Dimadu Adik Sepupu Suamiku

Dimadu Adik Sepupu Suamiku

last updateLast Updated : 2025-04-22
By:  NovisiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
109Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Cempaka membenci Danendra yang dianggap sebagai pembunuh mendiang suaminya. Namun, kebencian Cempaka harus ditahan kala hanya adik sepupu dari suaminya itu saja yang dapat membantu perawatan intensif anak keduanya yang sakit parah. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Terlebih .. kala Danendra ternyata memberinya syarat pernikahan padahal hati pria itu sepertinya masih terikat pada istri yang sudah meninggalkannya. Akankah pernikahan itu berlanjut atau berakhir seumur jagung?

View More

Chapter 1

001

"Lebih baik kamu yang mati, bukan suamiku!" teriak Cempaka sembari menunjuk wajah Danendra Pati yang datang memohon maaf usai peristiwa kecelakaan tunggal yang menewaskan suami Cempaka setahun silam.

Hati Cempaka masih berselimut duka. Suami tercintanya tewas di tempat meninggalkan Cempaka dan dua orang anak.

"Tenangkan diri kamu, Cempaka," ujar Cakrawati, ibu kandung Cempaka, seraya mendekap putrinya yang kembali terpukul begitu bertemu Danendra.

"Dia yang membunuh Bang Haris, Bu. Usir dia dari sini!" jerit Cempaka.

Cakrawati meringis melihat kemarahan Cempaka pada sepupu kandung Haris.

"Sudah, Nak, tenangkan diri. Ini sudah takdir, tidak ada manusia yang bisa mengelak dari kematian." Cakrawati menarik perlahan tubuh Cempaka untuk menjauh dari Danendra.

Ia membantu Cempaka duduk di kursi kayu rumah mereka.

"Danendra kemari dengan niat baik, Cempaka," lanjut Cakrawati memandang sedih putri sematawayangnya.

"Tidak, Bu. Kita tidak perlu terima uang dari dia. Nyawa Bang Haris tidak bisa digantikan dengan uang," sanggah Cempaka Kanaya.

Danendra pura-pura memperbaiki pakaian warna gelap yang dikenakan. Ia tidak enak mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Cempaka.

Sepulang dari rumah sakit tempatnya bekerja, ia menyempatkan diri mengunjungi Cempaka dan dua orang keponakannya.

Cakrawati bimbang dengan sikap Cempaka yang masih memusuhi Danendra setelah setahun kejadian pahit itu terjadi.

"Saya mengerti, Bu. Cempaka tidak perlu dipaksa. Saya senang mengunjungi Saras dan adiknya, Bima. Mereka sehat." Danendra mengulum senyum pada Cakrawati.

Semakin lama melihat Danendra, hati Cempaka terasa sesak lantas ia berdiri lalu melangkah ke kamar di lantai atas.

"Maafkan Cempaka, ya, Nak. Dia masih terpukul karena kehilangan Haris."

Danendra sangat memahami bagaimana hancurnya Cempaka usai kejadian itu. Ia juga tahu betapa Cempaka mencintai Haris dan sebaliknya.

"Tolong diterima uang ini, Bu, untuk Saras dan Bima. Juga buat Ibu."

Cakrawati menerima amplop yang diserahkan oleh Haris. Ia pun terpaksa melakukan hal itu lantaran desakan ekonomi.

Di umur kepala lima, Cakrawati hanya bisa berdagang kecil-kecilan di rumah. Sementara itu, Cakrawati berjualan makanan ringan ke sekolah-sekolah.

Sebelumnya, Harislah yang memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Haris  berasal dari keluarga ekonomi menengah, tidak seperti Danendra yang sejak lahir segala kebutuhan terpenuhi lantaran orang tuanya berada.

"Bang Haris banyak berjasa buat saya di masa lalu, sampai di hari kecelakaan Bang Haris, kami pergi bersama lantaran membantu saya."

Cakrawati telah mendengar alasan mengapa Haris bisa bersama Danendra di malam mereka terlibat kecelakaan tunggal dari Cempaka.

"Apa Nak Dane tidak makam malam di sini dulu?" tanya Cakrawati melihat Danendra bersiap meninggalkan rumah kontrakan sederhana yang dihuni Cakrawati sekeluarga.

Sebenarnya, Danendra ingin, akan tetapi menyaksikan kondisi Cempaka yang histeris melihat dirinya, maka Danendra menolak.

"Lain waktu datang lagi, ya, Nak. Saras dan Bima senang kalau Nak Dane datang," ulas Cakrawati. "Ibu panggil dulu mereka di atas."

"Tidak usah, Bu. Mereka lagi belajar, besok sekolah. Salam sama ponakan saya saja, ya, Bu," pamit Danendra.

Usai kepergian Danendra, Cakrawati masuk ke dalam kamar Cempaka. Kamar itu tanpa penerangan, terdengar suara napas berat khas orang habis menangis.

Cakrawati menyalakan lampu lalu mendekati Cempaka yang rebahan dengan posisi menelungkup.

"Cempaka, ibu paham perasaan kamu masih kehilangan Haris. Namun, kamu harus pulih dari rasa kehilangan. Lihat Saras dan Bima masih memerlukan ibu yang bahagia."

Cempaka membalik tubuh menghadap Cakrawati lalu memeluk ibu yang selalu menerimanya dengan sepenuh hati.

"Tapi, hati ini masih sulit memaafkan Danendra, Bu. Dia meminta ditemani Bang Haris untuk menjumpai istrinya, malamnya Bang Haris kelelahan dan mengantuk saat berkendara pulang, jadilah Bang Haris korban," ingat Cempaka pada peristiwa buruk yang menimpa suaminya.

"Umur hanya Tuhan yang tahu, Danendra juga tidak mau terjadi kecelakaan itu, Nak." Cakrawati tidak ingin putri semata wayangnya membenci Danendra seumur hidup.

"Sayang saja, dia tidak dipenjara, kita tidak punya kuasa untuk meraih keadilan."

"Hus! Kamu tidak boleh bilang begitu. Nanti Saras dan Bima dengar, mereka mengira kalau Danendra membunuh ayah mereka," tegur Cakrawati dengan nada berbisik.

"Tapi, faktanya memang begitu, Bu." Cempaka bersikeras dengan pendapatnya sendiri.

Cakrawati menggeleng-geleng menyaksikan betapa berat Cempaka memaafkan Danendra.

"Ibu mendoakan yang terbaik buat pemulihan diri kamu. Akan tetapi, ibu ingin mengingatkan agar kamu jangan dibelenggu kebencian. Ibu tahu menjalani hari-hari menjadi berat tanpa hadirnya Haris."

Cakrawati mengusap lengan Cempaka untuk menguatkan putrinya.

"Ibu sayang pada kamu."

Cempaka memeluk ibunya dengan  erat.

"Aku juga sayang ibu," lirih Cempaka. "Maafin aku, sulit mengontrol emosi, Bu."

Danendra menyentuh bahunya yang sempat cidera usai kecelakaan tunggal yang merenggut nyawa kakak sepupunya. Dari cermin kamarnya ia melihat ada keloid luka di sana.

Ia sempat tidak mampu menggerakkan lengan lantaran patah dengan luka terbuka, tetapi keadaan semakin membaik sehingga ia bisa kembali bekerja.

Namun, ia prihatin dengan kehidupan Cempaka bersama keluarga paska berpulangnya Haris.

Setahun ini ia mengirimkan uang tunai ke rumah kontrakan Cempaka melalui orang suruhan, tetapi selalu ditolak.

Termasuk kedatangannya hari ini berujung penolakan dan sikap benci Cempaka.

Ponsel Danendra berdering di atas meja. Langsung Danendra menjawab panggilan dari seseorang yang akan memberi informasi penting.

"Pak, posisi Ibu Natali sudah ditemukan."

Danendra senang mendengarnya, semenjak kecelakaan terjadi, istrinya itu tidak pernah datang berkunjung, sementara hati Danendra selalu rindu berharap bertemu dengan Natali Mangkuradja.

"Di mana?"

"Semalam baru mendarat dari Singapura. Ibu Natali menginap di sebuah apartemen, ia bersama seorang pria, Pak."

Bagai mendengar bunyi guntur, Danendra terkejut sekaligus kecewa.

"Berikan saya alamatnya."

Danendra gerak cepat mendatangi apartemen yang tidak begitu jauh dari kediamannya di Jakarta Selatan. Ia tidak bisa masuk lantaran tidak memiliki akses masuk.

Menunggu beberapa lama di lobi apartemen, akhirnya yang ditunggu turun dari unit. Natali seorang diri dengan gaun malam yang melekat indah di tubuh sintalnya.

Natali berjalan menuju parkiran kendaraan roda empat dengan anggun. Mendadak seseorang menghentikan langkahnya.

"Nata, masih ingat aku?"

Membelalak manik Natali melihat Danendra berdiri tepat di hadapannya.

"Ka... kamu, tahu dari mana aku di sini?"

"Setahun menghilang, kamu tambah cantik Natali," puji Danendra yang tidak memberi pengaruh apa pun pada Natali.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Natali dengan nada menantang.

"Mengunjungi istriku."

Natali tertawa mencemooh.

"Sejak setahun lalu aku telah mengatakan tidak ingin lagi menjadi istri kamu!" Jarinya menunjuk Danendra.

"Kita masih suami istri yang sah," bantah Danendra.

"Aku telah menikah lagi dengan orang yang lebih baik dari kamu! Dengan orang yang tidak hanya mementingkan pekerjaan dan keluarga sendiri dan mengabaikan aku," ungkap Natali terus terang tanpa sungkan.

"Saat ini aku akan memerhatikan kamu, yang lalu biarlah sudah terjadi."

Natali kembali tertawa sumbang.

"Urus perceraian kita, hidup dengan cara kamu sendiri. Aku sudah tinggal bahagia bersama orang lain."

Kesepuluh jemari Danendra mengepal erat, geram dengan ucapan Natali yang merendahkan pernikahan dan harga diri Danendra.

"Ku harap kamu berubah pikiran. Hubungi aku dua hari lagi --"

"Tidak!" jerit Natali. "Aku ingin bercerai," lanjutnya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
zarinaina8898
semangat thor updatenya
2025-01-21 14:40:09
2
user avatar
Michellyn Ling
up lagi thor, jgn lama2. semangat
2024-06-24 10:33:39
1
default avatar
nzahirah097
semangat thor updatenya ......
2024-06-15 11:35:28
1
user avatar
Michellyn Ling
bagus ceritanya
2024-06-13 20:23:32
1
109 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status