Share

Sakit

Author: Yenita Wati
last update Last Updated: 2022-02-11 09:44:02

Pagi menjelang. Arjun baru saja membuka mata saat matahari sudah masuk melalui celah gorden jendela kamarnya. Ia merentangkan kedua tangannya, lalu bangkit dari posisinya.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu memakai pakaian untuk bekerja. Malam tadi ia tidur di kamar kerjanya karena pekerjaan yang mengharuskan ia lembur. Meski ia adalah seorang CEO, ia tidak ingin bermalas-malasan atau mengandalkan bawahannya. Karena sampai detik ini, ia belum bisa mempercayai siapapun kecuali almarhum ayah kandungnya yang meninggal lima tahun yang lalu akibat serangan jantung.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, ia pun baru tersadar telah melupakan sesuatu.

"Ah, aku sampai melupakan sampah kecil itu." Arjun segera bergegas ke kamar tempat ia menyuruh Fallen menyusun pakaiannya.

Begitu membuka pintu, ia tidak melihat keberadaan Fallen di atas ranjang. Ia pun segera berjalan ke dalam kamar ganti untuk melihat pekerjaan Fallen.

Namun, begitu memasuki ruangan tersebut, ia mendengar suara gertakan gigi seperti orang yang sedang menggigil. Ia mencari sumber suara yang ternyata berada di sudut ruangan, tengah meringkuk dengan badan yang gemetaran. Saat Arjun menyentuh keningnya, ternyata, suhu tubuh Fallen sangat panas. Gadis itu terus saja menggigil meski suhu tubuhnya sangat panas.

Arjun pun segera menghampirinya. "Hei, apa yang kau lakukan di sini, dasar bodoh!"

Fallen yang kini merasakan tubuhnya semakin melemah tidak merespon ucapan Arjun.

Arjun segera mengangkat tubuh Fallen menuju ranjang, lalu membaringkannya secara perlahan.

"I-Ibu, I-ibu, dingin sekali." Terdengar Fallen mengigau memanggil ibunya.

Arjun pun segera memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Fallen. Rumah dokter yang dekat, membuatnya bisa datang dengan cepat.

Dokter yang bernama Fani itu segera memeriksa keadaan Fallen.

"Tuan, Nona Muda mengalami demam dan masuk angin."

"Aku tidak peduli dengan sakitnya, sembuhkan dia agar tidak merepotkan ku!" titah Arjun dengan tatapan kesalnya.

"Baik, Tuan."

Fani segera mengobati Fallen. Memberi suntikan, serta meninggalkan obat untuk Fallen minum sampai sembuh.

Setelah kepergian Dokter Fani, Arjun segera memerintahkan kepala pelayannya yang bernama Asti untuk memantau kondisi Fallen.

"Pastikan wanita itu meminum obat, aku tidak mau dia mati di rumahku."

"Baik, Tuan, saya akan memastikan Nona muda meminum obatnya," sahut Asti sambil mengangguk.

"Ingat, dia hanya tidak boleh mati di sini!"

Itulah kalimat yang diucapkan Arjun sebelum ia pergi ke kantornya.

*****

Samar-samar Fallen membuka matanya. Ia masih merasakan pusing di kepalanya, namun menggigilnya sudah hilang.

"Dimana aku?" Fallen melihat sekelilingnya dan mengetahui bahwa ia sedang berada di atas ranjang kamar tempat ia merapikan pakaian Arjun ke lemari.

"Nona sudah bangun?" tanya Asti, sang kepala pelayan.

"Apa yang terjadi?" Fallen tidak mengingat dengan jelas apa yang terjadi pagi ini. Yang ia ingat, ia mendengar umpatan dan kata 'tidak boleh mati' dari mulut Arjun.

"Nona demam sampai menggigil pagi tadi, tapi sepertinya sekarang sudah membaik."

"Kenapa kau ada di sini?" 

"Saya hanya ingin memantau kondisi Nona saja. Karena sudah bangun, sekarang Nona harus makan, lalu minum obat." Asti mengambil nampan berisi bubur di atas meja, lalu menyerahkannya pada Fallen.

"Nona makanlah, dan harus dihabiskan, karena Tuan paling tidak suka melihat orang membuang-buang makanan."

Mendengar nama Arjun, Fallen langsung teringat dengan pakaian yang ada di lemari. Ia hendak bangkit ingin kembali memposisikan pakaian pada tempatnya, namun Asti langsung menahannya.

"Nona tidak perlu khawatir, kata Tuan, isi lemari sudah sesuai seperti kemarin. Pekerjaan Nona sudah benar. Sekarang waktunya Nona makan, lalu minum obat."

"Ba-baik."

Fallen segera memakan bubur tersebut. Baru beberapa suap, mulutnya langsung merasa eneg karena bubur terasa hambar di lidahnya.

"Nona sedang sakit, tentu indera perasa Nona tidak berfungsi dengan baik. Tetapi, perintah tetaplah perintah, Nona harus menghabiskan bubur ini atau Tuan akan murka."

Sontak ucapan Asti langsung membuat Fallen kembali menyuapkan bubur ke mulutnya. Meski berkali-kali ia merasakan rasa yang aneh, tetap saja ia bertekad untuk menghabiskan makanan tersebut.

Setelah habis, Asti menyerahkan sebuah gelas berisi air putih, juga obat yang tadi diberikan dokter Fani.

Saat menelan obat tersebut, rasanya Fallen ingin muntah karena rasanya sepahit empedu.

"Nona, jangan dimuntahkan, nanti Tuan akan marah." Asti mengingatkan.

Fallen mencoba menahan rasa pahit tersebut hingga akhirnya ia berhasil menelannya, lalu meminum air yang cukup banyak. Tak lupa, ia juga memakan buah yang tersedia di piring kecil sebagai pencuci mulut hingga habis.

"Terimakasih, Asti, maaf sudah merepotkan mu."

"Sebaiknya Nona istirahat kembali. Malam nanti, Nona harus minum obat lagi. Saya perlu mengingatkan bahwa Nona tidak boleh bertingkah seperti tadi di depan Tuan Muda. Beliau paling tidak suka orang yang tidak berniat sembuh."

"Baik, terimakasih telah mengingatkan aku. Kalau boleh tahu, apakah Tuan Arjun yang mengangkat ku ke sini? Karena seingat ku, aku tertidur di depan lemari."

"Saya permisi dulu, Nona. Istirahat, dan semoga cepat sembuh." Asti membungkukkan badan, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan nampan berisi piring kotor bekas makanan Fallen.

Fallen menghembuskan nafas pelan. "Bahkan saat sakit pun, aku dipaksa untuk sembuh."

Sementara itu,

"Halo, bagaimana? Apa dia menghabiskan makanannya?"

"Sudah, Tuan."

"Bagaimana dengan obatnya?"

"Sudah juga, Tuan. Keadaan Nona Muda juga sudah mulai membaik."

"Baiklah, jaga dia agar tidak memberantakkan kamar itu."

Arjun mematikan ponselnya. Ia kembali duduk di kursi kebesarannya.

Tak berselang lama, ponselnya kembali berdering, dan ternyata itu dari neneknya. Ia menatap layar ponsel yang bertuliskan 'Nenek memanggil', namun ia masih enggan mengangkatnya, karena pasti sang nenek akan memintanya untuk menemui sang ibu yang tak pernah ingin dilihatnya sejak lima belas tahun terakhir.

Rasa sakit baik mental maupun fisik membuatnya tak ingin bertemu wanita yang ia anggap sebagai monster itu.

Ia pun membiarkan ponsel terus berdering hingga akhirnya, setelah panggilan ke sepuluh, ponsel tidak berdering lagi.

Arjun menghela nafas pasrah. "Kau adalah ibu kandungku, tetapi sifatmu lebih kejam dari ibu tiri." Menatap tajam ke sembarang arah, lalu mengepal erat tangannya. "Karena itulah, kau pantas menerima karma mu, wanita ular."

Terdengar suara pintu di ketuk. Arjun melihat dari monitor CCTV, bahwa yang datang ternyata adalah neneknya. Ternyata, saat berusaha menelepon tadi, neneknya sudah ada di bawah.

"Kenapa nenek nekat sekali." Arjun berdecak kesal.

Terlihat dari CCTV, sang nenek menatap ke kamera sembari berkata, "Nenek tahu kau ada di dalam. Bukalah, Nak. Apa kau tega melihat wanita renta ini berdiri terus di sini. Apa kau tidak takut jika aku pingsan di sini?"

Arjun menghela nafas panjang. Ia segera memencet remote hingga pintu terbuka. Sang Nenek yang sejak tadi menunggu, akhirnya dapat masuk ke dalam ruangan tersebut.

Wanita tua yang masih terlihat modis itu, melangkah menghampiri Arjun, lalu meraih tubuhnya untuk dipeluk.

Tanpa balasan, Arjun hanya membiarkan dirinya dipeluk oleh sang nenek. Ia tidak berniat menjalin kedekatan dengan sang nenek yang merupakan ibu dari sang monster yang sangat ia benci seumur hidupnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Akhir kisah yang bahagia

    Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Sensitif

    "Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Identitas Asli Jim

    Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Maafkan Aku

    Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Heboh

    Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum

  • Dipaksa Menikahi CEO Kejam   Memori yang hilang

    Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status