini kemauan dari produser film ini sendiri," tukas staf itu pada Karina.Seperti tersambar petir di siang bolong, tubuh Karina tiba-tiba menjadi kaku, tidak bisa digerakkan. Lalu, tidak lama kemudian Karina tertawa keras seraya memegang perutnya."Mbak, jangan suka bercanda kaya gitu, ah. Saya sampe ketawa keras tadi," ucap Karina setelah menghentikan tawanya.Sayangnya, staf perempuan tersebut justru menatap serius. "Saya serius."Deg!Tanpa mengatakan apa pun lagi, Karina pergi dari ruang make up dengan langkah lebar.Jelas, dia tidak terima dengan keputusan sepihak yang dilayangkan oleh sang produser.Sekitar lima meter dari Karina berada, produser film itu tampak tengah berbincang dengan seorang perempuan.Segera saja, Karina menghampiri pria paruh baya itu.Namun samar-samar, dia mendengar ucapan si perempuan pada si produser."Terima kasih banyak, ya, Pak Yana. Udah masukin saya ke projek film Bapak yang ini.""Malahan saya yang harusnya terima kasih sama kamu, Bel. Anggaran yang awalnya cuman sedikit bisa jadi gede, karena kamu gabung ke projek film saya yang ini. Oh iya, kabar Pak Hendrawan gimana? Sehat?""Kabar Ayah baik, kok, Pak.""Syukurlah. Nanti sampaikan rasa terima kasih saya ke Pak Hendrawan."Karina sontak menghentikan langkahnya ketika si produser menyebut nama tersebut.Pak Hendrawan adalah salah satu donatur yang rela menggelontorkan dana tinggi untuk pembuatan film si produser.Sekarang, dia tahu alasan dirinya diberhentikan mendadak seperti ini.Tangan Karina mengepal.Rasanya dia ingin mengamuk di depan wajah si produser dan memaki-makinya karena tidak profesional dalam bekerja.Namun, mengingat bahwa kemungkinan besar kelakuannya nanti akan berakibat fatal di masa depan, Karina mengurungkan keinginannya itu.Dia pun berbalik, kembali menuju ruang make up untuk mengambil tasnya, lalu meninggalkan kawasan yang akan dipakai sebagai lokasi pembuatan film.Memang benar apa kata orang, jika ingin berkerja di suatu tempat yang bergengsi kalian harus memiliki koneksi.Skill? Itu menjadi urutan terakhir, atau bisa saja diabaikan jika kamu beruntung.*****Karina duduk di kursi panjang halte bus yang sepi.Perempuan 28 tahu itu menatap kosong pada jalanan di depannya dengan pikiran yang semrawut.Kenapa hanya untuk meraih secuil kesuksesan terasa sangat sulit digapai?Walaupun hanya lulusan SMA, Karina selalu berusaha keras untuk menjadi aktris terkenal sejak muda.Dia tidak kenal lelah pergi dari casting satu ke casting lain supaya dapat menghidupi keluarganya. Terutama, sejak ayahnya meninggal.Sayangnya, Karina selalu mendapatkan peran kecil.Barulah setelah 10 tahun berkecimpung dalam dunia seni peran, Karina mendapatkan tawaran untuk berperan sebagai karakter pendukung pemeran utama yang diproduseri oleh Yana Siswanto, salah satu produser yang tengah naik daun dua tahun belakangan ini.Namun, baru saja mencecap sedikit rasa bahagia, dirinya harus terhempas begitu saja hanya karena status 'Orang Dalam'.Tanpa terasa satu bulir air mata meluncur tanpa hambatan di pipi putih Karina. Tidak lama terdengar isakan lirih yang keluar dari bibir perempuan itu.Isakan yang awalnya lirih, semakin lama semakin terdengar nyaring.Karina menangis, mengeluarkan beban yang telah ia simpan sejak keluar dari kawasan pembuatan film.Dia tidak memedulikan pengguna jalan yang menatapnya aneh, termasuk seorang pria yang baru saja bergabung di halte bus dengannya.Kalimat mendadak dari pria itulah yang membuat Karina tersadar dan tertegun."Menikahlah denganku, Karina Lavina.""Hah?"Sinting.Satu kata itulah yang sangat ingin sekali Karina ucapkan pada sosok pria yang tengah berdiri di depannya.Hanya orang sinting yang mau menerima ajakan tersebut. Namun, dia menahannya.Di dunia entertainment, reputasi adalah nomor satu.Jadi, diam-diam Karina meneliti wajah serta tubuh sosok pria asing di depannya ini.Tampak sempurna di mata perempuan yang mengidolakan boyband asal Korea Selatan.Namun, ada sesuatu yang mengusik Karina sedari tadi. Kenapa pria asing ini tahu nama aslinya?Dia yakin tidak pernah bertemu, dan berbincang santai dengan pria asing ini sebelumnya.Akibat dari rasa penasaran tersebut Karina mengajukan sebuah pertanyaan pada pria asing itu. "Maaf, apa kita sebelumnya pernah bertemu? Tadi saya dengar Anda memanggil nama saya. Padahal saya sangat yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya, apalagi berbincang.""Itu tidak penting," balas si pria asing dengan tatapan datar.Apa?Tidak penting?Astaga.Ingin sekali Karina mengamuk saat ini juga.Kenapa semua orang yang dia temui hari ini selalu menguji kesabarannya?Tidak si produser sialan itu, dan tidak juga si pria asing yang sok akrab dengannya ini.Dengan kesabaran yang masih tersisa, Karina berusaha untuk tersenyum formal. "Maaf, tapi itu sangat penting bagi saya."Pria asing itu melihat ke kanan, dan ke kiri.Melihat gelagat tidak nyaman dari si pria asing, diam-diam membuat Karina tersenyum puas.Terlihat dari gestur yang ditunjukkan oleh si pria asing, Karina bisa mengerti bahwa si pria asing itu tidak nyaman akan keramaian.Bosan menunggu respon dari si pria asing, Karina menyambar dan menyampirkan tasnya di bahu kanan. "Anda tidak mau menjawab? Ok, saya akan pergi seka--""Tunggu." Pria asing itu mencegah niatan Karina yang akan berdiri.Pria asing itu berdeham, "Saya selalu melihat kamu di beberapa sinetron dan beberapa film yang kamu mainkan."Bolehkan Karina merasa terharu sekarang? Karena ada orang yang mengingatnya dalam dunia seni peran."Oh begitu. Ok," sahut Karina singkat karena tidak tahu harus melakukan apa.Maka, beberapa saat kemudian Karina menghela napas sejenak, dan menyematkan senyum formal pada pria asing yang masih berdiri di depannya. "Maaf, tapi saya tidak tertarik dengan apa yang Anda ucapkan. Saya, permisi."Karina pun berdiri dan bergegas pergi dari halte dan pria asing tersebut.Namun, pria asing itu kembali menghentikan langkahnya dengan berkata, "Saya memiliki sesuatu yang kamu inginkan."Karina sontak berbalik. "Maksudnya?" tanyanya dengan kening yang berkerut.Pria asing itu berdeham sekali lagi, lalu menatap keadaan di sekitar halte bus. "Lebih baik kita pindah tempat. Saya tidak ingin ada orang lain yang ikut mendengar," tukasnya."Saya jamin apa yang saya ucapkan nanti, kamu akan mengerti maksud dari ajakan saya sebelumnya."Bersambung.Karina duduk termenung di kursi meja makan. Namun, mulutnya tetap bergerak untuk mengunyah nasi goreng yang disiapkan oleh Rahma sebagai sarapan. "Jadi, dia udah bangun duluan?" gumamnya ketika mengingat ucapan Bumi ketika di kamar beberapa menit lalu. "Argh!" Karina mengusap rambutnya frustasi membayangkan dia yang nyaman tidur berada dalam pelukan Bumi. Sungguh, dia sangat malu. Bahkan saat Bumi mengatakan dia yang memeluk pria itu duluan, Karina segera bangkit dari duduknya lalu pergi dengan cepat meninggalkan Bumi seorang diri di kamar, mengabaikan rasa sakit di punggung. "Kutu sama ketombe kamu nanti jatuh ke nasi goreng." Karina sontak menghentikan gerakan tangannya pada rambut, lalu menegakan tubuh, dan membiarkan rambutnya berantakan ketika mendengar suara Bumi. Perempuan itu menatap horor pada Bumi yang kini telah duduk di hadapannya seraya meneguk teh hangat. "Kenapa lihatin saya kaya gitu? Kaya ketemu hantu saja kamu." Bumi berucap kembali dan membuat Karina
Karina semakin melesakkan kepalanya pada sesuatu yang membuatnya nyaman. Dan dia pun mengeratkan pelukan pada sesuatu yang dianggap sebagai guling. "Mama emang jagoan kalau milih guling. Gulingnya nyaman banget," gumamnya. Karina mengigau dalam tidurnya. Dia tidak tahu saja bahwa sesuatu yang dipeluk dengan nyaman itu adalah tubuh Bumi. Tidak berbeda jauh dengan Karina, Bumi pun mengeratkan pelukan pada tubuh Karina yang dia anggap guling. Dua orang itu masih terlena akan nyamannya tidur dan pelukan, serta belum ada niatan membuka mata untuk menyambut pagi hari yang cerah. Hingga kenyamanan itu harus terusik dengan seruan Rahma di luar kamar tidur Karina. "Rina, bangun! Udah siang. Rina!" "Lima menit lagi, Ma," balas Karina. Namun, tentu saja Rahma tidak mendengar balasan dari Karina karena putrinya itu membalasnya dengan suara lirih. "Rina, bangun!" seru Rahma lagi. Sedangkan di dalam kamar, Karina semakin melesakkan kepala pada dada bidang Bumi. Merasakan ada sesuatu yan
Bumi dan Karina setuju untuk menginap di rumah Rahma karena keadaan di luar tidak memungkinkan mereka pulang. Maka, mau tak mau kedua orang yang selalu bertingkah seperti orang asing itu harus berada dalam satu ruangan. Setelah selesai membantu sang ibu untuk mencuci piring, kini Karina sudah berdiri di depan pintu kamar tidurnya. Dia merasa canggung hanya untuk masuk ke kamarnya sendiri. "Dia udah tidur belum, ya?" gumamnya. Lalu, Karina melihat jam yang digantung di dinding. "Masih jam 8. Pasti dia belum tidur," lanjutnya. Tidak ingin terlibat dalam suasana canggung saat bertemu Bumi di kamar, Karina lebih memilih kembali ke dapur, dan membuat coklat hangat untuk menemaninya nonton televisi di ruang tengah. Karina duduk di sofa yang berhadapan dengan televisi, lalu mencari saluran tayangan yang dia inginkan. Akhirnya Karina menjatuhkan pilihan tayangan pada salah satu saluran televisi yang menayangkan film fantasi, di mana film tersebut menceritakan tentang empat saudara ya
"Nah, ayo Nak Bumi, di makan." Rahma telah selesai menyajikan semua menu makan malam, dan duduk di kursi meja makan bersama anak serta menantunya. "Kamu harus cobain sayur sop buatan Rina. Mama yakin kamu pasti langsung suka," tambahnya. Bumi mengangguk, dan tersenyum. "Iya, Ma, pasti saya cobain. Soalnya ini kali pertama saya makan masakannya Karina." "Loh, kamu emang gak pernah masakin makanan buat suami kamu di rumah, Rin?" tanya Rahma menatap Karina penuh tuntutan. Karina yang tengah mengambil nasi untuk diletakkan di piring harus terhenti sejenak. "Di rumah ada ART yang khusus buat masak, Ma," jawabnya. "Jadi, Rina gak--Rahma mencubit pinggang Karina yang berada di sampingnya, hingga membuat ucapan sang putri tidak selesai dan meringis. "Kamu ini, sesekali masakin makanan buat suami kamu apa susahnya?" "Aduh, Ma! Sakit ih.""Jangan kebiasaan pake jasa ART, Rina." Rahma kembali memberikan wejangan. Karina mengerucutkan bibirnya. "Tapi Rina lagi sibuk-sibuknya, Ma, jadi g
Bumi menghela napas panjang, membuat dirinya lebih rileks. Sedangkan di balik dinding, kembali terdengar suara wajan yang beradu dengan spatula, menandakan Karina dan Rahma kembali memasak. Setelah dirasa lebih tenang, Bumi mengembuskan napas. Lalu, berjalan kembali ke depan pintu. Dia harus bertingkah layaknya orang yang baru sampai. "Assalamualaikum!" seru Bumi di depan pintu. Lalu, terdengar langkah seseorang dari arah dapur. "Wa'alaikumsalam," sahut Rahma yang menyambut kedatangan Bumi. Bumi menghampiri Rahma, lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. "Tadi gimana di sana, Nak?" Rahma menanyakan tentang para korban kecelakaan. "Semuanya sudah diperiksa. Kata dokter enggak ada luka serius, cuma lecet-lecet sama shock saja. Keluarga korban juga sudah datang ke rumah sakit," jawab Bumi. Rahma mengangguk. "Syukur alhamdulillah, enggak ada yang serius. Tadi waktu denger suara motor jatuh Mama panik banget, takut kenapa-kenapa sama mereka," ungkapnya. "Sekarang mere
Bumi berjalan di koridor rumah sakit dengan Pak RT dan dua warga. Mereka akan pulang setelah menunggu beberapa menit hingga keluarga korban sampai di rumah sakit. "Kamu ini menantunya Bu Rahma, ya?" tanya Pak RT setelah semuanya masuk dan duduk di mobil Bumi. Bumi menoleh ke arah Pak RT yang duduk di kursi penumpang bagian depan, seraya memasang sabuk pengaman. "Iya, Pak, saya menantunya Bu Rahma." Pak RT dan dua warga yang duduk di kursi belakang mengangguk. "Kamu cocok sama anaknya Bu Rahma, si Karina itu," celetuk salah satu warga di kursi belakang. "Iya, kamu sama Karina cocok. Soalnya sama-sama ganteng sama cantik," sambar satu warga lainnya. "Bener itu! Soalnya banyak yang bilang, katanya kalau laki-lakinya ganteng terus perempuannya cantik itu bakalan cocok." Pak RT ikut menimpali, dan membuat dua penumpang di belakang tertawa. Bumi terkekeh kecil dengan semua ucapan para penumpang mobilnya. Lalu, menggelengkan kepala, tidak terlalu percaya akan hal-hal tersebut. "Naman
Untuk mengisi kejenuhan dalam perjalanan menuju rumah ibunya, Karina menggunakannya dengan membaca beberapa komentar pada sebuah berita klarifikasi di laman web resmi The One Entertainment. Yang mana menyatakan bahwa berita tentang Rasyid dan Karina itu hanya berita palsu. Mereka terlihat bersama karena tengah membangun hubungan yang kuat untuk projek film yang keduanya bintangi. Karina cukup terpukau dengan kinerja staf The One Entertainment yang langsung bergerak cepat untuk membantah semua tuduhan tidak benar pada artis-artisnya. Tidak sedikit yang memberikan komentar positif, tetapi tidak sedikit pula yang memberikan komentar negatif. Kesal? Marah? Tentu saja Karina merasakan perasaan tersebut, tetapi karena sudah pernah mengalami hal tersebut Karina menanggapinya dengan biasa saja. Toh, berita tersebut tidak benar dan sudah diklarifikasi. Sedangkan di kursi kemudi, ada Bumi yang sesekali memerhatikan Karina.Dia tidak ingin menegur ataupun mengajak Karina untuk mengobrol se
Suasana canggung, dan tegang yang sempat Karina rasakan kini berganti menjadi sedikit lebih santai ketika Bumi bertanya dengan nada santai. "Hp kamu kenapa?" Nada suara Bumi terdengar biasa, tidak seperti tadi saat ada Rasyid dan Tika yang menggunakan suara wibawanya. Walaupun mereka jarang bertemu dan bercakap dalam waktu lama, tetapi Karina sudah hapal dengan kebiasaan pria di depannya ini jika hanya ada mereka berdua saja. "Maksud kamu apa, sih? Hp aku enggak kenapa-kenapa," balas Karina dengan mengerutkan kening. "Nih, lihat. Hp aku gak kenapa-kenapa, 'kan?" Dia memperlihatkan ponsel yang baik-baik saja pada Bumi. Bumi menatap ponsel Karina sekilas, lalu kembali menaruh atensinya pada wanita tersebut. "Terus, kenapa Mama enggak bisa hubungi kamu?" "Mama?" ulang Karina. "Mama siapa?" tanyanya dengan kening berkerut. Bumi mengangkat alis kanannya dengan pertanyaan Karina. Apa wanita di depannya ini sudah lupa dengan ibu kandungnya sendiri? Apa dia terlalu banyak memberik
Karina telah resmi menjadi artis di agensi milik Bumi, Happy Entertainment, sejak lima bulan lalu. Ya, pernikahan Bumi dan Karina sudah berjalan selama lima bulan lebih. Selama itu pula mereka masih hidup dalam urusan masing-masing. Selama Karina bergabung dengan Happy Entertainment, banyak projek yang menghampirinya. Seperti, iklan, film, drama series, dan sinetron stripping. Nama Karina Lavina pun semakin naik, dan selalu dicari di laman web internet. Tidak hanya nama Karina Lavina saja yang naik, tetapi nama Tiko Slamet pun ikut naik sebagai MUA pendatang baru yang keahliannya dapat diperhitungkan. Karena sejak Karina mulai menerima beberapa projek di dunia hiburan, dia selalu mengajak Tiko untuk menjadi MUA-nya, sekaligus memamerkan keahlian sang sahabat agar dilirik oleh MUA berpengalaman. Namun, kesuksesan yang baru saja Karina cicipi harus mengalami guncangan karena dia terseret dalam berita terpanas sebagai orang ke-3 dari sebuah hubungan rumah tangga orang lain. Karin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments