Share

HADIAH YANG TAK TERDUGA

"Nasi campur dan es jeruk."

Ana terlihat menahan dirinya untuk tak memesan menu sapi panggang atau pun ayam panggang yang tertera di sana.

"Semuanya Rp18.000, ada tambahan lagi?" tanya sang kasir.

Ana menggeleng. Ia lalu menyerahkan uang miliknya dan nampak menatap sang kasir yang tentu saja sangat tak asing baginya.

"Ah, kau lagi rupanya. Apakah waktumu untuk bekerja adalah tiap waktu di sini?" tanya Ana.

Pria itu mengangguk sambil memberikan uang kembalian milik Ana, "Tentu. Aku sedang mencari uang tambahan di kota ini. Rupanya sangat sulit sekali."

Ana mengangguk setuju saat mendengarnya, "Kau benar sekali. Ngomong-ngomong, aku Ana. Senang bisa bertemu denganmu kembali. Kau bahkan telah memberikanku sebuah informasi penting tentang diskon besar-besaran itu kemarin."

"Namaku Gab. Dengan senang hati, aku akan memberitahukan mengenai diskon itu lagi kepadamu, bagaimana?" tawaran itu tentu saja membuat Ana mengangguk antusias.

"Kau bisa menyimpan nomor ponselku. Biarkan aku mencatatnya di sini," ujar Ana kemudian seraya mencatat nomor ponselnya itu di secarik kertas kecil yang berada di sebelah sang kasir. Untung saja keadaan saat itu sangat sepi karena waktu makan siang baru akan di mulai satu jam kedepan.

"Tentu saja," jawab Gab seraya menerima secarik kertas tersebut dan nampak tersenyum kepadanya.

Ana lantas menerima makanan pesanannya setelah memberikan nomor ponsel miliknya itu tadi, "Baiklah, terima kasih. Kalau begitu aku akan kembali pulang. Selamat bekerja."

"Terima kasih, Ana. Silahkan datang kembali," jawab Gab dengan sangat ramah.

Ana merasa bahwa Gab merupakan beberapa pria yang terlihat ramah dan pekerja keras dari semua orang yang telah ia kenal, terutama dengan semua pria yang telah ia temui sejauh ini.

"Aku rasa pertemuanku dengan Gab merupakan sebuah hadiah yang tak terduga. Apalagi ia akan memberikan semua informasi berupa diskon besar-besaran itu lagi kepadaku," gumam Ana dengan perasaan yang amat senang sekali tentu saja.

Entah mengapa seketika itu juga ia melupakan semua rasa kekesalannya itu dengan sang CEO. Ia juga tak peduli dengan lamaran pekerjaan tersebut. Setelah makan siang kali ini ia akan mencari pekerjaan yang lainnya lagi.

***

Drrt! Drrt!

Ana nampak menggeliat di tengah waktu tidur siangnya itu kali ini.

Drrt! Drrt!

"Nggg, di mana ponselku?" gumam Ana sembari mencari keberadaan ponselnya tersebut dengan kedua mata yang masih tertutup rapat. Ia merasa sangat mengantuk akibat semalam itu tentu saja.

Drrt! Drrt!

Ponselnya tersebut bahkan masih bergetar hingga saat ini dan membuat Ana membuka kedua matanya seketika. Sial, padahal ia masih merasakan kantuk yang hebat itu tentu saja.

"Ya, dengan Ana di sini."

"Selamat siang menjelang sore, Ana. Congratulation, kau dinyatakan diterima untuk bekerja di company kami sebagai asisten keuangan CEO."

Ana yang mendengarnya lantas bangkit berdiri seketika. Apakah ia tak salah mendengarnya? Panggilan untuk pekerjaan? Wow!

"Hamilton Otomotive Company?"

"Benar, ini aku, Jesica. Sekali lagi, selamat. Kau bisa datang besok paling lambat pukul 8 pagi. Gunakan pakaian bebas saja, tak ada aturan khusus mengenai hal itu. Sekali lagi selamat."

Ana nampak tersenyum senang mendengarnya walaupun ia sama sekali masih belum tersadar sepenuhnya saat ini, "Terima kasih, Jes atas informasinya."

"Baiklah, sekali lagi selamat untukmu, Ana. Sampai jumpa besok pagi."

Setelah panggilan itu terputus, Ana lantas tersenyum senang saat mendengarnya. Ah, ia akan memiliki pekerjaan mulai besok. Tentu saja rasanya sangat bahagia sekali.

"Akhirnya, aku akan bekerja di Hamilton Otomotive Company," ujar Ana yang begitu bahagia.

Namun, ia terdiam seketika saat teringat akan sesuatu hal saat ini.

"Hamilton Otomotive Company?" gumam Ana seorang diri.

"Aku telah dinyatakan diterima untuk bekerja di Hamilton Otomotive Company?' ulang Ana saat ini juga.

Ia lalu memejamkan kedua matanya seketika. Astaga, kenapa ia harus merasa senang mengenai kabar kelolosannya itu?

"Aku seharusnya menolak saja tawaran itu. Astaga, kau bodoh sekali, Ana. Apalagi kau sama sekali tak suka dengan sifat dari atasanmu yang sama sekali tak memberitahukan identitasnya itu," gumam Ana kemudian.

Ting!

Sebuah surel miliknya telah ia terima saat ini. Seketika itu juga ia mulai untuk membacanya dengan cermat.

Kedua matanya sontak membulat lebar saat Ana mengetahui gaji yang akan ia dapatkan jika bekerja dengan mereka semua. 

"Rupanya mereka memberikan informasi seputar gaji melalui e-mail," gumam Ana kemudian.

Baiklah, kali ini ia tak akan menolaknya. Satu-satunya alasan ia malas untuk berkerja di perusahaan itu hanya karena atasan mereka yang sangat menyebalkan.

"Tapi, di sisi lain, gaji yang akan aku terima sebesar 10 juta di tiap bulannya. Besar juga untukku yang tak memiliki sebuah pengalaman," gumam Ana kemudian.

Ia lalu membalas isi surel tersebut dan tentu saja merasa tak sabar sekali dengan gaji yang akan ia terima di bulan berikutnya.

"Baiklah, aku akan mulai mencoba untuk menahan emosiku dengan pria itu. Demi uang 10 juta setiap bulannya, aku yakin akan sukses dengan pekerjaan ini dan menunjukkan semuanya," ujar Ana seorang diri.

Satu lagi, ia akan mencari identitas dari atasannya itu setelah menyelesaikan makan malamnya nanti. Ia akan memberikan reward tersendiri kepada dirinya karena telah berhasil sampai di titik sekarang ini. 

Ayam panggang dengan saus keju adalah jawaban untuk makan malamnya hari ini.

***

Makan malam kali ini terkesan sangat lezat dan mewah untuknya, karena biasanya ia akan memilih untuk menghemat dari pada membeli makanan yang sangat mahal di luaran sana.

"Hari ini adalah hari yang spesial, tentu saja aku harus merayakannya," gumam Ana kemudian.

Sambil menyantap makan malamnya itu, ia terlihat sibuk dengan ponselnya sambil mencoba untuk membaca informasi dari company tersebut. Tak lupa juga untuk mencari identitas yang menjadi tugas rumahnya saat ini.

"Hanya itu saja, bukan? Mencari identitas di era digital saat ini tentu saja sangat mudah untukku, apalagi ia merupakan seorang pria yang-"

Ana terdiam sejenak saat melihat hasil pencariannya saat ini.

"Hasil tak ditemukan? Kenapa ini?" gumam Ana seorang diri.

Ia lalu kembali mencarinya dengan kata kunci yang berbeda.

"Nama dari CEO Hamilton Otomotive Company."

Ana kembali tak mendapatkan hasil apa pun di sana. Ia hanya melihat satu identitas yang tentu saja bukan milik dari pria itu.

"Kenapa aku tak bisa menemukan apa pun di internet?" gumam Ana seorang diri.

Ia lalu mulai untuk menghubungi nomor ponsel Jesica yang sempat menghubunginya tadi.

"Maaf, nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif."

Ana memejamkan kedua matanya sejenak. Baiklah, ini sangat sulit untuknya. Rupanya ia salah menduganya.

"Apakah nama aslinya adalah Ucup?" gumam Ana yang teringat kejadian pagi tadi.

Ana lalu kembali teringat akan satu aplikasi yang belum ia periksa saat ini.

Namun, lagi-lagi ia sangat dikejutkan oleh aplikasi tersebut.

"Kenapa foto profil dari driver ini sangat berbeda dengan CEO yang menyebalkan itu? Jadi, nama aslinya bukan Ucup?" pekik Ana seketika.

Astaga, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia bahkan tak bisa bertanya dengan siapa pun mengenai identitas dari sang CEO tersebut.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status