Share

Part 05

Author: Firdawati
last update Huling Na-update: 2023-12-02 20:15:07

Baru saja Ela hendak melangkah pergi, terdengar lagi ucapan yang bernada membelanya.

“Tapi kok aku tidak percaya ya pada omongan lelaki itu, selama ini Ela itu menurutku cukup baik menjaga sikap dan perilaku. Mana mungkin Ela bisa bertindak diluar batas itu.”

“Pacaran saja tidak pernah, masa tiba-tiba menghabiskan malam panjang sama lelaki lain. Tak masuk akal.” bela Bu Widyo pemilik warung.

Senyum sekilas terkembang di bibir Ela, ternyata masih ada yang percaya sama dia. Meskipun hanya segelintir orang. Paling tidak rasa percaya orang itu bisa membuatnya bernapas lebih tenang. Tidak semua orang percaya dengan perkataan Soni. Itu satu keuntungan baginya, paling tidak ia bisa bernapas dengan lega. Tidak terdesak di tengah kerumunan orang yang merendahkan dan menghinanya.

Ela tak jadi masuk ke warung, ia tak cukup siap mendengar komentar pedas warga. Lebih baik menghindar sementara waktu. Sampai berita ini  tidak lagi menjadi topik hangat untuk dibicarakan.

Baru tiga langkah Ela berjalan, terdengar sapa seseorang.

“Ela? Kenapa tidak jadi masuk? Mau beli apa?” tanya nenek Sumirah tetap ramah dan tidak julid seperti warga lainnya.

Senyum Ela makin terkembang lebar, tambah satu lagi orang yang masih menyambut baik dirinya. Tidak seperti sebagian warga di dalam sana. Tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi langsung mengatakan ia wanita rendahan.

Beberapa ibu-ibu yang berada di dalam warung sontak keluar. Nenek Sumirah jadi mengerti.

“Oh! Nenek mengerti sekarang. Mereka itu sibuk membicarakan mu ya, makanya kamu lebih memilih pergi. Ya sudah sana! Kamu pulang saja. Biar nenek yang anter apa yang kamu butuhkan nanti. Memangnya Ela mau beli apa?” tanya nenek Sumirah lembut.

“Tidak perlu Nek, terima kasih.” Dengan mata berlinang, Ela meninggalkan warung Bu Widyo.

Ya Allah sampai kapan aku harus mengalami hal buruk ini. Beri hamba kekuatan dan kesabaran menghadapinya ya Allah.

Masih sempat Ela, mendengar bentakan nenek Sumirah pada ibu-ibu yang tengah menjadikan dirinya sebagai santapan empuk untuk diperbincangkan. Andai yang diperbincangkan itu hal yang baik dari dirinya, tentu akan lain ceritanya.

“Kalian ini pasti membicarakan hal buruk tentang Ela, emang kalian percaya begitu saja. Bukannya kalian sangat mengenal karakter dan kepribadian Ela.”

“Tuh lihat, gara-gara omongan kalian Ela tidak jadi belanja.”

“Lhoh, kenapa kami tidak percaya. Bisa jadi omongan lelaki itu benar.”

“Ah sudahlah! Susah bicara sama kalian yang hobi bergosip, kalian gosok makin sip dan panas.”

Setelah sampai rumah, Ela langsung ke kamar. Duduk merenung dalam waktu yang cukup lama. Hingga saking asyiknya melamun, sampai-sampai Ela tidak mendengar ponselnya berbunyi.

Telpon itu terus saja berbunyi dengan nyaring. Akhirnya Ela sadar dan bergegas mengangkat. Sebelumnya tak lupa Ela melihat siapa yang menelponnya.

“Ela, apa benar yang kudengar, kalau Erlangga menjatuhkan talak tepat setelah akad.”

“Iya Far, kini aku menjadi janda dalam hitungan satu jam. Bisa kamu bayangin Far, betapa sedih dan hancurnya hatiku.”

“Tapi kenapa?”

“Soni memfitnahku.”

“Astagfirullah, Soni benar-benar tak waras. Kenapa anak itu, tega sekali dia memfitnahmu.”

“Kalau dia benar mencintaimu, tak mungkin hal itu dilakukannya.”

“Tapi buktinya dia menghancurkan semua impianku,” lirih Ela menyahuti.

“Maafkan aku Ela, andai aku ada di sana. Pastilah mulut rombeng Soni aku bekap segera, sehingga dia tidak bisa bicara yang tidak-tidak mengenaimu.”

“Iya Farah, tidak apa-apa. Mungkin ini memang sudah takdirku.” Jawab Ela lesu.

“Semangat Ela, mungkin saja Allah telah mempersiap lelaki terbaik untukmu. Kita tunggu dan banyak berdoa.”

“Aku takut Far, takut menghadapi mulut dan umpatan orang pada keluargaku.”

“Tidak Ela, kenapa harus takut. Tidak semua orang buta, pasti ada beberapa yang tidak percaya begitu saja. Apalagi yang mengenal baik dan dekat denganmu. Buktinya aku lebih percaya kamu dari pada perkataan Soni.”

“Terima kasih Farah, mohon bantu aku menghadapi sikap nyinyir orang.”

“Itu sudah pasti Ela. Ya sudah, sekarang tenangkan pikiranmu dan istirahatlah. Bawa tidur, agar sementara waktu kamu bisa melupakan kejadian menyedihkan itu.”

Ela segera memutuskan sambungan telepon, setelah selesai bicara.

Gadis berhidung Bangir itu beranjak ke kamar mandi, rasanya tubuhnya lengket semua. Apalagi baju penganten yang masih melekat di badan mengganggu ruang geraknya.

Selesai mandi, Ela menuju dapur. Dari semalam ia belum makan apa-apa. Tadi di rumah sakit umi sempat menawarkan makan dulu sebelum pulang, tapi rasa lapar itu hilang bersamaan dengan luka yang dialaminya.

Pasti tadi Umi sempat masak, pikirnya. Ela segera menyingkap tudung saji, benar saja di sana ada ayam goreng kegemaran Ela.

Ela segera menyantapnya dengan deraian air mata kembali tergenang. Bayangan kejadian terus saja datang menghantuinya. Baru makan beberapa suap, Ela sudah tidak berselera.

Teringat olehnya perkataan Erlangga yang mengatakan dirinya pelacur. Ya Allah, lempeng banget mulutnya berkata.

Sampai kapan pun ia tidak bisa memaafkan perkataan Erlangga. Dasar lelaki tidak punya hati, kecam Ela mencebik kesal.

***

Kini Ela telah berada di rumah sakit.

Di rumah pun perasaannya tidak tenang. Ia terus saja kepikiran dengan Abi Hisyam. Makanya Ela tak mau lama-lama meninggalkan Abinya.

Sesampainya di ruang rawat sang Abi, Ela melihat Umi Rosyida mengusap wajah lelaki yang tampak tidur itu dengan jarinya.

“Bi, Umi kangen. Sehari Abi tidak bicara, bagi Umi rasa setahun. Ayo bangun Bi, jangan tinggalkan Umi. Anak kita masih butuh perhatian Abi. Jangan biarkan Ela menghadapi masalahnya sendirian. Umi tak sanggup melihat gurat luka dan lelah di hatinya.”

Ela trenyuh mendengar perkataan Uminya, ternyata Umi tak kalah jauh menderita darinya. Sekarang ia berjanji tidak mau menambah beban bagi Umi. Dia harus keluar dari lumpur hitam penghinaan orang. Ia harus kuat dan siap menghadapi semua mulut pedas tetangga dan Umi tidak perlu melihat luka di matanya. Ia harus ceria dan banyak tertawa. Agar umi tidak larut dalam kesedihan.

Ela bergegas memasuki ruang rawat Abi Hisyam. Dengan pelan ia mengusah bahu sang Umi. Masih tampak jelas di matanya, ketika Umi Rosyida pura-pura kuat di depannya. Masih sempat ia lihat dengan cepat Umi menghapus lelehan air mata di pipinya. Setelah itu barulah Umi menoleh ke Ela.

“Loh Nak, kok sudah ke sini aja. Kenapa tidak tidur barang sejenak. Kamu itu harus istirahat, semalaman kamu jaga Abi.”

“Maaf Umi, Ela tidak bisa tidur kalau berjauhan dari Abi. Boleh gak Ela tidur di sini saja.”

Umi Rosyida paham. Dari kecil Ela sangat dekat dengan Abinya. Sudah sebesar ini saja, Ela terkadang kelewat manja dan tidak masuk akal. Ela tidak bisa tidur kalau tidak ditemani sang Abi.

“Ya sudah, Ela mau tidur di mana?”

Ela menunjuk tepat di sebelah Abi. Umi Rosyida terkekeh pelan.

“Ya ampun sayang, mana muat tempat tidur sekecil itu kalian tidur berdua. Kamu ini ada-ada saja.”

Ela tersenyum bahagia, melihat Uminya tertawa.

“Bukan di situ juga kali Mi, Ela mau merebahkan kepala di dekat dada Abi.”

“Oalah! Begitu toh. Ya sudah! Tidurlah sekarang juga.”

***

“Ayo! Kita ke rumah sakit. Jenguk Abi Hisyam,” ajak Bu Waida pada putranya.

“Tidak mau Ma, Mama saja yang ke sana. Aku tidak mau bertemu dengan perempuan murahan itu.” Tolak Erlangga cepat.

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
aduh baca bab ini hati ini ikut hancur dn juga baca sambil keluar mata .aduh sedih banget ngerassin penderitaan nya Ella dn ibu nya .biar 2 orang laki2 itu biar cpt fpt balasan nya thor apa lagi Erlangga mulut lemes banget kaya oerempuan menghina nya ..
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ditalak Usai Akad   Part 84

    Lelaki itu akhirnya pergi juga meninggalkan kamar, meninggalkan Ela dengan degup jantung yang menderu. Bibir wanita itu kembali tersungging manis. Membayangkan tingkah agresifnya tadi sungguh membuatnya malu. Ia sungguh tak percaya, bisa melakukan hal yang sangat tabu untuknya. Wajahnya memerah, sontak ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.Setelah mengatur debar di dada, Ela mulai siap-siap seperti permintaan suaminya. Ia beranjak ke lemari, meraih kado dari Farah yang dulu hampir saja ia buang. Tapi setelah ia tahu kegunaan pakaian tipis menerawang itu, ia menyimpannya kembali di lemari. Kini ia berniat memakainya untuk menyenangkan sang suami. Yah, kini hatinya telah mantap, siap sempurna tanpa ada keraguan sedikitpun.Hampir 20 menit ia bersiap-siap dan menunggu kedatangan sang suami di kamar tepatnya di tempat tidur. Beberapa kali ia menguap, tapi sayangnya orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ela menarik selimut hampir menutupi seluruh badannya. Ia belum siap menu

  • Ditalak Usai Akad   Part 83

    “Mas, kok berhenti, gak jadi masuk?” tanya Ela bingung. Wanita itu memindai area ruang keluarga, dan tatapannya melongo kaget, menyaksikan pertikaian antara kakak ipar dan suaminya.Bukannya menjawab pertanyaan Ela, Faiq justru berbisik di telinga sang istri. “Lihat itu, mereka lagi berantem. Kita dengarkan dari sini.”“Menguping pembicaraan orang diam-diam itu tidak baik Mas, apalagi mereka tengah berantem. Ayo kita keluar saja,” ajak Ela cepat seraya berbisik. Tangannya tak lupa menarik tangan sang suami dan mengajaknya keluar. Tapi sayang, Faiq tak bergerak dari posisinya. Ela menatap suaminya dengan perasaan kalut, takut ketahuan oleh kakak ipar dan suaminya.“Ayo Mas, tunggu apa lagi. Sebaiknya kita pergi sekarang,” pinta Ela memelas.Faiq mendekatkan bibir ke telinga sang istri lalu berbisik, “Ini kedua kalinya mereka berantem, aku harus tahu apa yang mereka debatkan.”“Tapi....”“Syut... Diamlah. Nanti kita ketahuan, bahaya!” pinta Faiq menutup mulut sang istri. Akhirnya Ela men

  • Ditalak Usai Akad   Part 82

    “Bunda,” ucapnya terbata-bata. Wanita itu lantas membuka pintu dan memintanya mamanya masuk ke dalam. Perempuan yang dipanggil bunda itu pun lantas masuk ke apartemen sang putri. Lalu mendaratkan bokongnya di kursi tunggal yang ada di sana. Matanya memindai area ruang keluarga yang tertata dengan rapi dan juga bersih. Meskipun rapi dan bersih, tetap saja tinggal sendiri itu tidak menyenangkan.“Betah kamu tinggal menyendiri di sini?”“Maksud bunda?”“Kamu jangan pura-pura tidak tahu apa maksud perkataan bunda.”“Menikah!! Itu yang ingin bunda katakan bukan?”“Iya, apalagi.”“Kapan kamu bisa memenuhi permintaan bunda, Nak? Kamu itu bukan ABG labil lagi. Kamu itu sudah kelewat dewasa.”Widuri tersentak kaget, ia sangat paham dengan maksud perkataan sang bunda, memang dirinya sudah kelewat dewasa, bahkan sebentar lagi usianya mencapai 29 tahun. Tapi mau bagaimana, lelaki yang ia sukai dari dulu bahkan sampai sekarang tidak berubah, namun tidak direstui oleh sang bunda hanya karena lelak

  • Ditalak Usai Akad   Part 81

    “Baiklah! Saya mengerti. Sebenarnya apa yang hendak kamu bicarakan?” tanya Widuri menatap lekat sang mantan. Dadanya sampai sekarang masih bergetar hebat, saat menatap lelaki di depannya itu. Rasa cinta itu semakin menancap dalam hati, meskipun tidak terlihat rasa rindu itu di mata Faiq. Tak membuat rasa cintanya padam, tapi terus saja menyala terang. Apalagi setelah melihat keberhasilan dan kesuksesan yang pria itu sandang sekarang menambah rasa kagum dan keinginan untuk memiliki lelaki itu sepenuhnya semakin tertancap kuat dalam dadanya. Terlebih setelah mendengar perkataan Ela, kalau Faiq belum menikah dan tidak punya wanita spesial. Ia berharap, dialah wanita yang mendampingi Faiq melewati fase kehidupan berumah tangga. Ia merasa, Faiq masih mengharapkannya, belum bisa move on, buktinya sampai sekarang Faiq masih betah menyendiri. Bisa seyakin itu Widuri memahaminya, padahal andai ia tahu, jika Faiq sudah memiliki wanita spesial yang bergelar istri, entah bagaimana perasaan per

  • Ditalak Usai Akad   Part 80

    “Ela, Maaf! Tadi gak bangunin kamu, soalnya tidurmu pulas banget,” ucap Faiq menyesal seraya mendaratkan bokongnya di kursi tak jauh dari Ela. Lelaki itu menatap sang istri yang tak menoleh sedikit pun padanya.Sebenarnya tadi Faiq ragu untuk masuk ke dalam ruang keluarga, ulahnya semalam yang pura-pura pingsan membuatnya enggan bertemu dengan Ela. Ia khawatir Ela mengetahui kepura-puraannya dan bisa saja wanita itu menceritakan kepada orang tuanya. Tapi bila tetap diam dan menunggu di luar juga akan membuat kedua orang tuanya pasti bertanya-tanya. Makanya Faiq memberanikan diri masuk bergabung dengan istri dan kedua orang tuanya. Ia tak hiraukan, meskipun nanti pandangan buruk yang dilayangkan Ela.“Tidak apa-apa Mas.” Jawab Ela singkat, setelah terdiam cukup lama. Itu pun karena tak enak pada kedua mertuanya, bila Ela menampakkan kekesalan di depan sang mertua. “Oh iya Mas, nanti kita jadi pergi menemui Bu Widuri?” tanya Ela memastikan. “Kalau jadi, aku mau siap-siap sekalian mau ka

  • Ditalak Usai Akad   Part 79

    “Bukan begitu, sekarang sudah terlalu larut. Bagaimana kalau besok saja,” ucap Faiq bernegosiasi. Lelaki itu bicara tanpa beban, seolah sang istri tidak marah dituduh tidak virgin.Bukan tanpa alasan Faiq menunda sampai besok, malam ini karena sudah terlalu malam dan ia juga dari tadi menguap terus, maka tercetuslah ide menunda malam pertama itu sampai besok pagi.Lelaki itu berusaha membujuk Ela, tapi sayangnya Ela sudah terlalu kesal. Akhirnya ia bicara dengan ketus. Bahkan terkesan mengancam. Ela jelas tak bisa terima begitu saja, di mana harga dirinya. Kehormatannya dipertanyakan.“Sekarang! Atau tidak sama sekali,” ancam Ela tak terima dicurigai tidak perawan oleh lelaki yang baru beberapa hari ini sah menjadi suaminya.Sebagai wanita yang selalu menjaga kehormatannya, jelas kecewa dibuatnya.Sakit hatinya dituduh tidak perawan apalagi oleh suami sendiri. Rasanya Ela ingin menjambak rambut lelaki itu untuk melampiaskan kekesalan hati, tapi ia tak punya keberanian melakukannya. Si

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status