Home / Romansa / Dituduh Mandul / Pergi Dari Rumahku

Share

Pergi Dari Rumahku

last update Last Updated: 2025-10-02 16:48:13

“Se–selingkuh? Apa sih, Mas? Aku nggak ngerti. Aku nggak pernah melakukan itu. Aku rasa ini ada kesalahan. Sungguh Mas, aku gak serendah itu dan melakukan hal yang kamu tuduhkan apalagi sampai bersama dengan laki-laki selain kamu, Mas. Sungguh … mas Yuda aku nggak melakukan itu,” seketika air mataku mengalir, aku nggak bisa terima. Bisa—bisa mas Yuda menuduhku seperti itu.

“Kamu buta ya, Amel? Nggak usah mengelak. Bukti sudah ada kok. Aku nggak suka dengan wanita yang nggak setia dan tukang selingkuh. Kamu kelihatan aja baik—baik dan polos, ternyata kalau keluar seperti wanita gila yang kekurangan belaian,” kata–kata Mas Yuda begitu kejam.

Aku bahkan nggak menyangka kalau Mas Yuda akan mengatakan hal seperti itu. Dia suamiku, tapi bahkan penjelasanku pun nggak didengarnya.

“Apa maksudnya, Mas? Aku nggak ngerti? Aku ngerasa nggak pernah ngelakuin itu Mas, tolong percaya aku, Mas,“ aku mencoba mendekat akan memegang tangannya, namun Mas Yuda menolak juga menepis tanganku.

Sakitnya hatiku. Mas Yuda, suamiku sendiri, bahkan nggak mau mendengarkan penjelasanku.

“Kamu ini benar-benar tukang selingkuh. Bersikap polos di hadapanku, tapi ini hasilnya. Apa ini semua rencanamu, kamu sengaja melakukan itu demi membuatku cemburu?” mata Mas Yuda melotot dan dia mendorong-dorong keningku dengan telunjuknya.

“Sungguh Mas, aku nggak mungkin melakukan itu. Aku nggak pernah melakukan itu, Mas.”

Mau berapa kalipun tuduhan itu, aku nggak akan mengakuinya. Aku nggak merasa salah. Ini bukan kesalahanku. Aku yakin pasti ada kesalahan yang terjadi.

“Sudahlah Mbak Amel, akui saja, buktinya itu sudah ada loh …,” seperti kompor meleduk, Rania melipir dan mendekap tubuh telanjang Mas Yuda-ku dari belakang. Rania bahkan nggak malu, tubuhnya masih telajang dan berani sekali dia terang-terangan memeluk suamiku tanpa sedikitpun merasa bersalah.

“Diam kamu, Rania, kamu nggak berhak ikut campur. Ini urusanku dengan Mas Yuda,” kataku, aku bukan wanita yang begitu saja menerima cacian, aku pasti akan melawannya. Apalagi menghadapi wanita yang sudah menggoda suamiku.

“Sebaiknya kamu pergi, Rania” suaraku tak bisa disembunyikan, bergetar tak karuan. Bagaimanapun kuatnya aku, tetap saja perilaku mereka membuat aku gila dan nggak percaya.

Aku berusaha menarik tangannya dari tubuh suamiku. Ingin sekali aku menampar dan menjambak rambutnya, namun aku belum punya cukup keberanian, tubuh dan jiwaku masih terguncang dengan kejadian ini.

Aku dikejutkan lagi, Mas Yuda malah menampar dan mendorongku ku lagi.

“Mas!” pekiku, benar-benar sudah nggak kuat menahan perilaku suamiku yang tiba-tiba berubah.

“Jangan sentuh Rania, dia ini lebih baik dari kamu. Setidaknya dia wanita normal, wanita yang bisa memberikan aku keturunan. Sedangkan dirimu? Apa yang bisa kamu berikan padaku? Dasar wanita mandul!” Mas Yuda mengatakan hal yang membuatku bingung lagi. Dia bilang seperti itu, aku sendiri saja nggak tahu apa-apa.

“Sebaiknya kamu yang pergi dan satu hal lagi aku tegaskan, aku menyesal pernah menikah dengan wanita seperti kamu. Aku akan mengurus perceraian kita dan malam ini juga kamu pergi dari rumahku. Aku menceraikanmu dan aku nggak mau lagi melihatmu di sini,” sekali lagi aku merasa tertampar, sebenarnya Mas Yuda sedang mengatakan apa? Aku sama sekali nggak ngerti.

“Ma—maksud kamu, apa Mas? Aku nggak seperti itu, Mas? Bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu, Mas?” Aku mungkin saja buta karena terlalu dibutakan cinta Mas Yuda.

Aku tahu, Mas Yuda bukan laki-laki seperti ini. Dia nggak mungkin menuduhku tanpa bukti, namun aku tetap merasa bukti yang Mas Yuda tuduhkan adalah mengada-ada. Semua nggak benar.

“Sudahlah Amel, aku malas berdebat dengan wanita tukang selingkuh dan mandul seperti kamu,” sekali lagi Mas Yuda berteriak, dia bahkan nggak ragu dan tanpa perasaan saat mengatakan itu padaku.

Aku masih bersikeras, aku yakin Mas Yuda hanya sedang nggak berpikir jernih karena diracuni oleh Rania. Mas Yuda nggak mungkin menuduh sembarangan, selama ini meski kami nggak pernah ribut, Mas Yuda nggak pernah sekalipun bersikap kasar seperti malam ini.

“Ini Amel, baca itu lalu kamu pergi. Jangan pernah muncul lagi dihadapanku,” kata Mas Yuda lagi, dia mendorong tubuhku lagi dan melemparkan berkas yang berisi surat pemberitahuan.

“Apa ini, Mas?” Aku memungut yang dilempar Mas Yuda, kali ini pun tepat jatuh di dekat kakiku.

“Baca saja sendiri, kamu nggak buta huruf kan? Aku malas menjelaskan panjang lebar. Intinya, aku ingin menceraikan kamu malam ini juga. Aku mau kamu pergi dari rumah ku detik ini juga. Keluar dari rumahku, pengacara besok akan segera melegalkan perceraian kita setelah kamu tanda tangan!” kata Mas Yuda lagi masih melontarkan kata kasar padaku.

Aku benar-benar nggak mengerti dengan apa yang dikatakan Mas Yuda. Kenapa mas Yuda memaki dengan kasar. Apa sebenarnya ini?

Aku membuka berkas tersebut dan membaca apa yang tertera dalam surat tersebut. Tubuhku menggigil kembali, bukan karena bajuku yang basah dan mulai kering di tubuhku, ini karena aku membaca isi surat tersebut.

Aku mandul. Isi surat tersebut menyatakan aku nggak bisa memiliki keturunan. Air mataku mengalir begitu saja, tega sekali Mas Yuda memperlakukan aku seperti ini di malam perayaan pernikahan kami yang kedua. Bahkan dia terlihat nggak sedih sama sekali.

Dia benar-benar terlihat seperti sudah menunggu sejak lama. Dia seperti sudah merencanakan ini semua. Apa ini maksud Mas Yuda, menyuruhku keluar rumah, inikah kejutan yang mas Yuda siapakan untukku?

Bukan kejutan manis dan indah. Melainkan pahitnya seperti menelan empedu. Bagaimana aku bisa mengelak dan mengajukan banding untuk permasalahan ini. Aku nggak merasa seperti itu. Aku merasa baik-baik saja dan kondisi tubuhku sehat, namun memang nggak bisa dipungkiri, hal yang mas Yuda selalu inginkan aku masih belum bisa mewujudkan di dua tahun pernikahan kami.

“Mas ….” Rasanya aku nggak bisa berkata lagi. Hanya air mata yang terus mengalir di pipi. Aku bingung dengan apa yang terjadi. Ketika aku melihat wajah Mas Yuda, dia seperti sudah nggak peduli. Dia benar-benar membenci dan enggan menatapku.

“Aku sudah membereskan bajumu. Kamu nggak punya barang berharga apapun yang bisa kamu bawa dari sini. Ini semua adalah milikku,” kata Mas Yuda lagi dengan lantang dan aku baru benar—benar menyadari ada satu koper yang sudah dipersiapkan di dekat meja riasku.

“Mas …,” suaraku sudah serak dan benar-benar parau, aku ingin sekali memberikan penjelasan. Aku ingin menjelaskan semua, tapi Mas Yuda menoleh padaku pun enggan. Dia benar-benar ingin aku pergi dari rumahnya malam ini juga.

“Kamu benar-benar tega ngusir aku, Mas? Di luar hujan, Mas, kamu kan tahu, aku nggak kuat dingin,” ucapku, mencoba mengiba dan meminta belas kasihnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dituduh Mandul   Memuaskan Aku

    Zack tersenyum puas saat melihatku sudah blingsatan seperti itu, kemudian dia mengangkat kepalanya sambil menjilati asupan yang sudah dia hisap barusan.“Kamu mau ini kan?” jelas secara gamblang Zack mengeluarkan benda pusaka miliknya yang sudah benar-benar besar, tegang dan siap memasukiku, aku mengangguk dan, ‘Agh!” sudah gak diragukan lagi, benda besar itu sudah masuk kembali didalam milikku.“Bersiaplah, aku akan memberikanmu tidur yang nyenyak, Sayang!” siap dengan cepat Zack sudah memompa lagi milikku yang aku merasakan penuh di dalam milikku.“Ahh Amel, kamu benar-benar sempit banget ah aku suka milikmu ini emmmm!!” rancu Zack terus memompa ku semakin cepat hingga keringat kami sudah sangat deras.Kenikmatan sampai langit ke tujuh ini hanya bisa aku dapatkan dengan benda milik Zack. Selama ini aku menganggap kalau milik mas Yuda sudah yang terbaik, ternyata saat aku merasakan milik Zack, ini benar-benar gak ada tandingannya. Ini sangat memuaskan aku.“Ah mmm!” kami berbarengan

  • Dituduh Mandul   Wanita Murahan

    Aku hanya berdiri di ruangan sampai Zack akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Dia menatapku dan berjalan perlahan. Handuk putih membalut pinggangnya. Otot-otot dadanya terlihat kuat dan basah.Aku hampir saja lupa diri menatapnya, air liurku tanpa sadar kutelan sendiri.“Kenapa tidak membuat dirimu nyaman, apa kau takut?” aku mengerjapkan mata saat dia menyentuh pipiku.“Aku mau bilang, aku bisa tidur di sofa dan kamu di ranjang,” sudut bibirnya langsung terangkat saat aku mengatakan hal itu.“Kau pikir, siapa dirimu? Bisa menyuruh-nyuruh aku?” leherku terasa tercekat, aku gak sangka dia akan membalikkan ucapanku dengan kasar.Aku tertunduk, ‘Ma—maafkan aku!”“Pergilah!” katanya.Aku kaget, rupanya dia menyuruhku pergi. Syukurlah, aku bisa keluar kamar ini, pikirku dan berbalik, tapi detik kemudian dia mencengkram tanganku, “Mau kemana?” aura sudah berubah kembali.“Ta–tadi, bukannya kamu bilang, pergi? Bukannya itu berarti aku bisa keluar dari kamar ini,” kataku.*Kau berani?” deca

  • Dituduh Mandul   Sudah Bisa Menerima

    Aku menarik napasku sebelum bercerita, aku juga gak menyadari kalau Zack sudah berdiri dibelakangku sejak tadi, tapi dia gak bersuara sama sekali, dia sedang mendengarkan aku cerita.“Hari itu sebenarnya, ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Aku tiba-tiba dihubungi mas Yuda akan memberikanku kejutan, tapi dia meminta aku keluar rumah terlebih dahulu. Dia bilang jangan pulang sebelum jam 9 malam. Aku berpikir, itu memang hadiah spesial yang mas Yuda siapakah untukku, tapi ternyata saat aku pulang aku malah melihat mas Yuda bercengkrama dengan wanita lain di ranjang kami.”“Aku benar-benar gak menyangka akan ada hadiah seperti itu. Dan sepertinya mas Yuda gak menyesal sama sekali saat aku memergoki. Dia malah memberikan aku laporan kesehatan, disitu aku dinyatakan mandul,” Donna mengerutkan kening saat mendengar ceritaku.“Mandul?” Aku mengangguk, “padahal aku gak ingat kapan aku melakukan tes itu. Aku merasa gak pernah melakukannya. Kemudian yang membuat aku terkejut selain wanita y

  • Dituduh Mandul   Teman Sekelas

    “Huhuhu, iya kan mas, aku juga gak tau kenapa jadi bodoh banget. Huhuhu, aku ditipu temanku 400 juta, sekarang aku lebih baik mati saja kalau begini, huhuhu!” Rania masih menangis kencang. Rania berpura-pura berdiri dan siap untuk mencari sesuatu untuk membenturkan kepalanya.“Hey, kamu mau apa, Rania? Jangan gegabah! Aku akan bantu, tenanglah, aku pasti bantu. Itu urusan kecil,” kata mas Yuda, berbicara seperti tidak keberatan, tapi napasnya berhembus dengan kasar.“Masalah mama tadi tanya aku, Mas, dia kayaknya sudah mulai curiga kalau uangnya aku yang pakai. Aku bingung, Mas, gak berani pulang,” kata Rania lagi berbicara pelan, tapi nadanya terkesan mendesak.“Sudahlah, sudahlah, aku akan segera transfer sekarang, sudah jangan menangis lagi,” mas Yuda mengeluarkan ponsel dan, “sudah aku transfer, kamu bisa cek sekarang!” ucapnya, Rania tersenyum, dia benar-benar berhasil meminta uangnya.“Mas Yuda makasih banyak ya, Mas, kalau bukan kamu sama Mama Erlita yang nolongin aku, aku gak

  • Dituduh Mandul   Isi Dalam Perutmu

    “Diam! Tutup mulutmu, Felix. Jangan banyak bicara lagi. Aku akan usahakan uang itu, tapi 3 hari itu gak mungkin. Aku belum bisa memberikan uangnya karena aku tetap harus terlihat seperti bukan wanita mata duitan dihadapan mas Yuda. Kalau dia tahu, aku aslinya suka menghamburkan uang, mana mungkin dia membandingkan aku dengan istri bodohnya itu,” decak Rania.“Kalau gak bisa manfaatkan laki-lakinya kenapa kau gak manfaatkan keluarganya? Bukannya kau bilang, ibunya sangat perhatian dan menurutku ucapanmu? Hah … atau ini alasan saja, apa ini yang dibilang perhatian? Ini maksud dari perkataanmu itu? Perhatian itu yang terpenting nilainya uang, Rania. Orang bodoh juga tahu, tanpa uang mana bisa kita hidup!” ejek Felix lagi.“Diam, jangan bicara lagi. Anggap saja aku gak mendengar semua ucapanmu itu. Aktingku itu harus maksimal agar bisa mendapatkan seluruh kekayaannya. Kalau hanya sebentar saja gak bisa bertahan, bagaimana bisa mendapat kepercayaan dari mereka,” elak Rania, dia merasa seka

  • Dituduh Mandul   Obat Bius

    Ancamannya jelas terdengar gak main—main. Zack sedang menegaskan wilayah kekuasaannya padaku. Dia hanya ingin aku pindah dari tempat yang dikategorikan biang masalah.“Zack, kamu benar—benar ya, aku kan udah bilang gak mau. Aku bisa mengatasi semua,” kataku sebenarnya hanya untuk melakukan negosiasi saja dengan Zack.“Bagaimana dengan pilihanmu?” Zack mengabaikan ucapanku berarti kode keras penuh tekanan untuk Donna.“Ish, jangan mengancam temanku!” aku gak terima kalau Donna diperlakukan seperti itu. Dia satu—satunya teman yang menerima saat aku berada dalam kondisi tersulit ya meskipun itu hanya dari sudut pandangku. Aku nggak mungkin melupakannya begitu saja. Semua kebaikan Donna datang disaat aku benar—benar membutuhkan tempat bersandar.“Diamlah, aku tidak bertanya padamu!” Zack menangkap tanganku saat aku akan mengarahkan tangan protes pada ucapannya, matanya hanya melirik Donna tajam.“A—aku …,” Donna masih melirik ku untuk mengambil keputusan. Dia benar—benar bingung meskipun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status