Share

Bab 3 : Punya Niat Apa?

Betapa takutnya hamba saat ini ya Allah, bagaimana jika nanti semuanya tahu sedari tadi aku dengan sengaja mendengarkan mereka berdua berbicara.

Tidak ada maksud lain selain ingin tahu apa saja yang Gus Yusuf lakukan di belakangku, tak ada niat buruk apalagi tidak sopan.

“Ning, kamu kenapa? Ayo,” ajak Gus Yusuf.

“Eh, iya,” jawabku langsung mengikuti langkahnya.

Sampai selesai makan pun ternyata wanita itu masih belum pulang juga dari rumah, kalau saja aku tidak takut pada orang tua, dan tidak peduli dengan dosa, pasti sedari tadi aku sudah mengusirnya, agar tak menganggu lagi.

Menganggu di rumah, sih, tak masalah karena pintu rumah selalu terbuka untuk tamu, tapi menganggu rumah tanggaku? Jangan harap aku diam saja, paling-paling aku hanya berusaha diam tapi beraksi.

Di dalam kamar saat ini, kami hanya berdua saja, tidak mungkin juga, kan, Marwah mengikuti sampai ke kamar? Memangnya dia siapa?

“Ning, koleksi buku kamu banyak sekali, suka atau sering baca?” tanya Gus Yusuf.

“Hmm, dua-duanya, Gus.”

“Jangan malu-malu gitu dong, saat ini kita sudah sah menjadi suami istri, jadi biasakan untuk mengakrabkan diri,” ucap Gus Yusuf.

“Insya Allah, Gus,” jawabku.

“Tidak kenapa-kenapa, kan?” Gus Yusuf memegangi keningku, “Alhamdulilah tidak panas kok, tapi kenapa diam saja?” tanyanya.

Tak tahu harus menjawab apa yang jelas pertanyaan untuknya sangat banyak, apa harus sekarang bertanya tentang Marwah? Ah, lebih baik aku pendam saja.

Lebih memilih diam untuk tidak bermasalah daripada banyak bicara bisa mengakibatkan keributan, itu yang sering umi beritahu padaku, jangan sampai ribut hanya karena orang lain.

Banyak yang bilang Gus Yusuf itu selain tampan rupa, dia juga tampan akhlak dan budi pekerti, apakah semua itu benar? Saat ini aku harus mengujinya.

“Maaf, Gus. Aku mau tanya sesuatu boleh?” tanyaku.

“Boleh, ada apa? Langsung saja tanyakan,” sahutnya.

Aku belum berani menatapnya lama-lama hanya sekilas dua kilas saja, itu juga sudah lebih dari kata cukup untuk wanita seperti aku.

“Mau tanya apa, Ning? Silakan,” tanya Gus Yusuf.

Kami pun duduk bersebelahan di pinggir ranjang, tidak berani menatapnya tapi sangat terasa hembusan napasnya, apakah dia sedekat itu sekarang?

“Apa Gus mau ajarin aku mengaji? Mengajarkan aku hal-hal baik lainnya yang belum aku ketahui,” tuturku memberanikan diri.

“Kirain apa, kalau soal itu sudah pasti diajarkan dan dibimbing, sebagai seorang suami sekaligus imam dalam rumah tangga,” sahutnya lemah lembut sekali.

“Masya Allah benarkah?” tanyaku lagi untuk memastikan.

“Iya insya Allah semoga kita selalu diberikan kesehatan dan panjang umur,” jawabnya.

Aku pun hanya mengangguk dan berlega hati karena sudah berani sekali memberitahu dia apa keinginan aku saat ini bersamanya, sungguh tidak ada yang lain selain itu yang aku mau.

***

Dua hari kemudian, sampai saat ini pun aku masih gadis tapi berstatus menikah, bukan karena Gus Yusuf yang tak ingin menyentuh ku, justru aku yang belum siap untuk melaksanakannya, melaksanakan kewajiban itu.

Bersyukur sekali Gus bisa mengerti dan tidak memaksa walaupun sempat murung juga di kamar, bukan karena aku yang menolak tapi ini semua perihal kepercayaan dan kesiapan.

Kemarin, mertuaku sekaligus Marwah sudah pulang ke Kudus lagi, memang awalnya aku dan Gus Yusuf diajak untuk ikut tinggal di sana, tetapi aku langsung menolak karena belum bisa jauh dari kedua orang tua.

Masih belum puas membahagiakan kedua orang tua sampai lupa sekarang harus lebih fokus kepada Gus Yusuf, suamiku dunia yang insya Allah akhirat juga.

“Kamu kenapa nggak ikut tinggal di Kudus, Sayang?” tanya Umi.

“Maaf, Umi. Karena aku nggak bisa jauh dari Umi dan juga Abi. Hanya itu saja kok alasannya, nggak ada yang lain,” jawabku malu.

“Bukan karena hal lain, kan?” tanya umi tiba-tiba menyelidiki anaknya sendiri.

“Yakin insya Allah, memangnya menurut Umi apa? Kenapa nggak percaya sama aku,” jawabku penasaran.

Umi langsung pergi meninggalkan aku yang masih penasaran ini, aneh sekali dengan umi sekarang tidak seperti biasanya seperti ini, tanpa diduga umi datang lagi membawa jinjingan yang entah apa isinya.

“Itu apa Umi?” Kali ini aku yang bertanya karena penasaran sekali.

“Ini untuk kamu, Sayang, dari mertua kamu langsung loh, tadinya beliau mau kasih langsung sebelum pulang tapi takut kamu tolak,” ucap umi menyerahkannya padaku.

Aku pun terima dengan senang hati karena katanya dari mertuaku langsung, tapi saat akan dibuka dilarang keras oleh umi, katanya buka di dalam kamar saja.

“Ya, sudah gih kamu lihat dan pakai, ya, cobain dulu juga gak papa, suami kamu lagi nggak ada di rumah, kan?” tanya umi.

“Iya nggak ada, Umi. Lagi pengajian, kenapa memangnya?” Aku jadi semakin penasaran.

“He he, sudah sana cobain di dalam kamar, ya, Umi permisi dulu mau ke rumah tetangga, assalamualaikum,” pamit umi lalu aku pun menyalami tangannya.

“Iya Umi waalaikumussalam,” jawabku.

Memangnya ini dalamnya apa, sih? Kenapa Umi sampai cengengesan dan langsung pergi begitu saja, aku jadi semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah dibuka ternyata dalamnya ada beberapa pakaian aneh, baju apa ini? Astaghfirullah, aku sampai terkejut melihat semua baju-baju ini.

“Baju apa ini? Baru pertama kalinya aku melihat dan memegang nya,” ucapku lirih.

Tak ingin salah dalam mengartikan semua ini, aku pun langsung mengirimkan pesan pada umi melalui aplikasi hijau, untuk memastikan kebenarannya.

[Assalamualaikum, Umi, maksudnya ini apa? Kenapa setelah aku buka kok dalamnya banyak sekali baju yang kekurangan bahan, sangat sexy, apa maksudnya mertuaku memberikan ini?].

Menunggu balasan dari umi, semoga saja tidak ada hal-hal yang buruk, dan semoga niatnya baik memberikan semua ini pada diriku, jangan sampai soouzon.

[Waalaikumussalam, he he itulah alasan Umi langsung pergi karena takut kamu jadi banyak tanya, pakailah malam ini, ya, selesai salat isya nanti langsung pakai di kamar saja, jangan ke luar kamar pakai itu, oke? Umi mau melanjutkan buat kue di rumah tetangga].

Itu balasan dari umi, ya Allah apa harus aku memakai pakaian ini? Malu? Takut? Kata Umi pakai ini di dalam kamar saja malam ini, dan jangan dipakai di luar kamar.

Maksudnya apa, sih? Aku kok benar-benar nggak mengerti apa maksud dari semua ini, ya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rya Mom's Wilzy
masih polos ya nisa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status