Share

Bab 4 

Author: Belinda
Anara mengamati situasi, lalu menyela di saat yang tepat, "Aldri, jangan nggak senang karena semua orang menjelek-jelekkan Kak Kyna. Mereka juga benar-benar peduli sama kamu. Coba pikir, kalian sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Kalaupun mereka ngomong sesuatu yang nggak sepantasnya, biarkan saja dan jangan dimasukkan ke hati!"

"Aku nggak marah." Aldrian menyimpan ponselnya dan melanjutkan, "Sudahlah, dia juga nggak bisa ke mana-mana. Ayo lanjut."

Bagaimanapun juga, selain berada di rumah selama lima tahun terakhir, Kyna tidak pernah pergi ke mana pun, juga tidak memiliki tempat yang bisa dikunjunginya.

William melirik Anara dan bergumam, "Memang Nara yang paling murah hati. Andaikan saja kalian berdua nggak putus waktu itu ...."

"Apa yang kamu bicarakan?" Anara memelototi William dan lanjut berkata, "Kamu nggak bisa jaga mulutmu! Asyik bicara omong kosong saja! Aldri sudah menikah. Nggak sepantasnya kamu ngomong begitu ...."

Kemudian, dia menatap Aldrian dengan mata penuh kesedihan dan menambahkan, "Aku kembali tanpa minta apa-apa. Asal kalian masih mau terima aku dan tetap temani aku, aku sudah puas ...."

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kamu akan selalu jadi kesayangan kami. Siapa pun yang berani menindasmu, kami nggak akan ampuni dia! Benar nggak, Aldri?" ujar William sambil menepuk dadanya dengan penuh keyakinan.

Aldrian tak banyak bicara, hanya menggoyangkan gelas anggurnya secara perlahan. Pemandangan ini terasa familier.

Bertahun-tahun yang lalu, Aldrian juga seperti ini. Dia suka melihat sekelompok temannya ini bergaul dengan Anara. Hanya ketika keadaannya menjadi tak terkendali dan mereka datang meminta pendapatnya, dia baru menegakkan "keadilan".

Berhubung ditanyai pendapat lagi saat ini, Aldrian pun tersenyum tipis dan menjawab, "Tentu saja."

...

Kyna tidak pulang ke rumah. Dia menetap di hotel yang telah dipesannya. Semua keluhan dan rasa sakit yang ditahannya langsung meledak begitu pintu kamar hotel tertutup. Bayangan William yang meniru langkah pincangnya terus berkelebat di depan matanya. Tawa orang-orang itu juga menggema di telinganya seperti kutukan.

Sebenarnya, Kyna sudah tahu sejak awal apa yang dibicarakan sahabat-sahabat Aldrian tentang dirinya di belakangnya. Akan tetapi, dia tidak pernah membahasnya dengan Aldrian.

Mereka adalah sahabat Aldrian selama bertahun-tahun, dia mengerti. Dia juga mengetahui kesulitan Aldrian bekerja di luar. Jadi, dia tidak ingin menimbulkan masalah bagi Aldrian, apalagi membuat Aldrian berselisih dengan sahabat-sahabatnya karena dirinya.

Dinilai dari keadaan sekarang, Kyna sepertinya sudah berpikir terlalu banyak. Bagaimana mungkin Aldrian bisa berselisih dengan sahabat-sahabatnya karena dirinya? Mereka telah berteman selama bertahun-tahun!

Siapa itu Kyna? Dia hanyalah orang yang terpaksa dinikahi Aldrian karena merasa bersalah dan demi membalas budi. Dia juga merupakan beban bagi Aldrian. Tanpa dirinya, hidup Aldrian akan lebih bahagia.

"Dia sudah pincang! Siapa yang masih menginginkannya kalau kamu nggak menikahinya?"

"Apa lagi yang bisa buat si pincang itu nggak puas setelah nikah sama orang seperti Aldri?"

"Kalau aku itu Aldri, lebih baik aku jadi pincang karena ditabrak mobil, daripada nikah sama orang pincang dan ditertawakan orang lain."

"Presdir perusahaan lain punya istri yang dihormati orang-orang, tapi Aldri bahkan nggak bisa bawa keluar istrinya."

...

Berbagai gosip yang didengar Kyna selama lima tahun terakhir membanjiri pikirannya seperti pusaran air yang bergejolak dan hendak menenggelamkannya. Dia tidak bisa bernapas, sedangkan hatinya terasa sangat sakit.

Dengan tangan gemetar, Kyna membuka album foto di ponselnya, yang tak berani dibukanya selama lima tahun terakhir. Album itu berisi rekaman latihan dan penampilannya selama kuliah. Berhubung tidak bisa lagi tampil di panggung, dia menyegel semua foto dan video menarinya dengan kata sandi, lalu tidak pernah membukanya lagi.

Pada saat ini, ujung jarinya yang gemetar tanpa sengaja menekan sebuah video.

Kyna berputar, bersalto, dan melakukan split di udara dengan mengikuti alunan musik. Pada saat itu, dia juga terlihat berseri-seri, lincah, dan bermandikan tepuk tangan meriah ....

Jadi, apakah menyelamatkan orang adalah sebuah kesalahan? Namun, bahkan saat menyelamatkan Aldrian, Kyna juga tidak pernah berpikir untuk menikahinya.

Aldrian yang mengatakan ingin menikahi Kyna, juga merencanakan lamaran yang megah. Pria itu berlutut di hadapannya dengan cincin berlian besar dan memberinya harapan ....

Dengan tangan gemetar, Kyna menonaktifkan ponselnya dengan susah payah. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, dia menangis tak terkendali di atas tempat tidur.

Kyna menangis sangat lama. Begitu lama hingga dia merasa lelah, hingga tak ada lagi air mata yang mengalir, hingga yang tersisa hanyalah rasa sakit di dadanya yang memberikan sensasi terbakar.

Namun, justru rasa sakit inilah yang memungkinkannya untuk menemukan sedikit kejernihan setelah terombang-ambing dalam pusaran yang menyesakkan ini. Makin sakit hatinya, makin jernih pula pikirannya.

Kyna pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya berkali-kali untuk menenangkan diri. Melihat bayangannya yang tak bernyawa di cermin, dia diam-diam berkata pada dirinya sendiri, "Kyna, nangis sekali saja sudah cukup. Nggak boleh nangis lagi. Sekarang, kamu cuma perlu makan dengan baik, istirahat cukup, lalu ujian yang baik besok."

Satu-satunya hal yang disyukuri Kyna adalah, selama lima tahun pernikahan yang panjang ini, dia mengisi waktu dengan belajar setiap hari. Bukan karena dia punya ambisi besar, melainkan karena dia punya begitu banyak waktu luang dan terlalu bosan.

Kegiatan Kyna hanya menunggu Aldrian pulang. Namun, Aldrian selalu pulang sangat larut. Awalnya, dia mengira Aldrian sibuk bekerja. Setelahnya, dia menyadari bahwa Aldrian hanya tidak ingin pulang terlalu cepat untuk menghadapinya.

Ini adalah sesuatu yang didengar Kyna sendiri. Saat itu, dia merasa kasihan pada Aldrian karena harus bekerja begitu keras. Dia pun memberanikan diri untuk memberi Aldrian perhatian dengan membuatkan makanan istimewa dan membawanya ke kantor. Namun, dia malah tak sengaja mendengar percakapan yang seharusnya tidak didengarnya.

Itu adalah percakapan Aldrian dengan teman masa kecilnya di dalam kantor. Temannya bertanya kenapa dia belum pulang juga. Di waktu selarut itu, sudah hampir tidak ada orang yang tinggal di perusahaan, tetapi sang presdir malah bekerja lembur.

Aldrian menjawab, "Aku nggak tahu harus gimana hadapi antusiasme Kyna setelah pulang."

Pada saat itu, Kyna yang naif tidak memahami maksud di balik kata-kata Aldrian. Akan tetapi, teman Aldrian itu langsung paham.

Dia pun berseru kaget, "Yang benar saja? Aldri, jangan bilang kalau kalian nggak pernah berhubungan intim?"

Aldrian tidak menjawab. Itu adalah fakta. Aldrian tidak pernah menyentuh Kyna. Dia pernah memberi kode, bahkan mengambil inisiatif tanpa malu. Namun, Aldrian selalu menolak dengan berbagai alasan. Contohnya, "kamu lagi nggak enak badan", atau "aku kecapekan akhir-akhir ini".

Kyna tidak bodoh. Secara perlahan, dia menyadari bahwa Aldrian hanya tidak ingin menyentuhnya karena tidak mencintainya. Namun, mendengar Aldrian mengatakannya secara pribadi membuat hatinya terasa seperti disayat pisau. Rasa sakit itu sangat luar biasa hingga dia nyaris tidak dapat bernapas.

Kemudian, teman itu bertanya lagi dengan setengah bercanda, "Aldri, apa tubuhmu sama sekali nggak bereaksi waktu melihatnya? Gimanapun, dia juga tergolong wanita yang sangat cantik."

Jawaban Aldrian seolah-olah adalah jarum yang tertancap sangat dalam di hati Kyna, dan menusuknya selama bertahun-tahun. Setiap kali memikirkannya, hatinya akan terasa sangat sakit.

Pada saat itu, Aldrian menjawab, "Aku sudah pernah coba untuk punya hubungan pernikahan yang normal dengannya. Tapi begitu melihat kakinya, aku ... aku langsung kehilangan minat."

Ternyata begitu ....

Di mata Aldrian, kaki Kyna yang terluka dan mengecil karena menyelamatkannya terlihat menjijikkan dan membuatnya kehilangan minat ....

Pada akhirnya, Kyna juga tidak mengetuk pintu kantor lagi. Dia membuang makanan yang disiapkannya ke tong sampah perusahaan. Sejak saat itu, dia tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan Aldrian lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 100 

    Ucapan itu tidak sepenuhnya salah ...."Aku cuma kasih kamu uang untuk ....""Apa bedanya?" Sebelum Kyna sempat mengatakan "untuk biaya tutormu", Aldrian sudah menyela. Kemudian, 10 ribu itu kembali ke sakunya. Ketika berjalan pergi melewati Kyna, Aldrian meninggalkan sebuah kalimat. "Aku belum merosot sampai ke tahap serendah itu!"Inilah yang Aldrian maksud dengan Kyna pernah menanyakan pelajaran kepadanya. Aldrian mungkin hanya mengingat samar hal itu, juga telah melupakan semua sebab dan akibatnya.Hanya Kyna yang ingat, di tahun-tahun yang membingungkan namun penuh tekad itu, mereka telah menyaksikan momen-momen paling memalukan satu sama lain. Namun, itu semua adalah kenangan masa muda yang suram. Jadi, memang sebaiknya dilupakan saja ...."Kyna ...." panggil Inggrid untuk membuyarkan lamunannya. "Kamu .... Apa dia tahu?" tanya Inggrid dengan suara rendah.Kyna melirik punggung Aldrian yang sedang memasak di dapur, lalu menggeleng pelan, dan berbisik, "Nenek, aku belum mau ka

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 99

    Kyna pun tercengang. Dia tidak tahu situasi keluarga Aldrian ternyata seperti ini.Aldrian sangat keras kepala dan tidak mengambil uang itu.Kyna mendengarnya berkata dengan dingin, "Nggak usah. Mulai sekarang, aku nggak akan pernah terima uangmu lagi!" Kemudian, Aldrian pun berbalik untuk pergi.Orang di dalam mobil itu keluar dan mengejarnya. "Oke. Kalau hebat, jangan pernah pulang untuk minta uang! Aku mau tahu gimana kamu bisa bertahan hidup!" Sinar dari matahari terbenam hari itu sangat cerah. Dengan bermandikan cahaya keemasan, Aldrian tertawa menantang dan menyahut tanpa menoleh, "Jangan khawatir. Meski dipelihara sugar mommy, aku juga nggak akan pulang ke rumahmu!" Omongan seperti apa itu! Kyna yang masih adalah seorang murid SMA pun sepenuhnya tercengang. Namun, dia juga sudah sering mendengar kata-kata seperti itu. Ketika memarahinya, Amelia juga sering berkata bahwa membesarkannya hanya membuang-buang uang. Amelia bahkan menyuruhnya untuk menjual diri ....Setiap kali Ame

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 98 

    Aldrian bisa memasak, tetapi itu tidak berarti dia bisa memasak di luar ruangan. Menyalakan api merupakan rintangan terbesarnya. Dia berjuang mati-matian, hingga wajahnya hitam dan kotor. Akan tetapi, dia tetap tidak berhasil menyalakan api. Di sisi lain, Kyna berbeda. Semasa kecil, dia selalu kembali ke desa saat liburan. Dia pernah membuat api unggun, memanjat pohon, dan mengumpulkan telur burung bersama anak-anak lain. Sebagai seseorang dari kelompok kelas sebelah, dia tidak tega melihat Aldrian lanjut berkutat sendiri. Dia pun mengosongkan tungku itu, lalu mulai menyalakan api.Melihat api yang berkobar, Aldrian tertegun sejenak. Mungkin menyadari penampilannya yang berantakan, dia bahkan tidak berterima kasih pada Kyna. Namun, setelah itu, dia tidak bertemu kesulitan lagi. Dinilai dari penampilannya saat memasak, dia terlihat seperti orang yang melakukan pekerjaan rumah.Itulah satu-satunya momen Kyna pernah makan masakan Aldrian. Orang-orang dari kelompok Aldrian tergolong cuku

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 97

    "Oke." Aldrian terdengar cukup senang. Suasana hatinya yang bagus ini tetap bertahan hingga mereka tiba di rumah Inggrid.Pada saat ini, Inggrid sedang menyiapkan makan siang. Di atas meja, ada semangkuk bubur, sepiring acar, dan sepiring sayuran hijau. Melihat Kyna dan Aldrian datang, dia merasa terkejut sekaligus sedikit malu, lalu segera membersihkan mangkuk itu."Kenapa kalian datang di jam segini? Sudah makan? Aku akan pergi masak!" Kyna menatap hidangan sederhana di atas meja. Itu sama sekali tak bisa dibandingkan dengan makanan mewah yang selalu disiapkan Inggrid setiap kali dia datang. "Nenek, kenapa kamu cuma makan ini?" Inggrid segera menyimpan bubur dan acar itu. "Ini sisa sarapan pagi ini. Kan sayang kalau dibuang. Jadi, aku lanjut makan siang ini. Aku biasanya nggak makan seperti ini." Kyna tidak percaya. Dia menatap neneknya dengan tampang cemberut."Sudah, jangan cemberut lagi. Nenek akan masakkan sesuatu yang lezat. Tunggu sebentar, ya!"Seusai berbicara, Inggrid mem

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 96

    "Benar, Bu. Ini rumah yang lokasinya paling strategis di area ini. Selain itu, rumah ini juga tepat di tepi danau. Saat cuaca hangat, akan ada angsa yang terbang kemari. Pemandangannya sangat indah," tambah agen penjual itu.Aldrian menuntun Kyna ke teras supaya dia bisa menikmati pemandangan dari rumah.Udara dari danau yang berkabut menerpa Kyna. Dia menarik napas dalam-dalam. Udaranya dipenuhi aroma pepohonan dan rerumputan yang menyenangkan."Gimana? Suka nggak?" tanya Aldrian sambil menggenggam tangan Kyna.Kyna menunduk dan melirik tangannya yang bertautan dengan tangan Aldrian. Baiklah, berhubung rumah ini sangat sesuai dengan seleranya, dia akan bersabar!Kyna pun mengangguk.Aldrian makin puas dan berujar, "Aku juga rasa rumah ini lumayan bagus. Setelah renovasinya selesai, kita juga bisa pindah kemari kalau mau. Soal pernikahan Robert ... kita lihat saja nanti." Kyna berdiri di teras sambil berpikir bagaimana dia bisa membagi halaman di lantai dasar untuk dijadikan tempat be

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 95

    Aldrian kembali mengendarai mobilnya, tetapi dia tetap tidak menuju ke rumah nenek.“Aku bawa kamu lihat rumah,” ucap Aldrian dengan nada rendah. “Semalam aku bawa kartu identitasmu juga karena beli rumah buat kamu.”Kening Kyna berkerut. “Beli rumah?”“Bukannya orang tuamu mau beli rumah nikah untuk Robert?” ucap Aldrian.“Apa mereka mencarimu lagi?” tanya Kyna dengan hati-hati.Aldrian tidak berbicara. Diam berarti mengiakan.“Masalah kapan? Kenapa aku nggak tahu?”Aldrian melirik Kyna sekilas, malah terlihat senyuman di dalam tatapannya. “Kamu begitu galak. Apa mungkin mereka berani kasih tahu kamu?”Kyna tidak tahu kenapa Aldrian bisa menunjukkan ekspresi tersenyum seperti ini. Hanya saja, Kyna merasa marah. Anggota keluarganya selalu menjadi beban hidupnya saja! Alhasil, selamanya Kyna tidak bisa mengangkat kepalanya di hadapan Aldrian!“Aldrian, bisa nggak kamu jangan kasih rumah terus? Biasanya orang lain cuma kasih uang, kenapa kamu malah kasih rumah? Langsung dikasih begitu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status