"Apa kita langsung pulang ke mansion tuan Arion?"
"Iya," jawab pria tampan 32 tahun itu, singkat.
Beberapa minggu ini, dia sangat sibuk mengurus proyek mega triliun di kantor dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.
Dia bahkan sampai meminta asistennya untuk menggantikan rapat hari ini.
Tak lama setelahnya, sang sopir pun segera mengemudikan mobil mewah keluaran Amerika milik Arion.
Pria itu sedikit memandang ke belakang dari kaca spion yang tepat di atas kepalanya.
Meskipun tampak tenang. Namun, jantungnya berdegup dengan cepat dengan rencana yang akan dieksekusi hari ini.
Namun selama 6 bulan menjadi sopir pribadi seorang Arion Jackson, utungnya pria itu sudah sangat hafal seperti apa kebiasaan sang bos.Jadi, dia tidak banyak bertanya dan fokus dengan kemudinya.
Di sisi lain, Arion mengambil botol air mineral yang terletak di dashboard penyimpanan minuman. Dibukanya botol minuman itu dan kemudian meminum air hingga lebih dari setengah bagian.Lidahnya seperti sedang mengecap rada yang berbeda dari rasa air minum itu.Arion lantas memandang botol minum di tangannya. Namun, tidak ada hal yang mencurigakan saat membuka tutup botol yang masih bersegel.
Mungkin saja ini rasa obat dari air mineral, pikirnya.
Hanya saja, Arion perlahan merasa matanya mengantuk. Tak tertahankan, hingga pada akhirnya pria berwajah tampan itu tidur.Tanpa diketahui Arion, mobil yang dikemudikan oleh sopirnya melaju kencang dan berlawanan arah dari mansion miliknya.... dan sang sopir tersenyum puas.
***
"Ini bukan jalan menuju ke masion." Entah sudah berapa lama pria itu tertidur, tetapi Arion merasakan kepalanya yang terasa pening."Saya ada keperluan sebentar tuan." Pria itu menjawab dengan tenang.
"Apa maksudmu?""Nanti tuan akan tahu sendiri," jawab si supir begitu tenang.Hanya saja, dalam hati dia merasa kesal karena targetnya sadar sebelum waktunya.
"Dia sudah sadar," katanya sambil berbisik. Di dekat telinganya, menempel alat kecil yang menjadi penghubung dengan si big bos.
Meskipun suara orang itu terdengar begitu sangat kecil namun Arion dapat mendengar dengan jelas. Dalam situasi seperti ini dia tidak ingin lengah.Arion lantas mengeluarkan ponselnya.Namun belum sempat dia mengetik pesan kepada orang yang diyakininya bisa membantu, tiba-tiba saja mobilnya sudah diserempet oleh mobil yang di belakang.
Brak!CIT!
Sopir itu menghentikan mobilnya ketika satu mobil tepat berada di depannya.
Hal ini jelas membuat Arion bingung.Apakah yang datang orang yang akan menyelamatkannya?
Tapi dia belum melakukan apapun!
Untuk berjaga-jaga, Arion lantas mengamankan ponselnya ke dalam saku celana.
Terlebih, Arion merasa aneh kala sopirnya terlihat santai tanpa ada raut kecemasan di wajahnya."Sebaiknya tuan turun," ucap sang sopir melepaskan sabuk pengamannya."Sial," batin Arion kala menyadari sudah ada 6 orang pria bertubuh besar dan kekar berdiri di belakang serta di samping mobilnya.Arion lantas turun dan menarik baju si lelaki itu dari belakang. "Apa yang ingin kau lakukan?"
Namun, pria itu hanya tersenyum sinis tanpa menjawab.Saat ini mereka berada sudah jauh di dari ibukota. Lokasi ini juga cukup sepi karena di pinggir jalan ini hanya ada beberapa toko.
Pemukiman penduduk berada di dalam.
Arion menyadari bahwa situasi ini sulit. Pria itu lantas mencoba untuk mencari senjata api yang selalu disimpannya di dalam mobil.Sialnya, senjata api itu tidak ada!
Sadar nyawanya sedang terancam, pria itu memilih turun di posisi pintu sebelah kiri. Arion baru menyadari bahwa ternyata air mineral yang tadi diminumnya sudah dicampur oleh serbuk yang membuat dirinya mengantuk dan kini kepalanya terasa sedikit berat.Melihat Arion keluar dari pintu sebelah kiri ke 6 pria itu ikut memutari mobil dan berdiri tidak jauh dari mangsanya."Apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Arion."Tentu saja nyawa anda," jawab salah satu dari pria bertubuh tinggi itu sambil mengeluarkan senjata tajam dari belakang punggungnya.
Arion tahu bahwa pisau yang dipegang pria itu sangat tajam terlihat dari matanya."Anda bangun terlalu cepat tuan, sehingga Anda membuat pekerjaan kami jadi bertambah." Si supir tersenyum memandang Arion."Siapa yang memerintah kau?" tanya Arion. Meskipun nyawanya sedang terancam seperti ini, namun Arion tidak terlihat takut sedikitpun. Dia hanya merasa kecewa dan marah ketika dikhianati seperti ini.Pertanyaan yang dilontarkan Arion bukanlah sebuah pertanyaan yang lucu, namun ketujuh pria itu tertawa ngakak."Kami akan memberitahu jika nanti kau sudah diambang kematian," ucap salah seorang yang kini datang menyerang.Brak!Arion mengelak dari tendangan pria itu dan mulai menyerang. Satu tendangan tepat mendarat di perut pria tersebut.
Melihat rekannya terkena pukulan oleh Arion, 2 pria maju ke depan. Mereka mulai menyerang.Arion melawan serangan demi serangan yang diberikan oleh lawannya. "Kami pastikan kau akan mati," kata pria berambut gondrong.Mereka akan memanfaatkan kondisi Arion yang sedang kesakitan. Tanpa menunggu kedua pria itu kembali menyerang.Bugh!Untungnya, Arion berhasil menghindar ketika salah satu lawan akan menendang bagian kepalanya.
Dengan gerakan cepat dia mendaratkan tendangan di kepala lawan lawannya itu.
Kemampuan ilmu bela dirinya memang tidak perlu diragukan. Meskipun kondisi kepala yang terasa pusing namun tidak membuat musuh dengan mudah melumpuhkannya.
Di sisi lain, kelompok lawan terkejut kala melihat temannya sudah tidak sadarkan diri.
Pria berkulit gelap itu mundur beberapa langkah ke belakang untuk mengambil start menyerang.
Namun lagi-lagi, Arion dapat mengalahkannya.
Hal ini membuat lawan waspada. Sang sopir juga ikut turun.
Kini mereka kembali menyerang menggunakan samurai.
Mereka tidak ingin mengambil resiko dengan menembakkan senjata api yang akan menimbulkan kecurigaan oleh warga sekitar tempat kejadian.
Ctas!
Ctas!Bugh!
Arion kewalahan melayani serangan demi serangan meskipun dia berhasil menendang lawannya namun tangannya terluka.
Mata samurai yang begitu sangat tajam membuat luka besar dan mengangga.
Arion tidak menyerah. Tapi, serangan 3 lawan 1 tidaklah seimbang.
Terlebih, mereka menyerang secara membabi buta.
Jas hitam Arion sudah basah dengan darah.
Tubuhnya juga sudah mulai lemah.
Hanya saja, Arion melihat kesempatan untuk mengambil dan menancapkan samurai ke dada lawan.
Dia kemudian segera melarikan diri.
Hal ini jelas membuat sopir Arion panik. Namun, dia tak dapat mengejar karena kondisinya dan anak buahnya sangat parah.
Melihat itu, Arion mempercepat larinya ke arah pemukiman warga.
Terus, hingga tenaganya mulai menghilang dan tersungkur di depan sebuah rumah yang pintunya sedikit terbuka.
Hanya saja, sepertinya Tuhan sedang berpihak padanya.
Terbukti, seorang gadis yang sepertinya penghuni rumah tampak lewat dan terkejut melihatnya. "Ada apa ini?"
"Tolong saya!"
Begitu banyak yang dilalui. Pada akhirnya ia sampai ke detik penuh kebahagiaan seperti ini. Dimana Alex mengucapkan ijab kabul untuknya.Air mata Fatimah menetes ketika bayangan kedua orang tua beserta kakaknya melintas dipandangnya. Mau seperti apapun orang-orang membenci keluarganya, namun dia tetap menyayangi mereka. Jika acara resepsi telah selesai, Fatimah ingin berkunjung ke makam keluarganya. Ia ingin memberi tahu kepada papi, mami berserta Alina, bahwa ia sudah menikah. Pernikahan yang diselenggarakan hanya dalam hitungan hari. Namun tetap saja berlangsung dengan mewah. Hanya saja tamu yang diundang sangat terbatas. Apa yang dialami Fatimah, membuat ia memiliki trauma jika berhadapan dengan orang banyak. "Padahal sudah janji, nikahnya sederhana." Fatimah berkata sambil memandang wajah tampan suaminya. "Ini sudah sangat sederhana," jawab Alex dengan santainya.Fatimah tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. Meskipun wujudnya telah berubah, si cantik Celine masih te
"Nona Fatimah, Apa kamu bisa melihatku?" Dokter yang berdiri di depan Fatimah bertanya dengan tenang. Lagi-lagi Fatimah tidak menjawab Dia menangis dan detik kemudian memeluk Alex dengan erat. "Jika kamu tidak bisa melihat, aku siap menjadi matamu. Aku akan selalu bersamamu dan menjagamu. Kamu jangan sedih." Alex berbisik di telinga Fatimah, sambil mengusap punggung gadis tersebut. Fatimah menggelengkan kepalanya. "Aku akan selalu bersama denganmu. Aku tidak akan mempermasalahkan apapun." Lagi-lagi Alex berusaha meyakinkan gadis tersebut. Mengetahui mata Fatima tidak bisa melihat, tentu saja membuat ia kecewa. Namun cinta tidak dilihat dari fisik. Apapun kekurangan calon istrinya, Ia akan siap menerimanya. "Fatimah, bisa katakan seperti apa pandanganmu saat ini?" Tanya Vandra dengan cemas."Aku sudah bisa melihat." Fatimah mengusap air matanya dan kemudian menatap Alex. "Kamu bisa melihatku?" Alex begitu bahagia setelah mendengar jawaban dari Fatimah.Fatimah menganggukkan kepa
"Mas, aku gugup." Fatimah berkata sambil terus menggenggam tangan Alex. Hari ini adalah hari yang sangat ia nantikan. Dimana perban wajah dan perban mata akan dibuka. Namun entah mengapa Fatimah merasa takut dan juga gugup. Bagaimana jika operasi wajahnya gagal. Bisa saja wajahnya akan tampak menyeramkan. Atau mata yang tidak bisa melihat. "Jangan takut, operasi kamu pasti berjalan dengan sangat baik. Setelah ini kamu akan menjadi wanita tercantik." Alex paham dengan apa yang dirasakan calon istrinya. Karena itu dia menghibur calon istrinya tersebut. "Setelah buka perban, ternyata hasilnya di luar harapan. Apakah Mas masih mau dengan aku?" Fatimah berkata dengan nada sedih. Rasa cintanya sudah sangat besar untuk Alex, ia tidak akan sanggup jika kehilangan pria tersebut."Di luar harapan seperti apa maksudnya?" Alex tersenyum dan kemudian mencium punggung tangan Fatimah. "Banyak kan hasil operasi yang gagal. Misalnya saja setelah operasi wajahnya jadi aneh, atau mungkin menyeramkan
Meskipun diminta untuk beristirahat, namun Alex tidak menuruti perintah Vandra. Dengan setia ia menunggu Fatima di depan ruangan observasi. "Tuan Alex, nona Fatimah sudah sadar." Dokter yang memantau kondisi Fatimah langsung memberi tahu Alex. Mereka sangat kagum melihat cinta Alex yang begitu tulus untuk Fatimah. Didunia ini sangat langka bisa di temukan pria seperti Alex. Pria yang mencintai tanpa memandang fisik. "Benarkah? Apakah saya bisa langsung melihatnya?" Alex yang sudah tampak kelelahan, langsung bersemangat ketika mendengar kabar tentang calon istrinya."Silahkan." Dokter berkaca mata itu membersihkan Alex untuk masuk. "Jika nanti nona Fatimah meminta minum, anda berikan saja minum sedikit. Di sana sudah ada gelas minum serta takarannya. Nona Fatimah boleh minum persatu jam." Dokter berkaca mata itu menjelaskan.Dengan cepat Alex menganggukkan kepalanya. Ia langsung masuk ke ruangan operasi. Hal pertama yang dirasakannya, rasa sakit dan perih. Ia tidak bisa membayangkan
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p