Share

Are You Oke?

Penulis: AD07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 08:09:11

Dan bukan Jelita namanya kalau tidak memiliki cara untuk mencuri perhatian. Sejak Lura turun dari panggung dan berjalan menyusuri jalur di antara meja tamu undangan, Jelita merencanakan sesuatu di kepalanya. Ia tahu, ia tidak akan mampu menandingi kemegahan gaun Lura, tidak bisa menandingi aura yang terpancar dari genggaman tangan Khailas. Tapi ia punya satu kartu, satu hal yang mungkin bisa mengguncang suasana. Panggilan itu. Panggilan yang selama ini enggan ia akui di depan publik.

Tepat ketika Lura hampir melewatinya, Jelita meraih napas panjang. Dengan suara lirih yang sengaja dibuat sendu, seolah membawa luka yang dalam, ia berkata, “Kakak…”

Satu kata itu bagai pecahan kaca yang jatuh di lantai marmer. Semua percakapan berhenti. Beberapa tamu undangan langsung menoleh, penasaran. Kamera media eksklusif yang biasanya hanya berfokus pada momen-momen formal kini terarah padanya. Kakak? Panggilan itu terdengar terlalu intim, terlalu pribadi, untuk sebuah pesta sebesar ini. Dan Jelita
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
SAKURA
mantap Allura...Danu gimana itu , bukannya dia di sampingnya Jelita?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Kontrak   Tetap Menjadi Pusat dari Dunianya

    Lorong menuju ruang operasi super VVIP itu sunyi, hanya terdengar langkah sepatu dan dengungan rendah mesin pendingin ruangan. Aroma antiseptik begitu kental, menusuk hidung setiap orang yang melewatinya. Di depan pintu besar berlapis kaca buram, dua petugas keamanan DGroup berdiri tegak, wajah tanpa ekspresi, seakan memberi peringatan tak tertulis bahwa tak semua orang boleh lewat.Begitu Khailas dan Lura tiba, pintu otomatis terbuka, mengungkap ruang tunggu eksklusif dengan interior modern dan pencahayaan hangat. Tidak ada kursi plastik biasa di sini, semuanya sofa kulit mewah dengan meja kopi marmer dan dispenser minuman yang berdiri senyap di sudut ruangan.Di sisi kiri, layar kaca raksasa menampilkan siaran langsung dari ruang operasi. Gambar bersih, jernih, tanpa suara. Irene terbaring di meja operasi, tubuhnya tertutup kain steril, hanya bagian dada ke atas yang terlihat. Beberapa dokter dengan seragam hijau bergerak cepat, tangan mereka cekatan namun penuh kehati-hatian. Angka

  • Dimanja Suami Kontrak   Ikuti Irama Nafasku

    Lura dapat membaca jelas dari sorot mata dan nada suara Jelita perempuan itu sudah kehilangan seluruh kendali atas dirinya. Tatapannya liar, nafasnya pendek-pendek, dan setiap kata yang keluar seperti ledakan yang tak lagi disaring oleh logika. Dengan insting yang dudah terlatih menghadapi situasi tak menentu, Lura menggeser langkahnya ke belakang, memberi jarak aman di antara mereka. Lorong sepi itu menjadi arena tegang, hanya diisi gema langkah Lura yang pelan dan terukur.Dengan suara yang datar namun mengandung ketegasan, ia berkata,“Kau tidak bisa menyalahkanku atas kehidupan yang kita jalani, Jelita. Aku tidak pernah meminta terlahir di keluarga yang kau idamkan itu. Aku tidak pernah memohon untuk mendapatkan semua yang kau pikir aku miliki.”Lura menahan napas sejenak, matanya tak bergeming dari wajah adik tirinya itu. “Dan asal kau tahu,” lanjutnya dengan nada lebih berat, “hidupku juga tidak sebahagia yang kau pikirkan. Aku punya luka yang tak seorangpun tahu, luka yang kut

  • Dimanja Suami Kontrak   Harus… Mati!

    Khailas menatap Danu tanpa berkedip. Tatapan itu dingin, begitu dingin hingga menusuk sampai ke tulang. Bukan tatapan sekadar marah atau jijik, ini adalah tatapan yang seolah mengupas habis harga diri seseorang, meninggalkannya telanjang tanpa sisa. Dan Danu tahu, sepanjang hidupnya, ia belum pernah mendapatkan tatapan seperti ini. Tatapan yang mengandung hinaan begitu pekat, tak mampu ia deskripsikan dengan kata-kata… dan terlebih lagi, itu datang dari seorang Khailas Danadyaksa, pria yang berdiri di puncak kekuasaan, yang tidak perlu berteriak untuk membuat lawannya runtuh.Khailas mengangkat gelas anggurnya setinggi dada, memutarnya perlahan, seolah memberi waktu pada Danu untuk menelan rasa malu itu. Lalu suaranya terdengar, rendah, namun memotong udara seperti bilah pisau.“Untuk istriku… jangan waktu, nyawa pun akan kuberikan. Waktuku miliknya. Siapapun yang membuatnya tersinggung…” ia menatap tepat ke mata Danu, “akan menemui kehancuran.”Kata-kata itu tidak disertai ancaman fi

  • Dimanja Suami Kontrak   Bagaimana rasanya… Jatuh?

    Irene kembali duduk di kursinya, posturnya tetap tegak, menjaga wibawa di tengah gemuruh emosi yang berkecamuk di dalam. Tangannya menggenggam halus taplak meja, matanya mengikuti langkah Khailas dan Lura yang perlahan menjauh, dikelilingi oleh lingkaran kekaguman yang seolah tidak terputus. Tak satupun tamu di ruangan itu bisa mengalihkan pandangan dari mereka. Dan Irene pun, meski menyadari kenyataan yang telah berlangsung, tidak bisa memaksa dirinya untuk tidak menatap punggung pria yang ia perjuangkan dalam diam.Sebuah tangan menyentuh pundaknya dengan tenang. Kakak laki-lakinya, pria dengan wajah tegas dan mata yang penuh pengertian, mencondongkan tubuh sedikit, memberi isyarat bahwa ia ada di sana, selalu ada, bahkan ketika Irene tidak meminta.Irene menoleh, lalu tersenyum kecil. Senyum itu bukan senyum kemenangan, bukan pula senyum penuh luka. Hanya semacam tanda bahwa ia masih bisa bernafas, masih bisa berdiri, meski dalam hati ada bagian yang runtuh perlahan. Ia mengangguk

  • Dimanja Suami Kontrak   Are You Oke?

    Dan bukan Jelita namanya kalau tidak memiliki cara untuk mencuri perhatian. Sejak Lura turun dari panggung dan berjalan menyusuri jalur di antara meja tamu undangan, Jelita merencanakan sesuatu di kepalanya. Ia tahu, ia tidak akan mampu menandingi kemegahan gaun Lura, tidak bisa menandingi aura yang terpancar dari genggaman tangan Khailas. Tapi ia punya satu kartu, satu hal yang mungkin bisa mengguncang suasana. Panggilan itu. Panggilan yang selama ini enggan ia akui di depan publik.Tepat ketika Lura hampir melewatinya, Jelita meraih napas panjang. Dengan suara lirih yang sengaja dibuat sendu, seolah membawa luka yang dalam, ia berkata, “Kakak…”Satu kata itu bagai pecahan kaca yang jatuh di lantai marmer. Semua percakapan berhenti. Beberapa tamu undangan langsung menoleh, penasaran. Kamera media eksklusif yang biasanya hanya berfokus pada momen-momen formal kini terarah padanya. Kakak? Panggilan itu terdengar terlalu intim, terlalu pribadi, untuk sebuah pesta sebesar ini. Dan Jelita

  • Dimanja Suami Kontrak   Menyentuh Wanitaku

    Riuh tepuk tangan menggemuruh memenuhi ballroom, mengalun seperti gelombang yang menabrak dinding-dinding megah berlapis emas. Para tamu bangkit dari tempat duduk, berdiri memberi penghormatan bukan hanya pada sang penguasa DGroup, tapi juga pada wanita yang baru saja diperkenalkan sebagai Nyonya Danadyaksa—wanita yang selama ini disembunyikan rapat-rapat dari mata dunia.Khailas menunduk singkat kepada para tamu undangan, sebagai bentuk sapaan formal, lalu dengan tenang meraih tangan Lura. Genggaman itu bukan sembarang genggaman. Ia tidak sekadar menggandeng, ia mengawal, memimpin, dan menegaskan bahwa wanita di sampingnya adalah milik sahnya. Dengan lembut namun kokoh, ia menurunkan Lura dari panggung, membimbing setiap langkahnya menuruni anak tangga marmer yang dibingkai karpet merah berbordir lambang Danadyaksa.Lura tetap tenang, senyum tipis masih menghiasi wajahnya. Ia tahu, dari detik ini, setiap langkah yang ia ambil akan ditonton. Akan dicatat. Akan dikomentari. Tapi ia tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status