Share

Luka Hati

Author: Yenita Wati
last update Last Updated: 2022-02-11 09:45:20

"Apa kabarmu, Nak?" tanya sang nenek yang diketahui, ia bernama Rania.

"Jika nenek menginginkan aku menemui wanita itu, sebaiknya Nenek pergi saja," ucap Arjun setelah melepaskan pelukan sang nenek.

"Kenapa kau tega sekali mengusir Nenek?" Mata Rania berkaca-kaca mendengar ucapan sang cucu.

"Aku tidak akan mengusir Nenek jika tidak ada pembahasan tentang wanita itu." Arjun menatap ke sembarang arah sembari mengepal erat tangannya.

"Nak, tolong, singkirkan ego mu. Bagaimana pun juga, Airin adalah wanita yang melahirkan dirimu." Rania mencoba menjelaskan.

Arjun langsung memencet remot, lalu pintu pun terbuka lagi. "Silakan keluar, Nek." Ia menunjuk arah pintu.

"Dokter berkata bahwa tidak ada harapan lagi. Temuilah dia sebelum kau,,,,,"

"Aku bahkan berharap dia mati hari ini. Disaat Nenek tidak di rumah, jadi dia mati dalam keadaan penuh kesepian." Arjun menunjukkan senyum devilnya.

"Kenapa kau jadi tak berhati seperti ini? Ayahmu adalah orang yang sangat santun dan penyabar, tapi kenapa darahnya menjadi seperti ini?" Rania menatap tidak percaya.

"Maaf, aku ada meeting sebentar lagi." Arjun kembali menunjuk pintu.

Rania berjalan menuju pintu dengan perasaan kecewa. Namun, sebelum ia melangkah keluar, ia berbalik, lalu berkata, "Kau tahu? Sifatmu ini sama saja seperti ibumu. Tak berhati dan sangat kejam. Kau membencinya, namun kau menuruni sifatnya. Dan satu lagi, kau tidak bisa memungkiri jika kau lahir dari rahimnya. Di dalam darahmu, juga mengalir darahnya." Berbalik, lalu melanjutkan langkahnya.

Pintu sudah tertutup kembali. Arjun melempar ponselnya ke dinding hingga layarnya pecah. Tampak jelas kemarahan dalam dirinya.

"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin dilahirkan olehnya!! Ha!!!" Menendang kursinya hingga terjatuh.

Ia jatuh terduduk sembari menangis. Sejak neneknya mengatakan hal tentang ibunya, kembali terlintas dibenaknya saat-saat pahit yang ia alami selama bertahun-tahun. Penyiksaan tak berhati yang dilakukan oleh wanita yang dulu ia panggil ibu. Penyiksaan yang bahkan lebih sadis dari seorang psikopat, hanya karena satu alasan.

"Ayah!! Kenapa ayah menikahi wanita seperti itu!! Kenapa ayah terlalu percaya padanya hingga tidak tahu aku disiksa bertahun-tahun, saat kau bekerja di luar negeri! Dan kenapa kau cepat sekali meninggalkan aku!!" Arjun menatap langit-langit sembari menjambak rambutnya. Ia memukul-mukul wajahnya, juga tubuhnya.

"Kenapa aku harus dilahirkan?!! Kenapa?!" Teriakannya terus menggema di ruangan itu.

Selesai menumpahkan segala kekesalannya, ia pun segera membersihkan diri di ruang pribadinya. Semua terlihat kembali normal. Tidak ada air mata, tidak ada teriakan pilu. Yang ada hanya sebuah tatapan datar seorang Arjun pada seseorang yang kini ada di depannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Arjun pada orang yang bernama Edi. Seorang pengusaha yang terlilit hutang dengannya.

Edi terkejut mendengar pertanyaan Arjun. Namun lekas ia menjawab, "Sa-saya baik-baik saja, Tuan."

"Bagus, dengan begitu, kau tidak akan lekas mati dan meninggalkan hutang." Arjun tersenyum menyeringai. Membuat Edi semakin gemetaran.

"Tapi aku sangat mengapresiasi dirimu. Kau berani datang kemari satu hari sebelum jatuh tempo pembayaran hutangmu."

Edi langsung bangkit dari duduknya, lalu bersimpuh di kaki Arjun. "Tu-Tuan! Saya mohon, saya berada diambang kebangkrutan. Berilah saya belas kasih anda. Apapun akan saya berikan, asal Tuan mau memberi saya waktu lebih."

Arjun langsung menendang Edi yang memeluk erat kakinya. "Menyingkir! Menjijikkan! Memangnya apa yang ingin kau tawarkan?" Arjun berdiri dari duduknya, lalu mengitari Edi yang masih berlutut di depannya.

"Saya punya anak gadis yang cantik, Tuan. Peristrilah dia."

Mendengar ucapan Edi, Arjun pun langsung tergelak. "Hahaha, kau kira aku pria yang suka bermain dengan wanita? Bagaimana jika putrimu aku siksa setiap hari? Apa kau bersedia?"

"Ya, Tuan! Siksa saja dia jika Tuan ingin." Edi terlihat antusias.

"Bagaimana kalau dia mati, apa kau bersedia?"

"Jika itu sudah takdir, mau bagaimana lagi, Tuan."

"Apa kau ayah kandungnya?"

"Ya, Tuan. Dia adalah anak ketiga saya."

"Hmmm menarik. Kebetulan aku punya kebiasaan memukul orang setiap hari. Sepertinya putrimu akan menjadi samsak ku." Arjun menatap Edi dengan tatapan devilnya.

"Jika itu bisa meringankan hutang saya, lakukan saja, Tuan."

Arjun tertegun melihat kenekatan Edi. Ia bahkan rela menjual putrinya untuk disiksa asal ia terbebas dari lilitan hutang.

"Ah, tadi aku sangat tertarik, tapi sekarang aku mendadak tidak tertarik. Malah sekarang aku tertarik untuk menjadikan mu samsak ku saja. Apa kau bersedia?"

Edi terkejut mendengar ucapan Arjun. "Ampun Tuan, jangan lakukan itu, saya tidak akan sanggup."

Arjun tersenyum mendengar ucapan Edi. Sementara Jim yang ada di sampingnya hanya diam menyaksikan hal itu. Bahkan kini, ia melihat dua orang tak berhati sedang membicarakan diri mereka sendiri.

"Jim, bawa pria ini keluar. Jika dia tidak melunasi hutang-hutangnya besok, maka, amankan dia!" titah Arjun.

"Tuan!! Saya mohon jangan lakukan ini!!" Edi kembali bersimpuh di kaki Arjun. Membuat Arjun kembali mendorongnya dengan kasar.

Jim memerintahkan dua orang pengawal yang berjaga di depan pintu untuk membawa Edi keluar dengan paksa. Tampak jelas raungan dan teriakan Edi memohon untuk dikasihani.

Arjun hanya menggelengkan kepalanya. Ia segera memerintahkan Jim untuk melakukan sesuatu untuknya.

*****

Fallen baru saja terbangun saat hari sudah senja. Ia merasa bahwa tubuhnya sudah enakan. Ia pun segera membersihkan diri, lalu merapikan tempat tidur agar Arjun tidak marah.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat. Fallen langsung berdiri dengan wajah yang sangat tegang.

Namun, saat ia melihat bahwa yang datang adalah dokter Fani, ia kembali menghembuskan nafas lega. Dokter Fani datang untuk memeriksa keadaannya lagi.

"Nona sudah baikan. Sepertinya Nona mengikuti saran yang diberikan Asti." Dokter Fani tersenyum.

"Demi bisa sehat, tentu aku akan mengikutinya." Fallen tersenyum lembut.

"Baiklah, karena Nona sudah membaik, maka saya akan pulang. Jangan lupa agar obatnya terus diminum," ujar dokter Fani.

"Baik, terimakasih, Dokter." Fallen mengangguk.

Setelah kepergian Dokter Fani, Fallen kembali mendudukkan dirinya ke atas ranjang. Ia tadinya berpikir bahwa yang datang adalah Arjun, namun ternyata Dokter Fani.

Ia merebahkan dirinya ke atas ranjang sembari menghela nafas panjang. "Setidaknya aku akan tenang selagi dia tidak ada di rumah."

"Dia siapa?" Seseorang berdiri di depan pintu sambil memperhatikan Fallen dengan tatapan tajamnya.

Fallen hendak bangkit saat menyadari bahwa yang bertanya tadi adalah Arjun. Karena terkejut dan terburu-buru, ia tidak menyadari bahwa posisinya mentok di pinggir ranjang, sehingga,,,,,,brukk! Tubuhnya terjatuh di lantai dengan bokong yang mendarat duluan.

"Aaaakhhh." Fallen meringis sembari memegangi pinggangnya. Namun, ia terus berusaha berdiri dengan wajah yang meringis menahan sakit. Memangnya apa yang ia tunggu? Tidak mungkin kan Arjun langsung membantunya berdiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Akhir kisah yang bahagia

    Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Sensitif

    "Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Identitas Asli Jim

    Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Maafkan Aku

    Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Heboh

    Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Memori yang hilang

    Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status